Ibadah dibulan Dzulhijjah
Pengajian Imuslimah – Sabtu, 22 November 2008
Tempat : Kediaman Ibu Yati Yatsir
Pembicara : Ibu Rini Maryanto
Moderator : Ibu Nilda
Ibadah dibulan Dzulhijjah
Sebagai pembuka ceramah, Ibu Rini menekankan pentingnya ilmu bagi orang muslim, dan yang lebih penting lagi, ilmu itu harus dapat diamalkan.
Bulan Zulhijjah merupakan bulan yang sarat makna, terutama bila kita bisa mengkaji makna-makna tentang ibadah dan pengorbanan.
Firman Allah SWT mengenai berqurban ditegaskan dalam surat Al-Kautsar:
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu(Muhammad) nikmat yang banyak
Maka shalatlah untuk Tuhanmu dan sembelihlah (hewan kurban)
Sesungguhnya orang yang membencimu dialah yang terputus (dari kebaikan)”
Dalam melakukan ibadah berkurban, agar mendapatkan kebaikan dari Allah SWT, harus dilakukan semata-mata karena Allah SWT, bila berkurban dilaksanakan dengan niat selain karena Allah SWT, maka ibadah tersebut tidak ada artinya didepan Allah SWT.
Sahabat Rasulullah SAW yang dapat kita teladani sifat berkurbannya adalah Abu Bakar. Beliau mengorbankan jiwa, raga dan hartanya untuk berjihad di jalan Allah SWT. Bila tidak dilarang Rasulullah SAW dan diminta untuk mengingat kepentingan keluarganya, Abu Bakar akan mengorbankan seluruh hartanya untuk berjuang bersama Rasulullah SAW menegakkan Islam.
Wanita mulia yang harus kita teladani juga adalah Khadijah. Beliau mengorbankan jiwa, raga dan juga hartanya untuk mendukung Rasulullah SAW menyebarkan Islam. Seluruh cinta dan pengorbanan Khadijah memberikan motivasi yang sangat kuat kepada Rasulullah SAW untuk menyebarkan Islam.
Agar kita dapat berkurban dengan lebih bermakna, diperlukan pengetahuan yang baik, dan, mempelajari kisah-kisah para nabi, rasul, sahabat dan sahabiyah sangat perlu, agar perjuangan mereka dapat dipahami, diteladani dan dicontoh.
Kisah pengorbanan yang penting untuk dipelajari dan dipahami adalah kisah Nabi Ibrahim AS, Siti Hajar, dan Nabi Ismail AS. Kisah ini memberikan tauladan mengenai ketaatan hamba Allah SWT untuk mematuhi seluruh perintah-Nya, ketaatan seorang istri kepada Allah SWT dan suami, juga keikhlasan dan kesolehan seorang anak dalam menerima perintah Allah SWT. Dari kisah ini, dapat diambil pelajaran bahwa keluarga yang dipimpin oleh bapak dan ibu yang sholeh, dapat memberikan keturunan yang sholeh dan taat kepada Allah SWT.
Sehubungan dengan semakin dekatnya bulan Dzulhijah, diharapkan umat muslim dapat melakukan ibadah berkurban dengan ikhlas karena Allah SWT. Bila dirasa berat, sesungguhnya dengan strategi yang tepat, ibadah berkurban dapat dilakukan dengan lebih ringan, misalnya dengan menabung setiap bulan sepanjang tahun.
Ibadah lain yang dilakukan oleh umat muslim dalam bulan Dzulhijjah adalah Haji.
Beberapa strategi yang dapat kita lakukan untuk memaksimalkan ibadah haji adalah sebagai berikut :
1. Perbanyak ilmu tentang Haji. Meskipun kita belum dapat memastikan waktu berangkat haji, mempelajari dan mendalami ilmu tentang haji harus dilakukan sedini mungkin, sehingga bila tiba-tiba Allah SWT berkehendak dan mengijinkan kita untuk berangkat haji, ibadah ini dapat kita lakukan secara maksimal. Ilmu-ilmu mengenai hukum-hukum wajib, sunah dan mubah sebaiknya dikuasai, sehingga kita dapat memaksimalkan ibadah kita.
2. Yakinlah bahwa Allah SWT telah menjadikan ibadah haji itu wajib, semua umat Islam telah dipanggil untuk datang kerumahNya untuk melakukan ibadah Haji.
