Kupenuhi PanggilanMu ya Allah

Kupenuhi PanggilanMu ya Allah 

(Catatan haji ini kubuat untuk berbagi pengalaman selama haji, tidak ada niat untuk "Riya" atau sombong, semoga pengalaman dan tips2 haji kami dapat diambil manfaatnya bagi yang membutuhkan) 


"Boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”  (QS. Al-Baqarah : 216) 

Pada tahun 2014, sehari sebelum tanggal keberangkatan haji, kami dikabarkan tidak bisa berangkat dikarenakan system baru yang di gunakan kedutaan besar Saudi Arabia  yang membuat beberapa passport tidak dapat di baca. Dan kejadian ini tidak hanya terjadi pada kami, tapi juga beberapa teman-teman kami. Kuanggap kejadian itu adalah cobaan Allah. Sulit sekali menerima cobaan itu pada awalnya, atas support keluarga dan teman-teman aku tersadar, bahwa Allah memberikan ujian kepada hambanya yang dia sayangi. 

 SEBUAH KISAH PERJALANAN HAJI

Dyan Wibowo

8-28 September 2015


Dalam hati berkecamuk rasa gelisah, pasrah dan tawakal apapun yang menjadi keputusanNya, karena belum tahu apa yang akan menjadi keputusan Allah, setelah satu tahun kepergian hajiku tertunda, akankah Dia sang Maha Agung tahun ini akan mengundang kami, hambaNya, untuk berkunjung ke Baitullah. Pasrah dan tawakal, apapun yang menjadi keputusanNya aku akan terima, karena Allah Maha tahu apa yang terbaik bagi hambaNya. Hingga akhirnya kuputuskan untuk kembali mendaftar haji di tahun 2015 ini.

Dengan tidak berhenti berdzikir dan berdoa kutunggu undangan Allah, ku bersujud memohon agar Allah memanggil namaku dan suamiku untuk mengunjungi Baitullah yang merupakan bagian penting dalam tujuan hidup setiap Muslim.

 Sabtu, 20 Agustus 2015

Hari ini aku menerima telpon dari mbak N (initial), seorang agen yang membantu pengurusan Visa Haji. Berharap akan ada kabar gembira untuk visa haji ku. 

“Assalamu’alaikum dik, apakabar? Kata mbak N dari seberang. 

“Baik Alhamdulillah mbak, bagaimana mbak ada kabar tentang visa hajiku?” aku balas bertanya. 

“Maaf dik, passport nya gak bisa di scan lagi?. Kata-kata mbak N seperti petir meyambar, jantung seperti mau berhenti. Astaghfirullah alazim, ya Allah apa lagi yang harus kuperbuat agar aku kau panggil menjadi tamu Mu. Aku terdiam sejenak, nggak bisa berkata-kata lagi.

 Dan saat itu mbak N berkata lagi “ maaf dik…” terdiam sejenak..”mbak bercanda, alhamdulillah kamu dan suami sudah dapat Visa haji!”. Allahu Akbar Allahu Akbar (setengah berteriak) ku serukan asma Allah, aku bersujud tersungkur bersyukur atas karunia yang di berikan Allah…badan ini seraya bergetar menyambut kabar bahagia ini. Alhamdulillah ya Allah, Alhamdulillah, terimakasih pada akhirnya kau undang aku dan suami untuk pergi haji, beribadah ke tanah suci Mekah.

Terdengar serta merta teriakan Alhamdulillah AllahuAkbar dari area dapur, ternyata kakak dan ibuku mendengar pembicaraanku dengan mbak N di telpon. Kami menangis berpelukan mengucapkan Alhamdulillah berkali-kali.

Kabar ini membuatku bersemangat menyiapkan segala sesuatu. Berulang kali ku susun koper hajiku, kubongkar lagi, ku susun lagi, ku timbang lagi, Masya Allah semua ku lakukan dengan rasa tidak percaya, ku mendapat undangan istimewa dari Allah swt. Senandung talbiah, Labbaik Allahuma Labbaik, seperti tiada henti bersenandung terucap dibibirku, tetesan airmata haru dan bahagia tidak terbendung. Ya Allah kupenuhi panggilan Mu, ku penuhi panggilan Mu. Sekarang aku percaya beginilah perasaan bahagia yang dirasakan seseorang yang akan hendak pergi haji.

Alhamdulillah banyak teman-teman yang membantu memberikan nasihat dan tips-tips 

Banyak istighfar ya selama di sana, dzikir diperbanyak, untuk barang-barang terutama Baju Ihram dan perlengkapan haji untuk di Mina dipisahkan, supaya mempermudah di sana tidak perlu packing lagi.Tas serut atau backpack tipis untuk membawa botol minum dan sandal, ini diperlukan untuk dibawa selama di sana kita masuk ke masjid.

-    Jika berangkat suami istri, sebaiknya baju kita di sebar atau dibagi, baju istri sebagian ada di koper suami dan sebaliknya. Ini berguna jika terjadi salah satu dari koper hilang, kita masih memiliki baju di koper yang lain. Dan juga masukkan baju ihram dan baju cadangan di carry-on luggage.

Ada sesuatu yang penting lainnya yang harus kami persiapkan dan berat untuk dilakukan, yaitu surat wasiat (Will). Surat ini diperlukan karena kita tidak tinggal di Indonesia, dan kita meninggalkan anak-anak dan harta benda. Jika terjadi sesuatu terhadap jiwa kita, perlu dituliskan siapa yang akan menjadi hak asuh bagi anak-anak kita. Masya Allah berat menuliskannya, tetapi membuatku lebih menyadari bahwa sangatlah penting surat wasiat ini, kita tidak tahu kapan waktu kita berakhir padahal setiap detik, setiap langkah, setiap nafas, maut dapat menghampiri kita. Dan juga kuteringat apa yang dikatakan seorang ustadz bahwa amalan haji dan umroh itu termasuk jihad.

