MENJADI PRIBADI YANG AMANAH
(A.A. Haroki)
"Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu sedangkan kamu mengetahui (akibatnya)."(QS. Al-Anfaal 27-28). Amanah merupakan sifat yang sangat mulia. Ia merupakan perintah, sebagaimana difirmankan Allah dalam ayat di atas.
Sekaligus, amanah merupakan salah satu karakter/sifat yang ingin kita miliki menjadi ciri khas kepribadian kita. Orang yang amanah akan dimuliakan dalam hidupnya di dunia dan juag dimuliakan di akhirat, dan juga mendapat balasan syurga dari Allah."Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yangdipikulnya) dan janjinya…Mereka itu kekal di syurga lagi dimuliakan"(QS Al-Ma'arij 32 dan 35).
Lawan dari amanah adalah khianat. Dalam sebuah riwayat dari Abu Hurairah, RasuluLlah menjelaskansifat khianat sebagai bagian sifat orang munafik,sejalan dengan dusta dan ingkar janji.
Dari Abu Hurairah dari Nabi berkata, "Ciri orang munafik ada tiga: "Jika berbicara dia berdusta, jika berjanji dia mengingkari, dan jika dipercaya (amanat)dia berkhianat". (HR. Bukhari dan Muslim). Amanah, merupakan sifat para nabi.Cukuplah, kita ambil kisah Nabi Musa a.s.dan Muhammadsaw.
Nabi Musa, dalam kisah beliau bersama keluarga Syuaib dalam Surat Al-Qashash digambarkan sebagai pribadi yang amanah."Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja, karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kami ambil untuk bekerja ialah yang kuat lagi dapat dipercaya"(QS Al-Qashash:26). Ayat di atas menggambarkan Musa a.s. sebagaial-qowiyul amiin (kuat dan amanah).Begitu juga dengan RasuluLlah saw.
Dari siroh, kita telah dengar bagaimana RasuluLlah sejak kecil digelarial-amiin (orang yang dipercaya), yang tidak hanyadiakui oleh para sahabat tapi juga oleh musuh Islam.SubhanaLlah, amanah merupakan sifat utama para nabi! Akibat tidak amanah.
Rasulullah saw. bersabda, "Apabila amanat telahdisia-siakan, maka tunggulah datangnya kebinasaan."Seorang sahabat bertanya, "Bagaimana orang menyia-nyiakan amanat itu, ya Rasulullah". Jawab Rasulullah, "Idza wusidal amru ila ghairi ahlihi fantadliris sa'ah. Jika suatu urusan diserahkan kepadayang bukan ahlinya, tunggulah kehancurannya". (HR.Bukhari dan Muslim).
Bukti sederhana dari hadits RasuluLlah, adalah apa yang kita lihat di negeri kita. Korupsi adalah bentuk dari tidak amanahnya seseorang. Banyaknya pemimpin,penguasa, pejabat yang seolah-olah "biasa" dengank orupsi. Ini adalah karena hilangnya sifat amanah. Dampaknya, tidak hanya buat yang bersangkutan, didunia (dikejar oleh komite anti korupsi :-) dan diakhirat… siksa dari Allah, tapi juga kepada orang lain dimana terjadi kerusakan di masyarakat, seperti keterpurukan ekonomi dan seterusnya. Apa saja bentuk amanah yang ada dipundak kita?
Sebagai seorang muslim, kita diberi amanah sebagai duta Islam. Menjadi model pribadi muslim yang rahmatan lil 'alamiin. Sebagai seorang hamba, kitadiberi amanah menjaga diri kita dari hal-hal merusak dan hal-hal yang dibenci oleh Allah. Kita akandiminta pertanggung jawaban kelak, terhadap setiap loncaran lisan kita, langkah kaki kita, dan pandangan mata kita.
