JILBABKU, TASBIHKU

Aku adalah seorang muslimah biasa yang masih jauh dari sempurna, seorang ibu dengan 2anak yang masih terus belajar bersabar.

MUSLIMAH, kata itu begitu kuat dan begitu sempurna, sedangkan aku mengaku sebagai MUSLIMAH tapi masih merasa jauh dari kesempurnaan seorang muslimah. Aku yang juga masih terus mencari arti dari kesempurnaan Seorang MUSLIMAH.

Aku bersama keluarga tinggal di Negara di mana Muslim adalah minoritas. Anehnya, justru selama aku tinggal di Negara ini, aku lebih banyak mengenal islam. Alhamdulillah aku dikelilingi oleh keluarga dan kerabat muslim di sini, acara dan aktifitas muslim pun selalu ada, mesjid tidak jauh dari rumah. Dan di negera ini pula aku mengenakan kerudung walaupun hanya sesekali di acara-acara pengajian.

Pernah terlintas dalam hati, keinginan untuk memakai jilbab seterusnya. Tetapi entah kenapa keinginanku itu pupus dan tertutup dengan kekhawatiranku yang luar biasa. Ada saja yang berbisik keras di hati, “Apakah kamu sudah siap lahir bathin?”, “Kamu minoritas disini, tantangannya lebih berat lho?”,” Yang penting kan hatinya, nggak perlu pakai2 jilbab”, “Elo sholat aja belum bener udah mau pakai jilbab”, Dan seterusnya, dan seterusnya. Bisikan itu begitu kuat dan mendominiasi, keinginan itupun lenyap tersimpan dalam hati.
Suatu saat ada perasaan tidak nyaman dengan keadaan buka dan tutup jilbab, ada perasaan tidak beres, aku seperti menyamar sebagai orang lain, sampai-sampai orang mengatakan aku seperti bunglon dan tidak jarang orang tidak mengenaliku karena penampilanku yang selalu berubah. Dan akupun bertanya dalam hati, “Apakah kamu malu menjadi seorang MUSLIMAH, hingga kamu membuka jilbabmu di tempat yang lain….??!!” Astaghfirullah-al'azim

Belum lagi saat aku bingung dan kerepotan jika di tengah perjalanan aku harus sholat dan lupa tidak membawa kain penutup kepala (mukena atau jilbab), akhirnya aku sholat dengan keadaan darurat, memakai topi atau kain seadanya untuk menutup kepala. Hati ini yang susah sekali khusyuk, menjadi bertambah-tambah. Lagi-lagi aku bertanya ”Untuk apa aku sholat, apa hanya untuk menyetor muka saja…???” Mengapa kamu hanya menutup kepala hanya pada saat kamu menghadap Allah swt?? Apa menurutmu Allah swt tidak tahu keadaan kamu yang sebenarnya…??? Astaghfirullah-al'azim

Aku pun makin jengah dengan keadaan diriku, aku mulai haus ilmu, mulai mencari-cari seperti apa pribadi yang muslimah, mengapa muslimah identik dengan jilbab atau kerudung?. Semakin aku membaca, semakin aku mengerti. Begitu cintanya Allah swt kepada wanita, hingga Allah swt menurunkan perintah menggunakan kerudung. Dan begitu tidak bersyukurnya aku, hingga aku mengabaikan perintahMU ya Allah. Sekelebat terlintas begitu tidak kekalnya kehidupanku ini, kecantikan duniaku tidakku bawa mati, siapkah aku menghadapmu ya Allah dengan jilbab kain kafan yang membalut tubuh, sedangkan selama hidup aku menanggalkannya.

JILBAB SEBUAH ANUGRAH
Dalam proses pencarian, aku mulai bertanya-tanya begitu cintanya Allah swt pada umatnya, sebaliknya apa bukti cintaku pada Allah swt. Cinta adalah pengorbanan, tidak segan-segan orang mengorbankan segala sesuatu untuk menggapai cinta. Pada tahun baru hijrah, setelah sholat Dhuha, entah mengapa hati ini dipenuhi dengan cinta, cintaku pada Allah swt. Kuhilangkan rasa kekhawatiran duniaku sebagai suatu pengorbanan. Dengan menyebut nama Allah SWT, Bismillahirrahmanirrahim, aku memulai mengenakan jilbab, sebagai langkah awal. Satu demi satu aku buang rok miniku, swimming suit, tanktop, celana pendek dan skinny jeansku. Semua itu aku lakukan dengan ringan dan senyum kemenangan, bahkan bernafas lega, phewwww akhirnya terbebas dari alat pelurus dan pengeriting rambut. Kupenuhi hati ini dengan Astaghfirullahalazim pada setiap bisikan keraguan yang muncul. Hatiku tenggelam dalam lautan zikir menyebut nama Allah swt dan rasa cintaku pada Allah swt.