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, “Amalan apa yang paling afdhol?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.” Ada yang bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Jihad di jalan Allah.” Ada yang bertanya kembali, “Kemudian apa lagi?” “Haji mabrur”, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari no. 1519)

Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah mengatakan, “Haji dan umroh termasuk jihad. Karena dalam amalan tersebut seseorang berjihad dengan harta, jiwa dan badan. Sebagaimana Abusy Sya’tsa’ berkata, ‘Aku telah memperhatikan pada amalan-amalan kebaikan. Dalam shalat, terdapat jihad dengan badan, tidak dengan harta. Begitu halnya pula dengan puasa. Sedangkan dalam haji, terdapat jihad dengan harta dan badan. Ini menunjukkan bahwa amalan haji lebih afdhol’. 

Selasa, 8 September 2015 (24 Dhul Qadah 1436 H)

Seperti yang dikatakan banyak orang, pergi haji bukanlah persoalan yang mudah, kita harus mempersiapkan fisik dan mental kita, mulai dari persiapan berangkat hingga pulang. Uji fisik dan kesabaran disetiap tahapan prosesnya menjadi kunci utama. 

Dan itu pun benar terjadi. Mulai dari hari keberangkatan Allah sudah menguji kesabaran kami, tepat di hari kami berangkat, di subuh hari suamiku sudah mendapat kabar bahwa pesawat kami dari Frankfrut ke Beirut di cancel, karena seluruh staff Lufthansa airlines melakukan mogok kerja pada hari itu. Astaghfirullah alazim, dengan memperbanyak istighfar, kulalui masalah demi masalah pada saat di airport, selama 6 jam kami menunggu sampai akhirnya alhamdulillah rombongan kami berjumlah 15 orang dari Washington DC, mendapatkan tiket ke jeddah, walaupun kami harus mengambil rute berbeda dari apa yang ditetapkan agen haji kami.

Tiba di Frankfurt, airport terlihat kosong karena pada hari itu seluruh pilot dan ada 300 penerbangan Lufthansa airlines di cancel. Dan karena hal itu kami tidak perlu antri kamar mandi untuk mengganti Ihram dan proses check in pun berjalan lancar, Alhamdulillah.

Pada saat dipesawat perjalanan Frankfurt Jeddah karena tidak ada ketua rombongan, kami harus menentukan sendiri di mana miqotnya. Mencoba bertanya tetapi hampir rata2 hanya bisa bahasa jerman dan arab, dan mereka tidak mengerti apa yang kita tanyakan.

 Akhirnya dengan berdasarkan perkiraan kami, miqot adalah 2 jam sebelum mendarat, Dan kami saling mengingatkan rombongan untuk berniat haji dan sholat 2 rakaat. Bismillahirrahmanirrahim, Allah maha tahu segala kekurangan kami, dan semoga niat kami diterima. Aaamiin

 Rabu, 9 September 2015

 


Setiba di Jeddah, kesabaran kami di uji lagi, passport kami di tahan karena belum ada money order sticker untuk kami bisa keluar Jeddah, hal ini terjadi yang semestinya kami bertemu ketua rombongan di Beirut untuk mendapatkan stiker tapi rute perjalanan pesawat kami berubah dan langsung ke Jeddah. Sulit ternyata berkomunikasi dan dua-duanya saling tidak paham, Bahasa inggris tidak bisa, Bahasa Indonesia tidak nyambung, Bahasa arab kita tidak mengerti. 

Alhamdulillah ada dokter muda dari Indonesia yang punya teman Indonesia yang bisa Bahasa Arab. Tetapi tetap passport kita ditahan sampai ketua rombongan atau agen haji kita datang. Rombongan yang berjumlah 15 orang harus menunggu di luar aiport selama 9 jam sampai ketua rombongan datang. Suhu cukup panas saat itu mendekati 40 derajat celcius, berulangkali petugas bertanya, rombongan dari mana dan menunggu siapa? Karena mereka mengkhawatirkan kesehatan kami karena suhu yang panas. Tetapi kami merasa baik2 saja, saling berbagi makanan, saling berkenalan dekat, karena beberapa dari kami memang baru saling mengenal.

 

Terlebih di sekitar airport tempat kami menunggu ada foodcourt yang buka 24 jam, alhamdulillah, di tengah-tengah kelelahan bisa merasakan nasi ayam yang harganya 5 riyal, bisa makan buat berdua.

Tidak terasa waktu bergulir, sampai akhirnya ketua rombongan kirim message kalau mereka sudah sampai di airport Jeddah. 

Alhamdulillah, akhirnya kita bisa bertemu dengan semua rombongan haji ArRahman, walaupun dari tujuan airlines yang berbeda-beda.

Ujian kesabaran dan permasalahan yang dihadapi setiap orang berbeda-beda, kami di uji menunggu dalam waktu yang cukup lama di luar airport dengan udara yang panas, ada juga teman yang diuji karena semua kopernya tidak ditemukan. Tetapi karena spiritual mental yang kita persiapkan adalah Haji, kami yang mengalami ujian Nya hanya bisa tersenyum dan beristighfar. Astaghfirullah alaaziim, ya Allah ampunillah segala dosa kami, semoga kami bisa selalu bersabar menghadapi ujianMu.

 Kamis, 10 September 2015 (25 Dhul Qadah 1436H)

Sekitar jam 3 pagi waktu setempat satu persatu nama kami di panggil untuk naik bis menuju Mekkah. Setelah seluruh koper dinaikkan ke atas bis, dan kami siap berangkat, Team Leader Ustadz Joban memimpin doa perjalanan dan kamipun bertalbiyah bersama-sama.

Labbaikallaahumma labbaika, labbaika laa syariika laka labbarika, innal hamda wan-ni’mata laka wal-mulka laa syariika laka.