Sebagai seorang orang tua, kita punya amanah mendidik anak kita menjadi pribadi yang sholeh/sholihah. Dalam setiap keterikatan kita denganpekerjaan kantor atau sekolah atau organisasi, itujuga merupakan amanah dimana harus kita kerjakan secara professional (itqon).
Bagaimana menjadi pribadi yang amanah? Jawabannya wallahu 'alam. Mungkin hal-hal sederhana berikut bisadijadikan pijakan dasar, diantara banyak hal yanglain.
1. Selalu menjaga keimanan. Iman adalah kunci akhlak. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa mustahil seorang mukmin itu mencuri atau berbohong. Artinya,ketika keimanan itu ada dalam dirinya. Senada,mustahil juga ia tidak amanah ketika iman kita kuat.
2. Selalu mengingatkan diri bahwa Allah nanti di hari akhir akan meminta pertanggung-jawaban kepada setiapamanah yang ada pada kita.
3. Mengevaluasi kelemahan diri dan keterbatasan yang dimiliki. Konsekuensinya, jangan sampai menerima amanah, dimana kita pahami bahwa kita lemah dalam hal tersebut. Atau, bisa juga meminta bantuan dari yang lain, ketika kita sadar bahwa kita mungkin tidak bisa menunaikannya dengan sempurna. Tentu, ini tidak berarti takut menanggung amanah! Orang yang tidak mau menerima amanah, sama saja dengan menutup peluang untuk mendapatkan ganjaran pahala dari Allah.
4. Memohon pertolongan Allah, agar dikuatkan dalammenanggung amanah. Islam mengajarkan kita untukmengucapkan insya Allah, ini satu hal yang sederhana.
5. Melatih diri untuk menunaikan amanah, mulai darihal yang sederhana dan dari sistem pembinaan yang kondusif untuk selalu mengingatkan dan mengkoreksi diri, ketika kita lupa atau lalai dengan amanah kita. Semoga kita menjadi pribadi yang siap menerima amanahdan sanggup menunaikannya, sehingga diberikan kemuliaan oleh Allah nanti di syurga-Nya.Amiin.
"Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu sedangkan kamu mengetahui (akibatnya)."(QS. Al-Anfaal 27-28). Amanah merupakan sifat yang sangat mulia. Ia merupakan perintah, sebagaimana difirmankan Allah dalam ayat di atas.
Sekaligus, amanah merupakan salah satu karakter/sifat yang ingin kita miliki menjadi ciri khas kepribadian kita. Orang yang amanah akan dimuliakan dalam hidupnya di dunia dan juag dimuliakan di akhirat, dan juga mendapat balasan syurga dari Allah."Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yangdipikulnya) dan janjinya…Mereka itu kekal di syurga lagi dimuliakan"(QS Al-Ma'arij 32 dan 35).
Lawan dari amanah adalah khianat. Dalam sebuah riwayat dari Abu Hurairah, RasuluLlah menjelaskansifat khianat sebagai bagian sifat orang munafik,sejalan dengan dusta dan ingkar janji.
Dari Abu Hurairah dari Nabi berkata, "Ciri orang munafik ada tiga: "Jika berbicara dia berdusta, jika berjanji dia mengingkari, dan jika dipercaya (amanat)dia berkhianat". (HR. Bukhari dan Muslim). Amanah, merupakan sifat para nabi.Cukuplah, kita ambil kisah Nabi Musa a.s.dan Muhammadsaw.
Nabi Musa, dalam kisah beliau bersama keluarga Syuaib dalam Surat Al-Qashash digambarkan sebagai pribadi yang amanah."Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja, karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kami ambil untuk bekerja ialah yang kuat lagi dapat dipercaya"(QS Al-Qashash:26). Ayat di atas menggambarkan Musa a.s. sebagaial-qowiyul amiin (kuat dan amanah).Begitu juga dengan RasuluLlah saw.
