Jodohku-Dibalik Perjuangan Seorang Ibu "Titi Marsutji Binti Iskak" (Part 3)
Jodohku
Untuk masalah ini ibu tidak pernah
mengaturku, aku bebas berteman dengan siapa saja. Tetapi namanya ibu, pasti banyak
larangannya, tidak boleh keluar malam, tidak boleh pergi berduaan aja. Nonton
bioskop pun tidak boleh, kata ibu “wis ra sah nonton-nonton bioskop, ojo
peteng2an (jangan gelap-gelapan)....Duh emaak….
Pada waktu aku SMA ada seleksi jalur
PBUD untuk UGM, aku iseng aja daftar karena kata wali sekolah ku, aku
memenuhi syarat. Eh iseng-iseng daftar, aku keterima di UGM tanpa test, sempat aku
menolak gak mau ambil, karena aku cuma coba-coba aja tidak mau kuliah di Jogja.
Ibu memberi aku semangat terus sambil ibu tanya “kenapa sih gak mau ke UGM”.
Aku
bilang “Buuu, Jogja gak keren aah, kayak sekolah di desa, cowoknya juga gak keren,
ngomongnya jawa medok medok, mau dapat cowok orang Jogja”.
Ibu langsung bilang “Kamu
itu mau sekolah apa cari cowok sih!, awas lho hati-hati kalo ngomong, nanti di
aminkan malaikat dapat cowok Jogja yang medok”.
Sambil geleng-geleng, aku
bilang sama ibu “Nggak deeh…makasiiih…”
Bayangan tentang Jogja seperti
bayanganku waktu kecil, masih banyak sawah-sawah, orang-orang pada ngomong jawa
yang aku sendiri walau orang jawa gak ngerti. Lucu aja denger cowok-cowok pada
ngomong jawa. Tapi karena dari sekolahpun mendorong aku untuk menerima sekolah di
UGM, setengah di paksa akhirnya akupun masuk kuliah di UGM.
Jauh dari ibu, untuk sekolah di
Jogja, ada senangnya ada sedihnya. Senangnya udah pasti yess….aku bisa bebas
nih gak ada yang larang-larang. Sedihnya…semua harus kulakukan sendiri tanpa
ibu.
Dari awal pendaftaran sampai nyari
kost, ibu yang nemenin aku. Alhamdulillah ada eyang, tantenya ibu yang tinggal di lingkungan
kampus, jadi selama cari kost, aku sama ibu nginep di rumah eyang.
Suatu malam, aku tidur sama ibu, dirumah
eyang yang model rumah lama jogja, dengan lampu yang seperti lilin,
melik-melik. Di tengah malam, aku denger suara krincing…kreeek…krincing kreeek.
Gak tahu kenapa yang terbayang itu suara pocong yang lompat..lompat, dan bunyi krinciiing kreeek….krincing kreeek. Aku bangunin ibu malam-malam…”Bu..bu
denger deh itu kayak suara pocong yang lompat-lompat!”. Ibu bangun terus cuma bilang.
“Emang suara pocong kayak gitu yaa….”. Pelan-pelan aku sama ibu ngintip dari jendela
kayu yang bolong-bolong. Sambil ngintip, bebarengan bilang “Ooooh tukang sate..”.
Ternyata tukang sate di jogja, roda gerobaknya dikasih krincingan, dan suara
rodanya yang mungkin sudah tua, bunyi kreeeek, jadi setiap roda berputar bunyi krincing kreeek...krincing kreeek. Oalah…udah deg-degan aja.
Selama proses pendaftaran ibu yang
selalu temenin aku sampai masa orientasi mahasiswa. Dari membeli peralatan buat
di tempat kost, sampai peralatan ospek. Aku bener-bener anak ibu yang gak tahu
apa yang harus aku lakukan tanpa ibu, pada waktu itu. Karena sepanjang hidupku
aku gak pernah jauh dari ibu, sekolah SD, SMP didepan rumah, SMA dibelakang yang
gak jauh dari rumah. Nah baru jauh pas di kuliah, seperti anak ayam kehilangan
induknya, kalo gak ada ibu. Tapi alhamdulillah ibu gak pernah tunjukin
kekhawatiran sama aku. Cuma pesennya belajar yang rajin ya.