 “Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, aku datang memuhi panggilan-Mu tidak ada sekutu bagi-Mu, aku dating memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan segenap kekuasaan adalah milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu.”

AC bis semilir menerpa wajah kami yang kelelahan, sayup-sayup talbiyah terus berkumandang dan tidak kuasa menahan lelah mata inipun terpejam. Tetapi tidak beberapa lama tiba-tiba bis berhenti ditengah jalan, kiri kanan gelap seperti ditengah gurun pasir, team leader kami turun dari bis dan berjalan ke belakang bis, dia seperti berbicara serius dengan supirnya. Sepertinya ada masalah. Tidak beberapa lama, mereka naik kembali ke bis dan bis mulai berjalan lagi dan terasa bis melaju dengan sangat lamban.

Tidak lama kemudian, bis masuk ke sebuah lingkungan dan ada masjid disana, memang sudah waktunya sholat Fajar. Team leader mengumumkan bahwa kita akan sholat Fajar di masjid ini dan akan ganti bis karena bis yang kita tumpangi ada masalah. Kami pun hanya menuruti apa yang dikatakan Leader. Namun ada salah satu teman yang berkata, “ Masya Allah 2 koper besarku hilang tidak ditemukan, sekarang harus pindah bis dan tinggal koper kecil ku yang tersisa di atas bis itu, kalo sampai gak kebawa lagi bagaimana ya?”. Dengan nada menghibur, ku katakan, “Nanti jika diperlukan kamu pinjam baju aku aja ya selama disana, sampai koper kamu ditemukan”. Ujian demi ujian harus kami lewati, ya Allah semoga kami lulus melewati segala ujianMU.

Alhamdulillah akhirnya kita sampai di hotel, sekitar jam 9.30 pagi Team leader membagikan kunci kamar dan mengumumkan untuk kita bisa sarapan, istirahat dan berkumpul jam 4 sore di lobby hotel untuk kemudian melaksanakan umrah bersama-sama. 

Hotelnya bertempat di halaman Masjidil Haram, melihat suasana Masjdil Haram dari balik jendela hotel saja membuat kami tertegun, Masya Allah indahnya, rasanya tidak ingin menunggu waktu lebih lama lagi untuk bisa masuk kedalamnya dan melihat ka’bah,

Tepat jam 4 sore kami berkumpul di lobby. Dengan berbekal niat beribadah karena Allah dan tas backpack serut yang berisi buku panduan haji, sajadah kecil, botol minuman kosong untuk zam-zam, kita pergi bersama-sama menuju masjidil Haram, kami berlari-lari kecil, ingin bisa berjalan beriringan dengan leader kami. 

Terasa degup jantung ini berdebar-debar, sekujur tubuh gemetar, ini kali pertamanya kami melangkah masuk ke masjidil haram.. Sambil berjalan menuju masjid, dengan tangan gemetar ku buka buku panduan haji mencari doa masuk masjid. Padahal doa ini selalu ku baca setelah selesai sholat, tetapi karena takut salah kubaca perlahan buku panduan doa haji dan artinya.


“Allaahumma antas salaamu waminas salaamu wailaika ya’uudus salaamu fahayyinaa rabbanaa bis-salaami wa-adkhilnal jannata daaras salaami tabaarakta rabbanaa wata’aalaita yaa dzal jalaali wal-ikraami. Allaahummaftah lii abwaaba rahmatika. Bismillaahi walhamdu lillaahi wash-shalaatu was-salaamu ‘alaa rasuulillaahi”.

 “Ya Allah, Engkau sumber keselamatan dan daripada-Mulah datangnya keselamatan dan kepada-Mu kembalinya keselamatan. Maka hidupkanlah kami wahai Tuhan, dengan selamat sejahtera dan masukkanlah kami ke dalam surga negeri keselamatan. Maha banyak anugerah-Mu dan Maha Tinggi Engkau wahai Tuhan yang memiliki keagungan dan kehormatan. Ya Allah, bukakanlah untukku pintu-pintu rahmat-Mu (aku masuk masjid ini) dengan nama Allah disertai dengan segala puji bagi Allah serta shalawat dan salam untuk Rasulullah.”

 

Baru saja masuk masjid, kami sudah saling bergandengan tangan, dan seperti tidak mau terlepas satu sama lain, kami bergandengan sangat kencang. Suasana di dalam masjidil haram sangat sejuk, escalator atau tangga jalanpun penuh sesak, hampir semua pintu masuk ke ka’bah ditutup oleh Askar, dan kami di giring sampai lantai paling atas masjidil haram.

Kamipun tidak bisa melihat ka’bah saat itu. Ya Allah, segala hal penghalang yang aku alami di sana, selalu saja aku renungi, dan refleksi dalam hati, “Ya Allah apakah karena dosaku, engkau belum juga mengijinkan hambamu untuk melihat Baitullah”

Astaghfirullah alaziim setiap langkah ku lantunkan talbiyah, dan istighfar semoga Allah memberikan kemudahan.


Sesampainya di atas, leader kami mengatakan bahwa karena masjidil haram penuh, kita akan melakukan umroh setelah Isya jam 10 malam, berharap pada jam itu tidak terlalu ramai. Pada akhirnya, kami sholat Sunnah dan menunggu waktu magrib, di lantai paling atas masjidil haram.

Setelah sholat magrib dengan berjamaah dan menjama’ sholat magrib isya, kami turun kembali ke hotel untuk makan malam, setelah itu bersiap untuk menjalankan ibadah umroh.

Tepat jam 10 malam kami berkumpul di lobby hotel dan setelah itu bergerak menuju masjidil haram, Talbiah kami lantunkan, ada yang bersuara lantang, ada yang hanya bergumam.

 Alhamdulillah kami masuk masjid dengan mudah dan langsung menuju ke depan kabah. Tiba-tiba hati ini penuh sesak dengan rasa bahagia, melihat keindahan kabah, yang selama ini aku hanya memandang ka’bah dari sajadah sholatku, dari media, dan saat ini aku memandangnya langsung dengan mataku. Dan ternyata lebih indah aslinya. 

