Keutamaan Silaturahmi
Pengajian Imuslimah – Sabtu, 17 April 2010
Pembicara : Ibu Rahmah
Tempat : Kediaman Ibu Ati Masfar
Keutamaan Silaturahmi
Kata silaturahmi sering kita dengar dan ucapkan, tetapi sejauh mana kita melakukannya, apa urgensi dan dampak positifnya, dan bagaimana perhatian Islam mengenai silaturahmi, perlu kita pahami lebih lanjut.
Kata silaturahmi terdiri dari dua kosa kata :
1. Silah : hubungan/menghubung kan
2. Arrahim : kasih sayang/lembut
Bila ada suatu kaum selalu bersilaturahmi, menunjukkan bahwa kaum tersebut selalu berkasih sayang.
Kita dikatakan telah bersilaturahmi adalah bila kita telah menyambungkan kasih sayang dalam kebaikan, bukan dalam kemaksiatan.
Bila dilihat dari segi bahasa, silaturahmi dapat dijelaskan sebagai berikut:
Berdasarkan kata rahim, yang berarti peranakan, silaturahmi berarti menyambung tali kasih sayang kepada keluarga yang masih memiliki hubungan darah, yang harus sangat kita jaga. Sangat disayangkan bila seseorang memiliki hubungan yang lebih baik dengan teman dibandingkan dengan hubungan dengan keluarga.
Bangsa Arab dapat kita lihat sebagai bangsa yang sangat menjaga hubungan silaturahmi dengan keluarga. Mereka terbiasa menyebutkan nama bapak-bapak mereka. Sehingga mereka masih dapat mengetahui runutan generasi keatas, bahkan bisa mencapai 21 generasi keatas, seperti pada keluarga Rasulullah SAW
Kita diperintahkan untuk menjalin silaturahmi dengan keluarga kita, jangan sampai kita melupakan orang tua, keluarga dan karabat kita.
Bila berdasarkan penjelasan ulama ada beberapa perbedaan. Menurut Imam Al Nawawi , silaturahmi dapat dijelaskan dengan dua katagori:
1. Menjalin hubungan silaturahmi dengan saudara sedarah yang masih dekat dengan kita, hubungan mahram atau muhrim (hubungan keluarga yang tidak dapat dilangsungkan pernikahan, dijelaskan dalam surat Annisa ayat 23).
2. Menjalin hubungan silaturahmi dengan kerabat, semakin dekat hubungannya, hubungan silaturahmi harus semakin ditingkatkan.
Bersilaturahmi dapat dilakukan dengan hal-hal yang memungkinkan, misalnya dengan :
- Bicara dengan lemah lembut
- Ucapkan Salam
- Bila bertemu, berikan senyum
- Apabila sakit, kita kunjungi
- Apabila perlu bantuan, kita bantu dengan harta, kedudukan dll.
Selain bersungguh-sungguh dalam melakukan silaturahmi, kita juga harus bersunggung- sungguh dalam menjauhi hal-hal yang merusak silaturahmi. Ada beberapa orang yang sangat kuat menyambung silaturahmi, sehingga walaupun ia dimusuhi ia akan tetap berusaha menyambung silaturahmi.
Keutamaan silaturahmi dalam Islam
1. Silaturahmi adalah perintah Allah SWT
Seperti firman Allah SWT :
“dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk”. Al-Rad (13) - 21
Pada kalimat pertama dalam ayat diatas, perintah menghubungkan dari Allah SWT adalah perintah untuk menyambungkan silaturahmi.
Pada kalimat kedua, sesungguhnya kita harus takut kepada Rabb kita dalam keadaan diam atau bergerak, takut akan hisab-Nya diakhirat.
Firman Allah SWT yang lain tentang silaturahmi :
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan [mempergunakan] nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan [peliharalah] hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu” Annisa (4) – 1
Dalam suatu hadist dikatakan, “Bukanlah seseorang dikatakan bersilaturahmi bila disana ada kebaikan.”
Maksudnya adalah, bila ada seorang sahabat kita memberikan kebaikan kepada kita, dan kita balas dengan kebaikan; ada salah seorang saudara kita memberikan salam, kemudian kita jawab salamnya; ada saudara kita berbuat baik, kemudian kita juga berbuat baik; maka kita belum digolongkan dalam orang-orang yang menyambung silaturahmi, kita hanya membalas silaturahmi.