3. Maksimalkan persiapan dengan cara:
- Niatkan, istiqomah, buat skala prioritas
- Luruskan niat hanya karena Allah SWT
- Siapkan anggaran khusus untuk berangkat Haji. Usahakan agar dana tersebut tidak digunakan untuk keperluan apapun selain untuk berangkat haji.
Sebagai penutup, Ibu Rini menjelaskan ibadah-ibadah yang baik dilakukan di bulan Dzulhijjah, dengan materi dibawah :
http://www.dakwatun a.com/2007/ -8-ibadah- di-bulan- dzulhijjah/
8 Ibadah di Bulan Dzulhijjah
Oleh: Mochamad Bugi
Sekarang bulan Dzulhijjah. Jika bulan ini disebut, maka dalam pikiran kita spontan teringat pada dua hal: pertama, tiap minggu kondangan karena banyak yang menikah, dan kedua, nyate bareng sama tetangga sehabis motong kambing kurban. Padahal, bulan Dzulhijjah lebih dari itu. Secara khusus Rasulullah saw. menyebut keutamaan bulan ini, terutama untuk 10 hari pertama di awal bulan.
Dari Ibnu ‘Abbas r.a. bahwa Nabi saw. Bersabda, “Tidak ada hari dimana amal shalih pada saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yaitu sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah.” Mereka bertanya, “Ya Rasulullah, tidak juga jihad fi sabilillah?” Beliau menjawab, “Tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun.” (HR. Bukhari)
Dari Umar r.a., bahwa Nabi saw. Bersabda, “Tidak ada hari yang paling agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat kebajikan di dalamnya daripada sepuluh hari (Dzulhijjah) ini.
Maka perbanyaklah pada saat itu tahlil, takbir, dan tahmid.” (HR. Ahmad)
Karena itu, jika kita ingin menjadi orang yang dicintai Allah swt., jangan sia-siakan kesempatan ini untuk taqarrub kepada Allah swt. dengan banyak-banyak melakukan ibadah. Setidaknya ada delapan ibadah yang bisa kita lakukan, yaitu:
1. Melaksanakan ibadah haji dan umrah.
Ini adalah amal yang paling utama di bulan Dzulhijjah. Tidak ada haji selain di bulan Dzulhijjah. Ganjaran bagi orang yang melaksanakan ibadah ini sangat besar di sisi Allah swt. Kata Nabi saw., “Dari umrah ke umrah adalah tebusan (dosa-dosa yang dikerjakan) di antara keduanya, dan haji yang mabrur balasannya tiada lain adalah surga.”
2. Berpuasa selama 10 hari di hari-hari pertama bulan Dzulhijjah, atau pada sebagiannya, atau paling tidak sehari di hari Arafah. Puasa juga amalan utama. Allah swt. memilih puasa sebagai amalan hambaNya untuk diriNya sehingga Dia sendiri yang menentukan pahalanya. Hal ini termaktub dalam sebuah hadist Qudsi. “Puasa ini adalah untuk-Ku, dan Aku lah yang akan membalasnya. Sungguh dia telah meninggalkan syahwat, makanan, dan minumannya semata-mata karena Aku.”
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah melainkan Allah pasti menjauhkan dirinya dengan puasanya itu dari api neraka selama tujuh puluh tahun”. (Hadits muttafaq ‘alaih)
Dari Abu Qatadah r.a. bahwa Nabi saw. bersabda, “Berpuasa pada hari Arafah karena mengharap pahala dari Allah melebur dosa-dosa setahun sebelum dan sesudahnya”. (HR. Muslim)
3. Bertakbir dan berdzikir. Perbanyaklah takbir dan dzikir di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah sebagaimana yang diperintahkan Allah swt., “…. dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan….” [QS. Al-Hajj (20): 28]. Begitulah para ahli tafsir menafsirkannya frase “pada hari-hari yang ditentukan” dengan “sepuluh hari dari bulan Dzul Hijjah”. Karena itu, para ulama menganjurkan kepada kita untuk memperbanyak dzikir pada hari-hari tersebut. Apalagi ada hadits dari Ibnu Umar r.a. yang menguatkan. Bunyinya, “Maka perbanyaklah pada hari-hari itu tahlil, takbir, dan tahmid”. (HR. Ahmad)
Imam Bukhari menuturkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah keluar ke pasar pada sepuluh hari tersebut seraya mengumandangkan takbir lalu orang-orang pun mengikuti takbirnya.