Pada waktu kuliah, pergaulan ku
asik-asik aja. Aku banyak temen, tidak sulit untuk aku beradaptasi di
lingkungan kuliah. Kadang karena aku senang punya banyak teman, setiap hari ada
aja yang datang ke rumah, cuma sekedar pengen ngobrol atau nongkrong di rumah
kost ku. Sampai-sampai aku harus ngumpet didalam kamar, karena malas terima
teman-teman yang kadang-kadang datang gak kenal waktu.
Selang beberapa waktu ada
segerombolan cowok yang datang ke tempat kostku. Ada sekitar 4 cowok
datang ke kostku dan anehnya gak ada satupun yang aku kenal. Mereka datang dan
dengan PD nya memperkenalkan diri. Mereka cuma bilang dari Teknik Elektro,
kenal aku dari temennya di FE UGM. Begitu deh, mereka ngobrol becanda-becanda,
dengan logat-logat jawa medok mereka. Aku ikutan ketawa-ketawa lihat kelucuan
dan keluguan mereka. Dari ke 4 cowok itu, ada seorang cowok yang cuma
senyum-senyum aja, gak ikutan ngebanyol, sambil ngerokok diam aja, sesekali
nimbrung, tetapi gak kegenitan seperti yang lain. Aku mulai memperhatikan, nih
cowok cool banget sih..hmm hai..hai siapa dia J .
Tapi kayaknya agak-agak inget deh si Dia
itu, pada waktu dies natalies Ekonomi UGM, salah satu temenku memperkenalkan
temennya. “Yan, kenalin ini temenku, dia akan manggung main keyboard Economic
Jazz Band”. “Oh hai!” aku menyapanya, Dia bilang namanya "Bomo"sambil tersenyum, dalam hatiku duuuh nih orang jawa deh pasti, logatnya medok banget...Bhomo....
Dan pada saat acara
hiburan, aku lihat si dia main keyboard bersama bandnya mengiringi penyanyi
dengan lagu “Love will lead you back-nya Taylor Dayne”. Udah gitu penyanyinya
suaranya agak gak enak gitu, sampai di boooo…booo. Hihih kasihan deeh.
Ingetanku cuma sampai situ aja sih. Belum bagaimana-bagaimana.
Dengan berjalan waktu, singkat
cerita, itu segerombolan si berat dari Teknik Elektro, jadi sering mampir ke
kost-kost an aku. Kalo mereka datang kedengaran “breeeng..breeng..trung
tung..trung tung…!" Hmmm aku udah tahu pasti ini nih suara motor anak-anak Teknik Elektro yang sok kenal sok deket hihi. Tapi lama kelamaan, karena si Dia
konsisten diemnya, gak ketengilan kayak yang yang lainnya. Aku mulai gimana
gitu, penasaran kali ya sampai-sampai aku cerita sama temen2 kostku, minta pendapat tentang si
dia ini.
Aku mulai cari cara, gimana ya cara
hubungin dia…hihi. “Kayaknya gue di pelet nih, baru kali ini gue yang penasaran
sama cowok!”. Tanya-tanya nomer telpon, coba telpon dia minta bantuin PR computer
aku. Hihihi…mulai agresif nih. Mungkin lama kelamaan temen-temennya tahu ya aku mulai
mendekat sama dia ini. Akhirnya mereka lebih sering cari cara supaya aku semakin dekat sama dia.
Suatu saat, dia datang sendiri ke
rumah kost2an, aku lupa kayaknya nganter tugas computer aku deh. Deg2an juga
waktu itu, karena biasanya dia datang berkelompok. Kita ngobrol mulai
tanya-tanya, dia cerita-cerita dengan nada logat jawanya yang sangat medooook.