Menyambung silaturahmi adalah, bila kita berusaha untuk berbuat baik kepada saudara/teman yang hubungan silaturahminya terputus, kepada saudara/teman yang bila kita kunjungi tidak menyambut dengan menyenangkan, bila kita sapa tidak membalas, saudara/teman yang berhati keras. Pada kondisi seperti ini, bila kita dengan iklas berbuat baik dan menyambung silaturahmi dengan saudara/teman kita ini, baru kemudian kita dapat digolongkan dalam golongan orang-orang yang menyambung silaturahmi.
Bersilaturahmi bukan hanya menunggu kebaikan dari orang lain, tetapi karena melaksanakan perintah Allah SWT. Mereka baik atau tidak, mau menerima kita atau tidak, yang penting adalah kita berusaha.
Perintah silaturahmi telah disampaikan oleh Allah SWT kepada Nabi-nabi sebelum Rasulullah SAW, sesuai dengan firman Allah SWT :
“Dan [ingatlah], ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil [yaitu]: Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling”. Al-Baqarah (2) – 83.
Dikisahkan, terjadi suatu percakapan di masa Rasulullah SAW masih menyiarkan Islam di kota Mekkah. Kala itu Rasulullah SAW masih menyebarkan Islam secara sembunyi-sembunyi. Seseorang bertanya kepada Rasul : “Siapakah engkau?”. Jawab Rasul : “ Saya Nabi”. Orang tersebut kembali bertanya : “Nabi apa?”. Jawab Rasul: “ Nabi yang diutus Allah SWT”
Orang tersebut bertanya lagi: “ apa yang diperintahkan kepada engkau?”. Rasul menjawab: “Saya diperintahkan untuk mengajak manusia menyembah Allah SWT, menghancurkan berhala dan menyambungkan silaturahmi”
2. Adanya larangan bagi orang-orang yang memutuskan tali silaturahmi
Sesuai perintah Allah SWT :
“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dila’nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka” Muhammad (47)-22&23.
Dijaman jahiliyah, manusia suka berkelahi dan suka memutuskan silaturahmi, mereka tidak peduli dengan saudaranya. Jangan sampai kita menyontoh dan kembali pada jaman jahiliyah.
3. Mendapatkan rahmat dan kebaikan
Kita sebagai makhluk Allah SWT kita mempunyai tugas untuk menyambung silaturahmi sesuai fitrah penciptaan manusia.
4. Mendapatkan pahala yang besar dan syurga Allah SWT
Didalam sebuah hadist diceritakan bahwa, Rasulullah SAW pernah berkata bahwa diantara hamba-hamba Allah SWT kelak akan ada yang mendapat tempat istimewa disurga. Mereka bukan para Nabi dan mereka bukan para syuhada. Bahkan para nabi dan syuhada tertarik dengan kedudukan sekelompok orang ini disisi Allah SWT.
Para sahabat bertanya: “ Ya Rasulullah, siapakah mereka yang mendapatkan tempat istimewa itu?”
Rasulullah SAW tidak menjawab nama kelompok mereka, tetapi menjelaskan ciri-cirinya, yaitu:” mereka adalah orang-orang yang ketika hidupnya saling mencintai dan menyanyangi atas dasar keimanan, ketaqwaan, dan keislaman, bukan karena harta dan kedudukan”
5. Diampuni dosa
Allah SWT berfirman :
“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka [tidak] akan memberi [bantuan] kepada kaum kerabat [nya], orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka mema’afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Annur (14) – 32
Kalau kita lihat dalam Ashabul nuzul-nya, ayat ini turun berkaitan dengan kisah Abu Bakar AS dan keponakannya, Mitzah, yang biaya hidupnya saat itu masih ditanggung oleh Abu Bakar AS.
Berkaitan juga dengan kisah Aisyah RA, yang sempat mendapatkan fitnah ketika tertinggal dari rombongan Rasulullah SAW, dan pulang kembali kerumah bersama rombongan sahabat Rasulullah SAW, Soyfan. Ketika saat itu Aisyah RA mendapatkan fitnah, Mitzah termasuk dalam kelompok orang-orang yang menggembar gemborkan berita tersebut.