Kamipun langsung melakukan Umroh, diawali dengan tawaf. Pada saat tawaf, tidak terasa air mata ini mengalir mengagungkan namaMu ya Allah, sambil melantunkan doa tawaf, padanganku tidak pernah terlepas dari kabah, kupandangi detail setiap sisi dan sudut kabah.

 


Tetapi secara tiba2 seperti ada lautan manusia yang menerjang rombongan kami, hingga badanku seperti melintir dan terjepit tidak bisa bernafas, ku dongakan ke atas kepalaku mencari udara di atas, sambil beristighfar ya Allah mudahkanlah ya Allah, 

“Robbi yassir walla tu’assir, robbi tamim bil khair"

Alhamdulillah putaran demi putaran kami lalui, walaupun tidak mudah, semoga Allah dapat menerima doa dan ibadah kami walaupun sedikit. 

Setelah tawaf 7 putaran, kami keluar dari putaran dengan penuh perjuangan, dan kami menuju ke depan maqam Ibrahim untuk sholat Sunnah 2 rakaat. Setelah itu kami minum air zam-zam yang menyejukkan, Alhamdulillah.

3 tegukan air zam-zam dengan doa

 “Allahumma inni as aluka’ilman naafi’an wa rizqon waasi’an wasyifa an min kulli daa in”  Ya Allah aku memohon pada Mu ilmu yang bermanfaat, rizqi yang luas dan kesembuhan dari segala macam penyakit. Masya Allah minum air zam-zam dengan pandangan kita kearah Ka’bah sesuatu banget.

Setelah istirahat sejenak, minum zam-zam sambil menatap kabah yang begitu indahnya, leader meminta kami berkumpul dan berjalan menuju Sai. Dan pada saat itu temanku bertanya-tanya, “lihat suamiku tidak?. Aku kehilangan suamiku”. Setelah di cari kemana-mana tidak ketemu, dan temanku berpisah dengan suaminya selama Sa’i. Leaderku menenangkan insha Allah nanti kita bertemu di hotel, karena memang hotel kita diseberang masjidil haram. Tetapi aku bisa merasakan kepanikan temanku, karena ini baru pertamakalinya kami masuk masjidil haram, belum tahu seluk beluk dalam masjidil haram, dengan jutaan manusia didalamnya, mungkin kalo aku yang mengalaminya aku juga bisa panik seperti dia.

Alhamdulillah proses Sai dengan mudah kami lalui, karena tidak berdesak-desakan seperti pada waktu tawaf, kita harus berjalan, berlari-lari kecil  tanpa beralas kaki sepanjang kurang lebih 5 km, walau kaki terasa lelah, tapi alhamdulillah kami dapat melaluinya. Setelah semua selesai, ada rasa syukur yang membuat lupa kalo kita baru saja berjalan jauh. Mungkin bagi kami tidak seberapa dibandingkan teman2 kami yang sudah berusia lanjut  dan ada juga yang sedang hamil 6 bulan, Masya Allah, malu rasanya kalo kita harus mengeluh. 

Setelah menyelesaikan 7 putaran Sa’i, kami mencari tempat menghadap kabah untuk sholat Sunnah 2 rakaat, Masya Allah, dalam sholat yang hanya 2 rakaat itu, aku seperti terbangun dalam mimpi, seperti ada rasa suka cita dan tidak percaya, karena pada akhirnya aku terpilih menjadi tamu Allah dan memenuhi undangan Allah mengunjungi Baitullah, Air mata ini tidak berhenti mengalir bersujud syukur pada Allah atas segala karuniaNya.

Keindahan Masjidil Haram mempesona mata, mendebarkan hati, dan membuat decak kagum. Segala doa dan harapan hati dapat ditumpahkan di dalam masjid suci ini. Segala lelah, perih, sedih dapat segera sirna ketika kita sholat di dalam mesjid ini. Tidak heran, siapapun selalu merasa ingin kembali lagi ke Mekah.

Allah SWT mengilustrasikan, “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian.” (QS. al-Baqarah/2: 126). 

Tentang keberkahan Masjidil Haram, Allah SWT ungkap dalam ayat ini, “Yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-Isra/17: 1). Faktanya, keberkahan itu nyata dan dapat dinikmati oleh siapa saja.

Saatnya tahalul umroh, bergantian leader kami menggunting rambut kami, wajah-wajah lelah tidak tampak di wajah kami, senyum sumringah teman-teman mengantri ingin agar team leader kami bu Moeti dan pak Joban yang mengguntingkan rambut kami. Dan kami pun dengan haru saling berpelukan, sambil berucap syukur dan selamat kami telah menyelesaikan Umroh kami.

 Jumat, 11 September 2015 (26 Dhul Qadah 1436H)

Hari kemarin cukup melelahkan buat kami, dari mulai datang hingga kami menyelesaikan umroh. Setelah cukup istirahat paginya setelah makan pagi, leader kami mengumumkan bahwa nanti malam akan ada ceramah dan pengarahan untuk bekal tour keesokan harinya.

Tanpa terasa waktu berjalan, kami bersiap untuk pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat Jumat, Masya Allah halaman masjid sudah padat dipenuhi orang, untuk melangkah keluar hotelpun sudah tidak bisa. Mushala juga sudah penuh, akhirnya kami berdesak2an dapat tempat sholat diantara pertokoan dalam hotel, itupun penuh sesak. Sepertinya untuk lain kali supaya bisa masuk masjid harus lebih awal lagi ke masjid, mungkin setelah sholat Dhuha tidak perlu pulang lagi langsung menunggu waktu Dzuhur di dalam mesjid.