Diriwayatkan bahwa para tabiin pada hari-hari itu mengucapkan, “Allahu akbar, allahu akbar, laa ilaha ilallah, walllahu akbar, allahu akbar wa lillahil hamdu.” Artinya, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada ilah (sembahan) selain Allah. Dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, segala puji hanya bagi Allah.”
Dianjurkan mengeraskan suara saat bertakbir baik ketika di masjid, rumah, pasar, atau di jalan. Allah berfirman, “Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu …”. [QS. Al-Baqarah (2): 185]
Perbanyak taubat dan meninggalkan segala bentuk maksiat dan dosa. Maksiat adalah penyebab jauhnya hamba dari Allah swt. Sedangkan ketaatan adalah pintu mendapat cinta dan kasih sayang Allah swt. Dan Allah swt. lebih cinta kepada seorang hamba melebihi cinta sang hamba kepada Allah swt. Bahkan, Allah swt. cemburu jika hambanya berbuat maksiat. Dari Abu Hurairah r.a., bahwa Nabi swt. bersabda, “Sesungguhnya Allah itu cemburu, dan kecemburuan Allah itu manakala seorang hamba melakukan apa yang diharamkan Allah terhadapnya.” (Hadits muttafaq ‘alaihi)
4. Perbanyaklah amal shalih. Bukan hanya amal-amal yang fardhu saja. Sebab, Allah swt. suka dan mencintai seorang hamba yang mendekatkan diri kepadanya dengan melakukan nawafil, amalan sunah. Kita bisa memperbanyak shalat sunnah, bersedekah, berjihad, membaca Al-Qur’an, dan melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Kita sangat berharap semua amalan itu bisa mendatangkan banyak pahala. Tapi, kita lebih berharap lagi mendapat cintai dan ridha Allah swt.
5. Disyariatkan pula kita melakukan takbir muthlaq –yaitu pada setiap saat, siang ataupun malam sampai shalat Ied– dan takbir muqayyad –yaitu takbir yang dilakukan setiap selesai shalat fardhu yang dilaksanakan dengan berjama’ah. Bagi kita yanga sedang tidak berhaji, takbir dimulai dari sejak Zhuhur hari raya Qurban terus berlangsung hingga shalat Ashar pada hari Tasyriq.
6. Berkurban. Bisa kita lakukan pada Hari Raya Qurban dan Hari-hari Tasyriq. Ibadah ini adalah sunnah Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Muhammad saw. mengukuhkannya menjadi syariat bagi kita. Sabda Nabi, “Berkurban dengan menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih dan bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelihnya dengan menyebut nama Allah dan bertakbir, serta meletakkan kaki beliau di sisi tubuh domba itu”. (Hadits muttafaq ‘alaihi).
7. Dilarang mencabut atau memotong rambut dan kuku bagi orang yang hendak berkurban. Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya, dari Ummu Salamah r.a. bahwa Nabi saw. bersabda: “Jika kamu melihat hilal bulan Dzulhijjah dan salah seorang di antara kamu ingin berkurban, maka hendaklah ia menahan diri dari (memotong) rambut dan kukunya.” Dalam riwayat lain, “Maka janganlah ia mengambil sesuatu dari rambut atau kukunya sehingga ia berkurban.”
Hal ini untuk menyerupai orang yang menunaikan ibadah haji yang menuntun hewan kurbannya. Firman Allah, “Dan jangan kamu mencukur (rambut) kepalamu, sebelum kurban sampai di tempat penyembelihan.” [QS. Al-Baqarah (2): 196]. Larangan ini, menurut zhahirnya, hanya dikhususkan bagi orang yang berkurban saja, tidak termasuk istri dan anak-anaknya, kecuali jika masing-masing dari mereka berkurban.
8. Melaksanakan shalat Iedul Adha dan mendengarkan khutbahnya. Bahkan, anak-anak dan wanita-wanita yang sedang haidh pun diperintahkan Nabi saw. untuk hadir bersama jama’ah shalat ied di tanah lapang untuk mendengarkan khutbah.