Abu Bakar AS, sebagai orang tua Aisyah RA, saat itu merasa marah, terutama setelah turun ayat Allah SWT yang membuktikan bahwa Aisyah RA tidak melakukan tindakan yang difitnahkan.
Saat itu itu Abu Bakar AS bersumpah tidak akan memberikan nafkah lagi kepada Mitzah.
Dari peristiwa itulah ayat diatas turun. Sesuai ayat diatas, Abu Bakar AS mengharapkan ampunan dari Allah SWT, dan Abu Bakar pun memutuskan untuk memaafkan Mitzah, dan melanjutkan berbuat baik dan menafkahi Mitzah.
Dari cerita ini, kita dipahamkan bahwa bila kita menyambung silaturahmi, insya Allah, Allah SWT mengampuni dosa-dosa kita.
6.Dilapangkan rejekinya dan dipanjangkan umurnya
Dalam sebuat hadist dikatakan: “barang siapa ingin dilapangkan rejekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaknya ia menyambung tali silaturahmi”
Makna dilapangkan umurnya, memiliki beberapa makna dari para ulama :
a. Memiliki umur yang berkah, walaupun umurnya tidak panjang tapi berkah, hidupnya diisi dengan hal-hal yang bermanfaat, berbuat baik. Diisi dengan hal-hal yang menyibukkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
b. Memang Allah SWT menambahkan umur. Misalnya seseorang awalnya ditakdirkan berumur 60 th, tetapi karena seseorang tersebut rajin bersilaturahmi, maka Allah SWT menambahkan lagi umurnya. Semua tertulis dan ditetapkan di Lauh Mahfudz
c.Bila seseorang yang suka menyambung silaturahmi meninggal, maka ia akan terus dikenang, seolah-olah tetap hidup, seperti sahabat-sahabat Rasulullah SAW dan orang-orang sholeh yang namanya masih sering kita sebut, walaupun mereka sudah meninggal lebih dari seribu tahun yang lalu.
Semoga Allah SWT memberikan kekuatan kepada kita semua untuk dapat berbuat kebaikan dan menyambung silaturahmi dengan saudara dan kerabat kita, dan semoga Allah SWT memberikan kita semua sebuah tempat yang mulia di surga Allah SWT kelak. Amin ya Rabbal Alamin
__._,_.___
Pembicara : Ibu Rahmah
Tempat : Kediaman Ibu Ati Masfar
Keutamaan Silaturahmi
Kata silaturahmi sering kita dengar dan ucapkan, tetapi sejauh mana kita melakukannya, apa urgensi dan dampak positifnya, dan bagaimana perhatian Islam mengenai silaturahmi, perlu kita pahami lebih lanjut.
Kata silaturahmi terdiri dari dua kosa kata :
1. Silah : hubungan/menghubung kan
2. Arrahim : kasih sayang/lembut
Bila ada suatu kaum selalu bersilaturahmi, menunjukkan bahwa kaum tersebut selalu berkasih sayang.
Kita dikatakan telah bersilaturahmi adalah bila kita telah menyambungkan kasih sayang dalam kebaikan, bukan dalam kemaksiatan.
Bila dilihat dari segi bahasa, silaturahmi dapat dijelaskan sebagai berikut:
Berdasarkan kata rahim, yang berarti peranakan, silaturahmi berarti menyambung tali kasih sayang kepada keluarga yang masih memiliki hubungan darah, yang harus sangat kita jaga. Sangat disayangkan bila seseorang memiliki hubungan yang lebih baik dengan teman dibandingkan dengan hubungan dengan keluarga.
Bangsa Arab dapat kita lihat sebagai bangsa yang sangat menjaga hubungan silaturahmi dengan keluarga. Mereka terbiasa menyebutkan nama bapak-bapak mereka. Sehingga mereka masih dapat mengetahui runutan generasi keatas, bahkan bisa mencapai 21 generasi keatas, seperti pada keluarga Rasulullah SAW
Kita diperintahkan untuk menjalin silaturahmi dengan keluarga kita, jangan sampai kita melupakan orang tua, keluarga dan karabat kita.
Bila berdasarkan penjelasan ulama ada beberapa perbedaan. Menurut Imam Al Nawawi , silaturahmi dapat dijelaskan dengan dua katagori:
1. Menjalin hubungan silaturahmi dengan saudara sedarah yang masih dekat dengan kita, hubungan mahram atau muhrim (hubungan keluarga yang tidak dapat dilangsungkan pernikahan, dijelaskan dalam surat Annisa ayat 23).