Dari siroh, kita telah dengar bagaimana RasuluLlah sejak kecil digelarial-amiin (orang yang dipercaya), yang tidak hanyadiakui oleh para sahabat tapi juga oleh musuh Islam.SubhanaLlah, amanah merupakan sifat utama para nabi! Akibat tidak amanah.
Rasulullah saw. bersabda, "Apabila amanat telahdisia-siakan, maka tunggulah datangnya kebinasaan."Seorang sahabat bertanya, "Bagaimana orang menyia-nyiakan amanat itu, ya Rasulullah". Jawab Rasulullah, "Idza wusidal amru ila ghairi ahlihi fantadliris sa'ah. Jika suatu urusan diserahkan kepadayang bukan ahlinya, tunggulah kehancurannya". (HR.Bukhari dan Muslim).
Bukti sederhana dari hadits RasuluLlah, adalah apa yang kita lihat di negeri kita. Korupsi adalah bentuk dari tidak amanahnya seseorang. Banyaknya pemimpin,penguasa, pejabat yang seolah-olah "biasa" dengank orupsi. Ini adalah karena hilangnya sifat amanah. Dampaknya, tidak hanya buat yang bersangkutan, didunia (dikejar oleh komite anti korupsi :-) dan diakhirat… siksa dari Allah, tapi juga kepada orang lain dimana terjadi kerusakan di masyarakat, seperti keterpurukan ekonomi dan seterusnya. Apa saja bentuk amanah yang ada dipundak kita?
Sebagai seorang muslim, kita diberi amanah sebagai duta Islam. Menjadi model pribadi muslim yang rahmatan lil 'alamiin. Sebagai seorang hamba, kitadiberi amanah menjaga diri kita dari hal-hal merusak dan hal-hal yang dibenci oleh Allah. Kita akandiminta pertanggung jawaban kelak, terhadap setiap loncaran lisan kita, langkah kaki kita, dan pandangan mata kita.
Sebagai seorang orang tua, kita punya amanah mendidik anak kita menjadi pribadi yang sholeh/sholihah. Dalam setiap keterikatan kita denganpekerjaan kantor atau sekolah atau organisasi, itujuga merupakan amanah dimana harus kita kerjakan secara professional (itqon).
Bagaimana menjadi pribadi yang amanah? Jawabannya wallahu 'alam. Mungkin hal-hal sederhana berikut bisadijadikan pijakan dasar, diantara banyak hal yanglain.
1. Selalu menjaga keimanan. Iman adalah kunci akhlak. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa mustahil seorang mukmin itu mencuri atau berbohong. Artinya,ketika keimanan itu ada dalam dirinya. Senada,mustahil juga ia tidak amanah ketika iman kita kuat.
2. Selalu mengingatkan diri bahwa Allah nanti di hari akhir akan meminta pertanggung-jawaban kepada setiapamanah yang ada pada kita.
3. Mengevaluasi kelemahan diri dan keterbatasan yang dimiliki. Konsekuensinya, jangan sampai menerima amanah, dimana kita pahami bahwa kita lemah dalam hal tersebut. Atau, bisa juga meminta bantuan dari yang lain, ketika kita sadar bahwa kita mungkin tidak bisa menunaikannya dengan sempurna. Tentu, ini tidak berarti takut menanggung amanah! Orang yang tidak mau menerima amanah, sama saja dengan menutup peluang untuk mendapatkan ganjaran pahala dari Allah.
4. Memohon pertolongan Allah, agar dikuatkan dalammenanggung amanah. Islam mengajarkan kita untukmengucapkan insya Allah, ini satu hal yang sederhana.
5. Melatih diri untuk menunaikan amanah, mulai darihal yang sederhana dan dari sistem pembinaan yang kondusif untuk selalu mengingatkan dan mengkoreksi diri, ketika kita lupa atau lalai dengan amanah kita. Semoga kita menjadi pribadi yang siap menerima amanahdan sanggup menunaikannya, sehingga diberikan kemuliaan oleh Allah nanti di syurga-Nya.Amiin.
Comments
Post a Comment