Dalam hadits yang ditulis oleh Imam Ahmad dan Imam Ibnu Majah dalam kitab induk hadits mereka masing-masing, Nabi SAW menjanjikan, “Sholat di Masjid Al Haram lebih utama daripada 100.000 sholat di masjid lainnya.”  Inilah pahala yang sangat luar biasa bagi siapa saja yang memiliki keluangan harta, tenaga, dan waktu untuk bertandang ke sana.

Lebih hebat lagi, ketika seseorang yang datang berkunjung ke Makkah dan dengan berbagai alasan yang dapat dibenarkan oleh syariah tidak dapat melaksanakan sholat di Masjid Haram, maka sejumlah ulama berpendapat ia mendapatkan pahala yang sama. Alasannya, karena ia telah berada di Tanah Haram (Kota Suci Makkah).

Selanjutnya, andai kata ada seseorang yang berbuat dosa di sana, maka Allah SWT tidak melipatgandakan dosa tersebut sebagaimana Allah SWT melipatgandakan pahala. Inilah kemuliaan kota Mekah dan kebijaksanaan Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya yang berniat untuk mendatangi kota suci yang telah pernah dihuni para nabi sebelumnya.

Dalam makna umum Alquran, Allah SWT berfirman, “Barang siapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya. Dan barang siapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS. al-An’am/6:160).

Masya Allah, begitu jelas rincian dalam Al Quran tentang keberkahan tanah Haram dan begitu sucinya Kota Mekah.

Setelah sholat Jumat , kami bersama teman-teman mencari restaurant untuk makan siang dan banyak yang bilang ada restaurant Indonesia di clock tower, mall besar di sekitar situ. Tetapi sesampainya disana semua makanan habis akhirnya kita mencoba makanan lainnya. Setelah selesai makan, aku dan suami berpisah, suami langsung ke masjidil haram untuk sholat Ashar dan aku bersama teman-teaman perempuan kembali ke hotel memutuskan untuk sholat Ashar di Mushala hotel. Dan akan kembali ke masjid untuk sholat Magrib dan Isya.

Tragedi Crane Jatuh

Siang hari itu sekitar jam 3 sore, udara sangat cerah, mataharipun bersinar tidak ada tanda2 mendung ataupun hujan. Setelah sholat Ashar aku kembali ke kamar dan tertidur karena dari malam belum sempat tidur, beristirahat sebentar untuk mengumpulkan energy untuk beribadah di malam harinya. Baru sebentar tidur tiba-tiba terbangun dengar suara dengungan seperti suara badai angina di arah luar…ngiuuung…ngiuuung.  Tetapi karena jendela aku tidak menghadap ke luar, jadi tidak tahu ada apa di luar sana. Aku membangunkan temanku, untuk bersiap2 pergi ke masjid sholat magrib. Aku telpon suamiku menanyakan ada apa diluar seperti dengar suara angin kencang. Suamiku sudah berada dalam kamar, dia sempat bilang memang pada saat pulang setelah sholat Ashar di masjid, langit sudah sangat gelap seperti mau hujan. 

Baru saja mau keluar bersiap berangkat sholat magrib, temanku sekamar lainnya kembali ke kamar dan menceritakan kejadian yang sebenarnya. Bahwa setelah sholat Ashar sekitar pukul 3.45pm terjadi badai pasir, angin kencang dan hujan. Pada saat kejadian temanku berada di dalam pertokoan hotel, dan tiba-tiba badai itu datang. Dan seluruh pintu masuk hotel di tutup, banyak orang dari luar minta dibukakan pintu untuk masuk, tetapi pihak hotel tidak mengijinkan karena badai angin yang sangat kencang. Sempat ada rasa khawatir dengan teman2 yang saat ini mungkin ada di luar sana di masjid. Semoga saja tidak terjadi apa2 dengan mereka. Karena situasi itu dan kami tidak bisa keluar hotel kami memutuskan untuk magrib di mushola hotel. 

Pada saat makam malam, kami mendengar cerita yang sangat mengerikan, bahwa pada saat angin kencang, salah satu dari crane disekitar masjidil haram jatuh dan menimpa sebagian bangunan masjid. Dan tentunya banyak jamaah yang sedang sholat Magrib disana. 



Innalillahi wa innalillahi rojiun. Terpikir Semoga teman-teman Ar Rahman tidak ada yang menjadi korban. Kami saling memberikan informasi kelengkapan anggota kami. Dan menunggu kabar teman-teman yang belum kembali ke hotel.

Banyak cerita-cerita dari teman-teman, yang melihat langsung bagaimana badai angin dan debu itu, karena mereka berada di halaman Masjidi Haram. Teman-teman bercerita suasananya begitu mengerikan, gelap, riuh, semua tong-tong sampah plastic berterbangan, badai angin dan pasir, juga petir dan hujan sangat deras. Masya Allah, hanya mendengar saja sudah ngeri membayangkan bagaimana suasana waktu itu.

La haula wa la quwwata illa billah, tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah semata. 

Teman lain bercerita bagaimana pada saat badai pasir salah satu Crane jatuh, dan menimpa sebagian masjidil haram, beberapa teman Ar Rahman ada disekitar kabah sedang melakukan tawaf. Pada awalnya temanku tidak tahu, karena suasana mendung dan hujan, saat itu sedikit sekali orang yang melakukan tawaf. Teman saya yang merasa nyaman berada di rumah Allah, tetap terus melakukan tawaf. Dan tiba-tiba terdengar dentuman seperti petir menggelegar, dan suara riuh berteriak dari arah yang tidak tahu darimana. Suasana genting, lampu mati. Teman-teman arRahman yang tadinya ber tiga dan semuanya perempuan, terpisah tidak tahu kemana. Dan orang-orang di giring untuk dievakuasi. Pada saat itu karena teman aku tidak tahu ada apa, hanya mengikuti arus saja, teman aku dibawa oleh sebuah bis yang tidak tahu kemana arahnya dan akhir cerita teman aku dibawa kembali oleh bis lain yang mengarah ke masjidil haram, Alhamdulillah ke 3 temanku selamat dari musibah itu.