Tempat : Kediaman Ibu Yati Yatsir
Pembicara : Ibu Rini Maryanto
Moderator : Ibu Nilda
Ibadah dibulan Dzulhijjah
Sebagai pembuka ceramah, Ibu Rini menekankan pentingnya ilmu bagi orang muslim, dan yang lebih penting lagi, ilmu itu harus dapat diamalkan.
Bulan Zulhijjah merupakan bulan yang sarat makna, terutama bila kita bisa mengkaji makna-makna tentang ibadah dan pengorbanan.
Firman Allah SWT mengenai berqurban ditegaskan dalam surat Al-Kautsar:
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu(Muhammad) nikmat yang banyak
Maka shalatlah untuk Tuhanmu dan sembelihlah (hewan kurban)
Sesungguhnya orang yang membencimu dialah yang terputus (dari kebaikan)”
Dalam melakukan ibadah berkurban, agar mendapatkan kebaikan dari Allah SWT, harus dilakukan semata-mata karena Allah SWT, bila berkurban dilaksanakan dengan niat selain karena Allah SWT, maka ibadah tersebut tidak ada artinya didepan Allah SWT.
Sahabat Rasulullah SAW yang dapat kita teladani sifat berkurbannya adalah Abu Bakar. Beliau mengorbankan jiwa, raga dan hartanya untuk berjihad di jalan Allah SWT. Bila tidak dilarang Rasulullah SAW dan diminta untuk mengingat kepentingan keluarganya, Abu Bakar akan mengorbankan seluruh hartanya untuk berjuang bersama Rasulullah SAW menegakkan Islam.
Wanita mulia yang harus kita teladani juga adalah Khadijah. Beliau mengorbankan jiwa, raga dan juga hartanya untuk mendukung Rasulullah SAW menyebarkan Islam. Seluruh cinta dan pengorbanan Khadijah memberikan motivasi yang sangat kuat kepada Rasulullah SAW untuk menyebarkan Islam.
Agar kita dapat berkurban dengan lebih bermakna, diperlukan pengetahuan yang baik, dan, mempelajari kisah-kisah para nabi, rasul, sahabat dan sahabiyah sangat perlu, agar perjuangan mereka dapat dipahami, diteladani dan dicontoh.
Kisah pengorbanan yang penting untuk dipelajari dan dipahami adalah kisah Nabi Ibrahim AS, Siti Hajar, dan Nabi Ismail AS. Kisah ini memberikan tauladan mengenai ketaatan hamba Allah SWT untuk mematuhi seluruh perintah-Nya, ketaatan seorang istri kepada Allah SWT dan suami, juga keikhlasan dan kesolehan seorang anak dalam menerima perintah Allah SWT. Dari kisah ini, dapat diambil pelajaran bahwa keluarga yang dipimpin oleh bapak dan ibu yang sholeh, dapat memberikan keturunan yang sholeh dan taat kepada Allah SWT.
Sehubungan dengan semakin dekatnya bulan Dzulhijah, diharapkan umat muslim dapat melakukan ibadah berkurban dengan ikhlas karena Allah SWT. Bila dirasa berat, sesungguhnya dengan strategi yang tepat, ibadah berkurban dapat dilakukan dengan lebih ringan, misalnya dengan menabung setiap bulan sepanjang tahun.
Ibadah lain yang dilakukan oleh umat muslim dalam bulan Dzulhijjah adalah Haji.
Beberapa strategi yang dapat kita lakukan untuk memaksimalkan ibadah haji adalah sebagai berikut :
1. Perbanyak ilmu tentang Haji. Meskipun kita belum dapat memastikan waktu berangkat haji, mempelajari dan mendalami ilmu tentang haji harus dilakukan sedini mungkin, sehingga bila tiba-tiba Allah SWT berkehendak dan mengijinkan kita untuk berangkat haji, ibadah ini dapat kita lakukan secara maksimal. Ilmu-ilmu mengenai hukum-hukum wajib, sunah dan mubah sebaiknya dikuasai, sehingga kita dapat memaksimalkan ibadah kita.
2. Yakinlah bahwa Allah SWT telah menjadikan ibadah haji itu wajib, semua umat Islam telah dipanggil untuk datang kerumahNya untuk melakukan ibadah Haji.