2. Menjalin hubungan silaturahmi dengan kerabat, semakin dekat hubungannya, hubungan silaturahmi harus semakin ditingkatkan.
Bersilaturahmi dapat dilakukan dengan hal-hal yang memungkinkan, misalnya dengan :
- Bicara dengan lemah lembut
- Ucapkan Salam
- Bila bertemu, berikan senyum
- Apabila sakit, kita kunjungi
- Apabila perlu bantuan, kita bantu dengan harta, kedudukan dll.
Selain bersungguh-sungguh dalam melakukan silaturahmi, kita juga harus bersunggung- sungguh dalam menjauhi hal-hal yang merusak silaturahmi. Ada beberapa orang yang sangat kuat menyambung silaturahmi, sehingga walaupun ia dimusuhi ia akan tetap berusaha menyambung silaturahmi.
Keutamaan silaturahmi dalam Islam
1. Silaturahmi adalah perintah Allah SWT
Seperti firman Allah SWT :
“dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk”. Al-Rad (13) - 21
Pada kalimat pertama dalam ayat diatas, perintah menghubungkan dari Allah SWT adalah perintah untuk menyambungkan silaturahmi.
Pada kalimat kedua, sesungguhnya kita harus takut kepada Rabb kita dalam keadaan diam atau bergerak, takut akan hisab-Nya diakhirat.
Firman Allah SWT yang lain tentang silaturahmi :
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan [mempergunakan] nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan [peliharalah] hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu” Annisa (4) – 1
Dalam suatu hadist dikatakan, “Bukanlah seseorang dikatakan bersilaturahmi bila disana ada kebaikan.”
Maksudnya adalah, bila ada seorang sahabat kita memberikan kebaikan kepada kita, dan kita balas dengan kebaikan; ada salah seorang saudara kita memberikan salam, kemudian kita jawab salamnya; ada saudara kita berbuat baik, kemudian kita juga berbuat baik; maka kita belum digolongkan dalam orang-orang yang menyambung silaturahmi, kita hanya membalas silaturahmi.
Menyambung silaturahmi adalah, bila kita berusaha untuk berbuat baik kepada saudara/teman yang hubungan silaturahminya terputus, kepada saudara/teman yang bila kita kunjungi tidak menyambut dengan menyenangkan, bila kita sapa tidak membalas, saudara/teman yang berhati keras. Pada kondisi seperti ini, bila kita dengan iklas berbuat baik dan menyambung silaturahmi dengan saudara/teman kita ini, baru kemudian kita dapat digolongkan dalam golongan orang-orang yang menyambung silaturahmi.
Bersilaturahmi bukan hanya menunggu kebaikan dari orang lain, tetapi karena melaksanakan perintah Allah SWT. Mereka baik atau tidak, mau menerima kita atau tidak, yang penting adalah kita berusaha.
Perintah silaturahmi telah disampaikan oleh Allah SWT kepada Nabi-nabi sebelum Rasulullah SAW, sesuai dengan firman Allah SWT :
“Dan [ingatlah], ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil [yaitu]: Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling”. Al-Baqarah (2) – 83.
Dikisahkan, terjadi suatu percakapan di masa Rasulullah SAW masih menyiarkan Islam di kota Mekkah. Kala itu Rasulullah SAW masih menyebarkan Islam secara sembunyi-sembunyi. Seseorang bertanya kepada Rasul : “Siapakah engkau?”. Jawab Rasul : “ Saya Nabi”. Orang tersebut kembali bertanya : “Nabi apa?”. Jawab Rasul: “ Nabi yang diutus Allah SWT”
Orang tersebut bertanya lagi: “ apa yang diperintahkan kepada engkau?”. Rasul menjawab: “Saya diperintahkan untuk mengajak manusia menyembah Allah SWT, menghancurkan berhala dan menyambungkan silaturahmi”
2. Adanya larangan bagi orang-orang yang memutuskan tali silaturahmi
Sesuai perintah Allah SWT :
“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dila’nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka” Muhammad (47)-22&23.
Dijaman jahiliyah, manusia suka berkelahi dan suka memutuskan silaturahmi, mereka tidak peduli dengan saudaranya. Jangan sampai kita menyontoh dan kembali pada jaman jahiliyah.