Astaghfirullah Al Adzim,Ya Allah begitu mencekam suasana pada saat kejadian, kami hanya bisa ber istighfar dan berdzikir memohon ampunan dan perlindungan Allah swt.

Ada rasa di dalam hati, aku tidak melihat apa-apa pada saat kejadian hanya mendengar suara angin kencang di balik jendela kamar, Aku tidak mengalaminya. Apakah Allah membuatku tertidur sehingga aku terhindar dari malapetaka itu. Wallahualam. 

Suasana haru dibalik kaca restaurant hotel, kami bisa melihat langsung ke halaman mesjid Al haram, begitu banyak ambulance dan kami melihat jenazah satu persatu di tandu keluar dari arah masjidil ke ambulance. Innalillahi wa innalillahi rojiun. 

Allahumma firlahum warhamhum wa'afihi wa'fu 'anhum. Ya Allah, ampunilah dia dan berilah rahmat. 

Insha Allah yang menjadi korban niat hajinya diterima oleh Allah dan khusnul khotimah.

Saat kejadian itu sulit sekali mendapat signal network. Sekali dapat network banyak sekali whatsapp yang masuk menanyakan bagaimana kabar kami di mekah. Mendengar kami baik-baik saja keluarga kami sangat lega. Beberapa saudara mengirimkan foto2 mengerikan seputar kejadian crane jatuh di masjidil haram. Begitu juga di facebook hampir semua posting kabar duka kejadian itu. 

Ya Allah, lindungilah kami dari malapetaka dan lancarkan perjalanan ibadah haji kami ya Allah.

Malam setelah sholat Isya, kami Ar Rahman berkumpul untuk mendapatkan pengarahan sebelum perjalanan tour esok hari. Dan juga kami saling berkenalan satu sama lain, karena ini kali pertama kami berkumpul satu rombongan dalam satu ruangan. In sha Allah dengan berjalannya waktu persaudaraan kami bisa makin erat.

Sabtu, 12 September 2015 (27 Dhul Qadah 1436H)

Qiyamul Lail

Pagi ini, saya dan beberapa teman-teman berniat untuk melakukan sholat di Hijir Ismail dan sholat qiyamul lail bersama-sama di masjid haram nanti malam. Kami pun berjanjian untuk berkumpul di lobby jam 1.30 pagi untuk menghindari penuh.

Tepat jam 1.30 pagi kami berkumpul di lobby, sekitar 7 orang kami berangkat menuju masjid, 5 perempuan dan 2 laki-laki. Hati ini berdebar dag dig dug karena ada rasa khawatir setelah kejadian crane jatuh itu. Bismillahirrahmanirrahim, mudahkanlah ya Allah. Kubaca ayat kursi dan sholawat sepanjang perjalanan menuju masjid. 

Dengan mudah kami masuk masjid dan sampai di depan kabah. Dan serentak kami saling memegang bahu beriringan berjalan seperti kereta, menuju Hijir Ismail (berlokasi di sebelah Utara Ka’bah yang dibatasi tembok yang berbentuk setengah lingkaran). Tetapi karena terlalu ramai, kami memutuskan untuk berjalan ke Multazam 

Multazam

Masya Allah, suasana di sekitar kabah terlihat lengang tidak terlalu ramai. Kami menduga mungkin karena setelah kejadian crane kemarin. Kami berjalan mudah sekali, menuju Multazam.  

Multazam adalah bagian dari Ka’bah yang mulia diantara hajar aswad dan pintu ka’bah. Makna iltizamuhu (merapatkannya) yaitu orang yang berdoa menaruh dada, wajah, lengan dan kedua tangannya di atasnya dan berdoa kepada Allah apa yang mudah baginya dari apa yang dia inginkan. 


Memang banyak orang yang ingin menyentuh tembok multazam dan kamipun berhasil menyentuh multazam secara bergantian.

Subhanallah Walhamdulillah waLaillahailallah Allahuakbar.

Kami saling menjaga melindungi teman kami untuk bisa secara bergantian menyentuh Multazam.  Ya Allah hal yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya aku bisa menyentuh multazam walaupun hanya bisa dengan satu tangan, ku menangis sejadi-jadinya, ku berdoa dengan bahasaku apapun doa yang terlintas dalam ingatanku. Karena aku tidak mau kehilangan moment yang hanya sekejap itu. Ya Allah semoga Engkau kabulkan doaku. Aamiin 

Hijir Ismail

Setelah semua mendapat giliran memegang Multazam, kami berjalan perlahan menuju Hijir Ismail. Kami berjalan melewati sepanjang tembok Hijir Ismail. Aku pun memegang mengelus tembok marmer Hijir ismail. 

Masya Allah, aku menyentuh rumahMu ya Allah. Kunikmati kurasakan moment itu. Perlahan kami masuk ke Hijir Ismali. 

Dan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda, “Wahai Abu Hurairah, di pintu Hijir Ismail ada malaikat yang selalu mengatakan kepada setiap orang yang masuk dan shalat dua rakaat di Hijir Ismail; kamu telah diampuni dosa-dosamu. Maka mulailah dengan amalanmu yang baru”.

Penuh sesak orang yang ingin sholat disana, karena areanya pun tidak begitu luas. Kamipun sholat bergantian dengan saling menjaga agar tidak di lewati atau diinjak orang yang lewat. Pada rokaat sujud rakaat kedua, tiba-tiba ada sekerumunan orang beriringan masuk kearah tempat kami sholat, Dan ditengah2 sholat akupun berdiri dan tetap menyelesaikan sholat ku, karena khawatir terinjak. Alhamdulillah kami semua berhasil sholat bergantian di Hijir Ismail. Walaupun ada 1 teman yang karena dia menjaga teman lainnya sholat, dia sampai terlupa belum sholat, dan kamipun menjaga dia bersama-sama sampai dia selesai sholat, Alhamdulillah kami pun dapat menyelesaikan sholat sunah di Hijir Ismail. 