Duh mas…saking pundi toh…haha. Salah satu yang dia tanya “kamu asalnya dari
mana?”. Aku bilang “orangtuaku asalnya dari Jogja juga”. “Jogjanya dimana?, dia
balik tanya. Aku jawab “Rumah bupohku (sebutan eyang di Jogja) di jalan
Diponegoro 110”. Dia seperti kaget gitu, sambil bilang “lho rumah bupohku juga
disitu”. Whaaat….!!! Jreeeng!! Eng..Ing..Eng..!!.
Singkat cerita, aku mulai tanya
ibuku soal bupohnya dia dan dia cerita tentang Bupohku ke ibunya. Waduuh
ceritanya kok jadi begini..ternyata, eyangku dan eyangnya dia itu seperti
saudara jauh, ibuku kenal bupohnya dia, dan keluarganya dia kenal baik keluarga
bapakku di Jogja. Masya Allah…Small World after all.
Sampai ibukupun cerita ke
saudara-saudara bapak yang kenal dengan bupohya dia. Tanggapan mereka, “Wis di Jodohin
aja, ngelumpuke balung pisah” (ngumpulin tulang-tulang berserakan) kata mereka.
Keluarganya dia juga baik banget sama aku, kenal semua om-omku yang dulu
tinggal di Jogja, bisa dibilang om nya dia sama om ku teman main waktu kecil di
Jogja. Ya ampuun bisa begitu ya. Skenario Allah begitu indahnya… Dan semuanya
tidak ada yang kebetulan sudah seperti cerita cinta yang tertulis di buku novel.
Jadi ingat waktu aku bilang sama
ibu, aku gak mau kuliah di Jogja, karena males cowoknya medok-medok dan gak
keren. Laaah…malah kepincut cowok Jogja yang medoknya ampun-ampun….dan sangat
sederhana orangnya. Ibu cuma ketawa aja, bilang “tuh kan ibu udah bilang,
jangan ngomong sembarangan, omongan adalah doa, di aamiinkan malaikan deh tuh,
kejadian bener”.
Semenjak itu, kedekatanpun di
mulai. Sampai akhirnya, bulan Juni di tahun 90 an terjadilah kisah sejoli
menemukan cintanya. Dia mulai rutin ke rumah, cowok-cowok yang biasanya rutin
mampir sudah mulai berkurang..hihi, karena hampir tiap hari dia datang. Duh…kapan
belajarnya ini ya, kalo tiap hari wakuncar.
Dia bukanlah orang yang romantis,
orangnya lempeeeeng aja. Tidak gombal. Suatu waktu, aku tanya dong…”Maaas…kalo
suatu saat aku direbut cowok lain bagaimana”. Duh aku nunggu jawabannya,
membayangkan jawabannya bakal “gunungpun kan ku daki, lautanpun ku sebrangi”..Sambil
nunggu jawabannya, aku udah tersipu-sipu. Ternyata jawabanya, “Kalo kamu di
rebut cowok lain, ya berarti kamu bukan jodoh aku, tawakal aja”. Arggggh….rasanya
pengen jitak kepala nya deh, nih orang gak romantis amat siiih.
Belum lagi kalo kita lagi berantem,
diam-diaman bisa lamaaa banget. Sebagai cewek kan mintanya di rayu,
disayang-sayang supaya nggak ngambek. Eeeeh…si dia malah ngeloyooor…pulang.
Besoknya aku tanya dong…’Kamu kok pulang siiih!”. Dia cuma bilang, “ya mau
ngapain, kamu juga diam aja, aku pulang sholat aja, berdoa supaya kamu gak
ngambek lagi”. Duuuuh tolong deh, emang beda ya…pacaran sama cucunya ketua
Muhammadiah Bantul, ya begini nih.