3. Maksimalkan persiapan dengan cara:
- Niatkan, istiqomah, buat skala prioritas
- Luruskan niat hanya karena Allah SWT
- Siapkan anggaran khusus untuk berangkat Haji. Usahakan agar dana tersebut tidak digunakan untuk keperluan apapun selain untuk berangkat haji.
Sebagai penutup, Ibu Rini menjelaskan ibadah-ibadah yang baik dilakukan di bulan Dzulhijjah, dengan materi dibawah :
http://www.dakwatun a.com/2007/ -8-ibadah- di-bulan- dzulhijjah/
8 Ibadah di Bulan Dzulhijjah
Oleh: Mochamad Bugi
Sekarang bulan Dzulhijjah. Jika bulan ini disebut, maka dalam pikiran kita spontan teringat pada dua hal: pertama, tiap minggu kondangan karena banyak yang menikah, dan kedua, nyate bareng sama tetangga sehabis motong kambing kurban. Padahal, bulan Dzulhijjah lebih dari itu. Secara khusus Rasulullah saw. menyebut keutamaan bulan ini, terutama untuk 10 hari pertama di awal bulan.
Dari Ibnu ‘Abbas r.a. bahwa Nabi saw. Bersabda, “Tidak ada hari dimana amal shalih pada saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yaitu sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah.” Mereka bertanya, “Ya Rasulullah, tidak juga jihad fi sabilillah?” Beliau menjawab, “Tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun.” (HR. Bukhari)
Dari Umar r.a., bahwa Nabi saw. Bersabda, “Tidak ada hari yang paling agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat kebajikan di dalamnya daripada sepuluh hari (Dzulhijjah) ini.
Maka perbanyaklah pada saat itu tahlil, takbir, dan tahmid.” (HR. Ahmad)
Karena itu, jika kita ingin menjadi orang yang dicintai Allah swt., jangan sia-siakan kesempatan ini untuk taqarrub kepada Allah swt. dengan banyak-banyak melakukan ibadah. Setidaknya ada delapan ibadah yang bisa kita lakukan, yaitu:
1. Melaksanakan ibadah haji dan umrah.
Ini adalah amal yang paling utama di bulan Dzulhijjah. Tidak ada haji selain di bulan Dzulhijjah. Ganjaran bagi orang yang melaksanakan ibadah ini sangat besar di sisi Allah swt. Kata Nabi saw., “Dari umrah ke umrah adalah tebusan (dosa-dosa yang dikerjakan) di antara keduanya, dan haji yang mabrur balasannya tiada lain adalah surga.”
2. Berpuasa selama 10 hari di hari-hari pertama bulan Dzulhijjah, atau pada sebagiannya, atau paling tidak sehari di hari Arafah. Puasa juga amalan utama. Allah swt. memilih puasa sebagai amalan hambaNya untuk diriNya sehingga Dia sendiri yang menentukan pahalanya. Hal ini termaktub dalam sebuah hadist Qudsi. “Puasa ini adalah untuk-Ku, dan Aku lah yang akan membalasnya. Sungguh dia telah meninggalkan syahwat, makanan, dan minumannya semata-mata karena Aku.”
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah melainkan Allah pasti menjauhkan dirinya dengan puasanya itu dari api neraka selama tujuh puluh tahun”. (Hadits muttafaq ‘alaih)
Dari Abu Qatadah r.a. bahwa Nabi saw. bersabda, “Berpuasa pada hari Arafah karena mengharap pahala dari Allah melebur dosa-dosa setahun sebelum dan sesudahnya”. (HR. Muslim)
3. Bertakbir dan berdzikir. Perbanyaklah takbir dan dzikir di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah sebagaimana yang diperintahkan Allah swt., “…. dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan….” [QS. Al-Hajj (20): 28]. Begitulah para ahli tafsir menafsirkannya frase “pada hari-hari yang ditentukan” dengan “sepuluh hari dari bulan Dzul Hijjah”. Karena itu, para ulama menganjurkan kepada kita untuk memperbanyak dzikir pada hari-hari tersebut. Apalagi ada hadits dari Ibnu Umar r.a. yang menguatkan. Bunyinya, “Maka perbanyaklah pada hari-hari itu tahlil, takbir, dan tahmid”. (HR. Ahmad)
Imam Bukhari menuturkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah keluar ke pasar pada sepuluh hari tersebut seraya mengumandangkan takbir lalu orang-orang pun mengikuti takbirnya.