Dalam sebuah hadits, dari Aisyah RA berkata: 'Saya dahulu ingin masuk ke dalam Baitullah dan salat di dalamnya, maka Rasulullah menggandeng tangan dan membawaku masuk ke dalam Hijr lalu bersabda: 'Salatlah di dalam Hijr jika engkau ingin masuk ke dalam Baitullah, karena sesungguhnya Hijr itu adalah bagian dari Baitullah. Akan tetapi kaummu (Quraisy) kekurangan biaya ketika membangun Kakbah (merenovasinya) sehingga mereka terpaksa mengeluarkannya dari Baitullah' (Sunan Abu Dawud: 2030).

Ya Allah rasa haru menyelimuti hati, tidak terasa airmata ini terus menetes, kesempatan demi kesempatan itu datang. Tembok Kabah terasa begitu lowong pada waktu itu, kamipun menyentuhnya dan menyentuhnya lagi cukup lama, sepertinya tidak mau melepasnya. Kami meyakini bahwa Kabah bukanlah tempat untuk di sembah, tetapi tempat yang kita hormati. Hanya Allah semata yang patut kita sembah. Kami berdoa mohon ampunan Allah dan segala doa yang ingin kusampaikan padaNya, seperti orang curhat dan Allah berada didepan kita. Ya Allah, masih tidak bisa percaya kami berputar mengelilingi kabah sambil sesekali menyentuh bagian Kabah. 

Hajar Aswad

Suamiku dan temannya mengarah kearah Hajar Aswad (batu yang diyakini diturunkan dari surga) dan berniat ingin menyentuh dan mencium Hajar Aswad. Kami pun meyakini bahwa mencium Hajar Aswad dan menyentuhnya atau memberi isyarat padanya, itu semua adalah bentuk ibadah pada Allah, bukan berarti menyembah batu tersebut.

Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda mengenai hajar Aswad, “Demi Allah, Allah akan mengutus batu tersebut pada hari kiamat dan ia memiliki dua mata yang bisa melihat, memiliki lisan yang bisa berbicara dan akan menjadi saksi bagi siapa yang benar-benar menyentuhnya.” 

Maqam Ibrahim

Dan kami rombongan perempuan ber lima berjalan menjauhi kabah, menuju Maqam Ibrahim, tidak begitu banyak orang disekitar Maqam Ibrahim, akupun menyentuhnya dan berusaha melongok melihat kedalam maqam untuk melihat isi dalamnya, dan tiba-tiba datang Askar (prajurit) Masjidil Haram melarangnya.

Dan (ingatlah) ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan ja­dikanlah sebagian maqam Ibrahim tempat salat. (QS. Al Baqarah: 125).

Kami pun melanjutkan sholat qiyamul lail dibelakang Maqam Ibrahim.  Maqam Ibrahim adalah salah satu dari tanda-tanda kebesaran Allah di Makkah; karena di tempat itulah Nabi Ibrahim as. berdiri.

Alhamdulillah seluruh ibadah Sunnah telah kami lakukan pagi itu. Ya Allah puji syukur atas kemudahan yang Engkau berikan kepada kami, suamiku pun tidak menyangka pagi itu bisa menyentuh dan mencium Hajar Aswad.

Kami pun sempat berfoto sejenak di depan kabah mengabadikan peristiwa yang sungguh istimewa. Peristiwa yang tidak disangka-sangka, kemudahan yang tidak kami kira sebelumnya kita dapat dengan mudah melaluinya.

Alhamdulillah ya Allah atas segala kemudahan yang Engkau berikan kepada kami, hingga kami bisa menjalankan ini semua dengan begitu mudah. 

Minggu, 13 September 2015 (28 Dhul Qadah 1436 H)

Hari ini jadwal perjalanan kita untuk tour mengelilingi kota Mekah. Setelah sarapan pagi kami semua berkumpul di lobby dan berjalan menuju bis, karena padatnya lalu lintas disekitar hotel, kita harus berjalan melewati trotoar dan pertokoan pinggir jalan ke tempat di mana bis sudah menunggu kita.

 Di dalam perjalanan masih disekitar hotel, aku melihat begitu banyak orang-orang berjalan kaki entah dari mana mereka berjalan, ada yang menggunakan baju yang sama (sepertinya untuk menghindari terpisah dari rombongan) dan ada yang menggunakan ihram, mereka berjalan menuju Masjidil Haram untuk sholat atau melaksanakan umroh. 

Masya Allah jadi teringat pengalaman ibu mertuaku pada tahun 90-an melaksanakan haji reguler, mereka harus berjalan cukup jauh untuk sholat di Masjidil Haram, dari Qiyamul Lail sampai Isya mereka baru kembali pulang ke penginapan, karena jauhnya jarak penginapan ke masjidil haram.Terbayangkan waktu itu cerita ibu mertuaku usianya juga sudah tidak muda lagi harus berjalan kami dan mengikuti ibadah Haji selama 40 hari. Masya Allah malu rasanya jika kita harus mengeluh atas apa yang kita rasakan dan jalankan sekarang.

Terlihat orang-orang penduduk sekitar mencari makan dengan memilah-milah beras dipinggir jalan, ya Allah,  semoga Allah memberikan kemakmuran dan kemudahan bagi rakyat kota mekah sehingga terhindar dari kemiskinan. 

Bukit Thur




Perjalanan pertama kita mengunjungi Bukit Thur, setelah turun dari bis terlihat disekeliling kawasan bukit thur kering dan tandus, tidak terlihat apapun kecuali bukit berbatu.