Tapi alhamdulillah, hubungan kita
baik-baik aja. Ingat waktu aku sakit, waktu itu si dia lagi KKN kalo gak salah,
jadi gak ada yang bantu aku selama sakit. Aku diantar motor sama temen kostku ke
dokter. Dan akhirnya ibu harus ke Jogja tungguin aku sakit di kamar, karena
aku sakit cacar yang gak boleh keluar
kamar takut menular. Aku ingat bagaimana ibu ngerawat aku, waktu itu ibu suruh
aku minum susu, tapi aku gak suka susu putih, aku hanya mau minum susu coklat,
ibu sampai ngulek meses (chocolates sprinkle) terus di campur di susu, supaya
aku mau minum susu. Ibuku di Jogja sampai aku sembuh, dan bisa kuliah lagi. Duuuh
ibuuu ….aku gak bisa membalas semua kebaikanmu, semoga Allah membalas dengan
pahala dan surga tertinggi buat ibuku.
Berkat doa dan restu ibu tahun 1995
aku bisa lulus UGM dengan predikat cumlaude. Alhamdulillah, dan yang paling
bikin bahagia lagi aku wisuda bareng si Dia. Wuiih senengnya. Disitu orang tua
saling bertemu, saling kenalan, saling dekatan. Kayaknya sebentar lagi janur
kuning dan tenda biru membentang nih. Haha.
Setelah lulus kuliah kami sama-sama kerja di Astra, aku di Astra International, dia kerja di Digital Astra Nusantara. Awal masuk di Astra tidak ada yang tahu kalo aku pacaran, tetapi lama kelamaan semua tahu juga. Dan pada tahun 1996 kami tunangan, sebelum dia ditugaskan belajar ke US.
Selama mempersiapkan perkawinan, ibuku sangat berperan disini. Mungkin karena aku anak paling ragil, ibu mau semua pesta ibu yang mengurus. Mulai dari malam widodaren sampai resepsi. Dari mengatur acara sampai mengurusi kamar pengantin. Masya Allah aku masih ingat wajah itu seperti lelah mengurusi acara perkawinanku. Kata ibu sepertinya saat itu lah ibu mulai sakit gula, karena badannya lelah dan sering mengantuk. Tapi ibu mau semua di acarakan seperti adat jawa yang sempurna. Aku nurut aja, sepertinya saat itu aku hanya mengatur pengurusan gedung, makanan dan dokumentasi saja. Mencari souvenir ke jogja pun ibu ikut mengurusi.
Alhamdulillah semua berjalan lancar, acara perkawinanku pada bulan Agustus 1997 seperti ajang reuni keluarga, yang sudah puluhan tahun tidak bertemu. Ya Allah begitu indah rencanamu, semua diatur Allah begitu sempurna. Ibu begitu bahagia dengan perkawinanku, tidak ada kendala dan semua lancar-lancar saja.
Jika kukembali membuka album foto perkawinanku, ya Allah satu persatu orang-orang yang difoto itu telah pergi menghadap illahi. Perasaan seperti ini pernah ku utarakan ke ibu. Dan sekarang ibuku pergi menghadap Illahi. Seperti tidak sanggup aku melihat kembali album perkawinanku, dadaku terasa sesak, orang yang sangat berarti dalam hidupku sudah kembali ke penciptanya.
Dari aku dalam kandungan, lahir, hidup, menikah, figur ibuku selalu melekat dalam hidup aku. Semua peristiwa penting ibu selalu ada dalam moment2 hidup aku.
Ya Allah kuatkan aku
Sampaikan terimakasihku pada ibuku
Sampaikan maafku pada ibuku
Aku yang belum sempat membalas semua budi baik ibuku
Aku yang pernah menyakiti hati ibu
Ya Allah..
Sampaikan kecupan hangat untuk ibuku
Jaga ibuku di pembaringannya terakhirnya
Jadikan segala amal ibadahnya, tetesan keringat dan airmata ibu untuk anak-anaknya
sebagai penerang di alam kuburnya.
Hingga sampai waktu, aku berkumpul kembali bersama ibu di surganya Allah
Aaamiin ya Rabb...
Bersambung....Istirahat....
Comments
Post a Comment