Aku bukanlah seorang ahli agama dan bukan juga orang yang mulia, jilbabku tidak hanya sebagai identitas, dengan jilbabku aku bertasbih dalam hati dan rasa kecintaanku pada Allah swt. Sebuah hadiah, berkah dan keberuntungan di tahun baru Hijrah, Alhamdulillahi aku bisa mencontoh orang-orang yang mulia, Insya Allah, walaupun aku tidak sama persis seperti mereka.

PUJIAN DAN UJIAN
Pujian-pujian setelah berjilbab, aku anggap sebagai ujian berat buat diriku. Aku tidak mau terlena . Setiap pujian aku sertai dengan doa, agar jilbabku ini bisa menjadi cerminan hati, hati yang bertasbih pada Allah swt.

Suatu saat , di sebuah hotel berbintang , seorang security bertubuh besar dan berkulit hitam seperti menatap dan mengikuti langkah kami , aku dan keluarga, dengan kecurigaan, aku berpikir apa hal ini karena jilbabku, mereka curiga karena itu. Security itu menghampiri kami, dada ini berdegup kencang, Ya Allah lindungilah kami. Dan security itu menepuk bahu suamiku seraya mengucap “Assalamu’alaikum wrwb, brother!. Security itu mengucapkan salam karena melihat aku menggunakan jilbab. Subhanallah, kekhawatiran yang tidak beralasan dan tidak masuk akal. Daguku yang awalnya menunduk takut, terangkat sambil tersenyum dan berucap syukur Alhamdulillah.

Setelah mengenakan jilbab, tidak hentinya aku menerima sapaan Assalamu’alaikum dan senyum dari sesama muslimah yang tidak aku kenal diperjalanan, hati ini bahagia bertambah-tambah, janji Allah swt adalah benar “ pakailah kerudungmu sehingga kamu lebih dikenal”. Subhanallah, langkah kakipun menjadi ringan, seakan bertasbih mengagungkan namaMu, ya Allah, aku tertunduk dengan senyum bahagia.


JILBABKU, TASBIHKU

Ya Allah,
Tidak berhenti mata ini bertasbih mengagungkan keindahan ciptaanMu.
Tidak berhenti telinga ini bertasbih mendengarkan ayat-ayat suci Mu.
Tidak berhenti hidung ini bertasbih menghirup udara surgaMu
Tidak berhenti mulutku bertasbih menyebut namaMu
Tidak berhenti hati ini betasbih memuji Mu.
Tidak berhenti tangan ini bertasbih berbagi kasih kepada ciptaanMu.
Tidak berhenti langkah kaki ini bertasbih menjalankan perintahMu.

Ya Allah,
Aku tersadar akan ada saat di mana semua itu terhenti
Ridha dan Rahmatmu menjadi sebuah pengharapan besar
Mohon kekuatan dan karuniaMu, ya Allah sebelum hari itu datang.
Jilbabku ini adalah sebuah anugrah besar.
Dengan Jilbabku aku bertasbih
Memohon bimbinganMu, sebelum hari pertanggungjawaban itu menjelang.
Cantik hati dan istiqomah menjadi sebuah impian besar.
Impian yang harus aku kejar, sebelum hari menutup mata tiba.

(by Dee Wibowo)


Comments

  1. Anonymous8:11 PM

    Mbak Dee...artikelnya mmebuatku menangis...it'e very inspiring....persis sekali apa yg aku alami. I live in Australia, aku jauh sebelum tinggal menetap di Oz, memakai jilbab, setelah di Oz (suami mualaf bule) aku sempet bongkar pasang jilbab krisis identitas...subhanallah, baru setahun belakangan ini setelag kembali behijrah, aku memutuskan untuk tidak akan bongkar pasang lagi...trenyata hati jauh lebih adem, lebih tenang, beribadahpun makin mantap...90 your story is my story....sekali lagi terimkasih artikelnya...saya numpang lewat dan lihat artikel ini, an mampir, salam kenal Reef Australia

    ReplyDelete
  2. Assalamu'alaikum, buat Reef Australia terimakasih ya sudah mampir. Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang istiqomah. Amien.

    ReplyDelete
  3. subhannallah.....
    meriinding ane membaca artikel ukhti, semangat terus pantang mundur ukhti

    ReplyDelete
  4. Assalamu'alaikum
    mba dee...
    saya sangat terinspirasi sekali dengan artikel mba..
    bolehkah saya share ke tmn2 saya
    syukran mba sblmnya ^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa'alaikumsalam,
      Dengan senang hati silahkan jika ingin di share. Smoga kita termasuk orang2 yg istiqomah menjalankan perintah Allah swt. Aamiin.

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Doa Majelis

Kupenuhi PanggilanMu ya Allah

Perjuangan seorang ibu "Titi Marsutji Binti Iskak" (Part 1)