Diriwayatkan bahwa para tabiin pada hari-hari itu mengucapkan, “Allahu akbar, allahu akbar, laa ilaha ilallah, walllahu akbar, allahu akbar wa lillahil hamdu.” Artinya, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada ilah (sembahan) selain Allah. Dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, segala puji hanya bagi Allah.”
Dianjurkan mengeraskan suara saat bertakbir baik ketika di masjid, rumah, pasar, atau di jalan. Allah berfirman, “Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu …”. [QS. Al-Baqarah (2): 185]
Perbanyak taubat dan meninggalkan segala bentuk maksiat dan dosa. Maksiat adalah penyebab jauhnya hamba dari Allah swt. Sedangkan ketaatan adalah pintu mendapat cinta dan kasih sayang Allah swt. Dan Allah swt. lebih cinta kepada seorang hamba melebihi cinta sang hamba kepada Allah swt. Bahkan, Allah swt. cemburu jika hambanya berbuat maksiat. Dari Abu Hurairah r.a., bahwa Nabi swt. bersabda, “Sesungguhnya Allah itu cemburu, dan kecemburuan Allah itu manakala seorang hamba melakukan apa yang diharamkan Allah terhadapnya.” (Hadits muttafaq ‘alaihi)
4. Perbanyaklah amal shalih. Bukan hanya amal-amal yang fardhu saja. Sebab, Allah swt. suka dan mencintai seorang hamba yang mendekatkan diri kepadanya dengan melakukan nawafil, amalan sunah. Kita bisa memperbanyak shalat sunnah, bersedekah, berjihad, membaca Al-Qur’an, dan melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Kita sangat berharap semua amalan itu bisa mendatangkan banyak pahala. Tapi, kita lebih berharap lagi mendapat cintai dan ridha Allah swt.
5. Disyariatkan pula kita melakukan takbir muthlaq –yaitu pada setiap saat, siang ataupun malam sampai shalat Ied– dan takbir muqayyad –yaitu takbir yang dilakukan setiap selesai shalat fardhu yang dilaksanakan dengan berjama’ah. Bagi kita yanga sedang tidak berhaji, takbir dimulai dari sejak Zhuhur hari raya Qurban terus berlangsung hingga shalat Ashar pada hari Tasyriq.
6. Berkurban. Bisa kita lakukan pada Hari Raya Qurban dan Hari-hari Tasyriq. Ibadah ini adalah sunnah Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Muhammad saw. mengukuhkannya menjadi syariat bagi kita. Sabda Nabi, “Berkurban dengan menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih dan bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelihnya dengan menyebut nama Allah dan bertakbir, serta meletakkan kaki beliau di sisi tubuh domba itu”. (Hadits muttafaq ‘alaihi).
7. Dilarang mencabut atau memotong rambut dan kuku bagi orang yang hendak berkurban. Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya, dari Ummu Salamah r.a. bahwa Nabi saw. bersabda: “Jika kamu melihat hilal bulan Dzulhijjah dan salah seorang di antara kamu ingin berkurban, maka hendaklah ia menahan diri dari (memotong) rambut dan kukunya.” Dalam riwayat lain, “Maka janganlah ia mengambil sesuatu dari rambut atau kukunya sehingga ia berkurban.”
Hal ini untuk menyerupai orang yang menunaikan ibadah haji yang menuntun hewan kurbannya. Firman Allah, “Dan jangan kamu mencukur (rambut) kepalamu, sebelum kurban sampai di tempat penyembelihan.” [QS. Al-Baqarah (2): 196]. Larangan ini, menurut zhahirnya, hanya dikhususkan bagi orang yang berkurban saja, tidak termasuk istri dan anak-anaknya, kecuali jika masing-masing dari mereka berkurban.
8. Melaksanakan shalat Iedul Adha dan mendengarkan khutbahnya. Bahkan, anak-anak dan wanita-wanita yang sedang haidh pun diperintahkan Nabi saw. untuk hadir bersama jama’ah shalat ied di tanah lapang untuk mendengarkan khutbah.
Comments
Post a Comment