3. Mendapatkan rahmat dan kebaikan
Kita sebagai makhluk Allah SWT kita mempunyai tugas untuk menyambung silaturahmi sesuai fitrah penciptaan manusia.
4. Mendapatkan pahala yang besar dan syurga Allah SWT
Didalam sebuah hadist diceritakan bahwa, Rasulullah SAW pernah berkata bahwa diantara hamba-hamba Allah SWT kelak akan ada yang mendapat tempat istimewa disurga. Mereka bukan para Nabi dan mereka bukan para syuhada. Bahkan para nabi dan syuhada tertarik dengan kedudukan sekelompok orang ini disisi Allah SWT.
Para sahabat bertanya: “ Ya Rasulullah, siapakah mereka yang mendapatkan tempat istimewa itu?”
Rasulullah SAW tidak menjawab nama kelompok mereka, tetapi menjelaskan ciri-cirinya, yaitu:” mereka adalah orang-orang yang ketika hidupnya saling mencintai dan menyanyangi atas dasar keimanan, ketaqwaan, dan keislaman, bukan karena harta dan kedudukan”
5. Diampuni dosa
Allah SWT berfirman :
“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka [tidak] akan memberi [bantuan] kepada kaum kerabat [nya], orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka mema’afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Annur (14) – 32
Kalau kita lihat dalam Ashabul nuzul-nya, ayat ini turun berkaitan dengan kisah Abu Bakar AS dan keponakannya, Mitzah, yang biaya hidupnya saat itu masih ditanggung oleh Abu Bakar AS.
Berkaitan juga dengan kisah Aisyah RA, yang sempat mendapatkan fitnah ketika tertinggal dari rombongan Rasulullah SAW, dan pulang kembali kerumah bersama rombongan sahabat Rasulullah SAW, Soyfan. Ketika saat itu Aisyah RA mendapatkan fitnah, Mitzah termasuk dalam kelompok orang-orang yang menggembar gemborkan berita tersebut.
Abu Bakar AS, sebagai orang tua Aisyah RA, saat itu merasa marah, terutama setelah turun ayat Allah SWT yang membuktikan bahwa Aisyah RA tidak melakukan tindakan yang difitnahkan.
Saat itu itu Abu Bakar AS bersumpah tidak akan memberikan nafkah lagi kepada Mitzah.
Dari peristiwa itulah ayat diatas turun. Sesuai ayat diatas, Abu Bakar AS mengharapkan ampunan dari Allah SWT, dan Abu Bakar pun memutuskan untuk memaafkan Mitzah, dan melanjutkan berbuat baik dan menafkahi Mitzah.
Dari cerita ini, kita dipahamkan bahwa bila kita menyambung silaturahmi, insya Allah, Allah SWT mengampuni dosa-dosa kita.
6.Dilapangkan rejekinya dan dipanjangkan umurnya
Dalam sebuat hadist dikatakan: “barang siapa ingin dilapangkan rejekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaknya ia menyambung tali silaturahmi”
Makna dilapangkan umurnya, memiliki beberapa makna dari para ulama :
a. Memiliki umur yang berkah, walaupun umurnya tidak panjang tapi berkah, hidupnya diisi dengan hal-hal yang bermanfaat, berbuat baik. Diisi dengan hal-hal yang menyibukkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
b. Memang Allah SWT menambahkan umur. Misalnya seseorang awalnya ditakdirkan berumur 60 th, tetapi karena seseorang tersebut rajin bersilaturahmi, maka Allah SWT menambahkan lagi umurnya. Semua tertulis dan ditetapkan di Lauh Mahfudz
c.Bila seseorang yang suka menyambung silaturahmi meninggal, maka ia akan terus dikenang, seolah-olah tetap hidup, seperti sahabat-sahabat Rasulullah SAW dan orang-orang sholeh yang namanya masih sering kita sebut, walaupun mereka sudah meninggal lebih dari seribu tahun yang lalu.
Semoga Allah SWT memberikan kekuatan kepada kita semua untuk dapat berbuat kebaikan dan menyambung silaturahmi dengan saudara dan kerabat kita, dan semoga Allah SWT memberikan kita semua sebuah tempat yang mulia di surga Allah SWT kelak. Amin ya Rabbal Alamin
__._,_.___
Comments
Post a Comment