Terlintas peristiwa di masa Rasulullah saw dan kegigihan Saidinia Abu Bakar yang telah memapah baginda Rasul untuk sampai ke gua yang terletak di atas bukit ini untuk menghindar dari incaran pembunuhan dari orang-orang kafir Quraish Mekah. 

Kisah sewaktu Rasulullah saw mendaki bukit Thur, kaki beliau lecet dan Abu Bakar memapah baginda sampai bertemu sebuah gua. Setelah menawarkan diri untuk memeriksa keadaan dalam gua maka Abu Bakar masuk dan mendapati 3 lubang. Abu Bakar merobek kainnya untuk menutup salah satu diatara lubang tersebut dan selebihnya beliau menggunakan kaki sendiri untuk menutupi lubang yang lain. Dan Abu Bakar memanggil Rasulullah untuk masuk dan meletakkan kepala Rasulullah di pangkuan Abu Bakar agar baginda pun tertidur.

Sewaktu baginda tidur tiba-tiba kaki Abu Bakar telah dipatuk sejenis ular berbisa dari salah satu lubang yang ditutup kakinya. Karena patukan itu, Abu Bakar menangis dan air matanya jatuh ke muka Nabi. Baginda kemudah sadar dan bertanya, apa yang menyebabkan beliau menangis. Setelah menceritakan apa yang terjadi, maka baginda pun meludah ke kaki Abu Bakar dan dengan kuasa Allah swt bisa ular itupun hilang.

Setelah berlindung di gua tersebut selama 3 hari akhirnya Rasulullah saw dan Saidina Abu Bakar meneruskan perjalanan ke Madina. Sebelum sampai di Madina mereka tiba di Quba dan disinilah bagina membina sebuah masjid yaitu masjid Quba.

Masyalah begitu besar pengorbanan Saidina Abu Bakar, beliau adalah sahabat nabi yang sangat dikasihani Nabi dan beliau diberi gelar “As Siddiq” karena beliau yang merupakan orang pertama yang mempercayai Rasulullah saw sewaktu peristiva Isra Miraj dan juga orang yang senantiasa percaya dan membenarkan kata-kata Nabi sepanjang hayatnya. Karena sayangnya beliau terhadap Nabi Muhammad saw, maka Saidina Abu Bakar meminta untuk dikebumikan di sisi Rasulullah saw di dalam Raudhah.

Jabal Rahma

Setelah itu kita melanjutkan perjalanan ke Jabal Rahma. Dalam sejarah Islam, Jabal Rahma adalah tempat penting yang adalah lokasi pertemuan pertama Nabi Adam as dan Hawa istrinya setelah beratus-ratus tahun terpisah dan mengembara mencari pasangan hidupnya. Mereka diturunkan di bumi oleh Allah swt karena melanggar perintah Nya dan ternyata begitu sulit bagi mereka berdua untuk saling bertemu. Di Jabal Rahma inilah Nabi Adam as dan Hawa akhirnya dapat bersatu kembali.

Sesampainya disana begitu banyak orang-orang mencoba untuk mendaki bukit Rahma  hingga sampai monument Adam dan Hawa. Kami diperingati untuk berhati-hati mendaki puncak bukit jabal rahma yang sangat ramai dan juga pada waktu itu matahari sangat terik dan panas.

Memang ketua rombongan selalu mengingatkan kita untuk menjaga stamina sebaik mungkin sebelum haji, karena ibadah haji belum kita lalui. Maka kita hanya foto-foto disekeliling Jabal Rahma, menikmati suasananya dan mempelajari sejarahnya.

Kitapun melanjutkan perjalanan keliling kota mekah, sambil melihat tempat tenda-tenda Mina yang nantinya akan kita tempati dan juga tempat Jamarat.


Masya Allah tenda-tenda putih tertata rapih, terbayangkan berjuta-juta manusia berpakaian putih akan berada disana berburu haji mabrur. Terlebih melihat bangunan Jamarat yang saat ini sudah dibangun bertingkat-tingkat. Awalnya aku membayangkan bangungan Jamarat itu sempit gelap menakutkan karena disitulah digambarkan kita berperang melawan nafsu setan yang selalu mengganggu kita. Dan ternyata bangunan modern sudah dibangun untuk memudahkan jamaah haji melakukan ritual hajinya, karena jamaah haji dari tahun ke tahun semakin meningkat.

Perjalanan tour yang tidak terlupakan detik demi detik perjalanan begitu aku nikmati sambil membayangkan disinilah tempat nabi Muhammad saw menambatkan wahyu pertama kali dan menyebarkan agama Islam. Masya Allah.

Senin, 14 September 2015 ( 29 Dhul Qadah 1436 H)

Alhamdulillah Umroh dan tour selama di mekah sudah kami jalani, saatnya kami ke Madinah, dan bermalam memperbanyak beribadah di Masjid Nabawi.Perjalanan menuju Madinah berjalan lancar, dari atas pesawat kita bisa melihat hamparan luas bukit-bukit padang pasir. Masya Allah terbayang jika sunrise pasti akan sangat indah.

Sampai di Airport Madinah ternyata di airport King Abdul Aziz di Jeddah, pemeriksaaannya pun tidak ketat. Airportnya cukup bersih dan ada foodcourt di dalamnya, sambil menunggu bis yang akan mengangkut kami ke Hotel, kami bersantai-santai di dalam airport dan membeli kopi dan makanan kentang mc Donald, MasyaAllah nikmatnya.

Setelah beberapa lama bis kami datang, kami pun keluar dari bandara, hembusan angin hangat menerpa wajah kita. 

Teringat cerita disalah satu blog internet tentang kota Madina bahwa betapa mulianya kota madina. Dikatakan Rasulullah jika ada seseorang yang mengeluh kepada beliau karena sakit atau luka, beliau meletakkan tangannya di tanah kemudian mengangkatnya sambil berkata:”Dengan nama Allah tanah kami yang baik ini, semoga dapat menyembuhkan orang-orang yang sakit di antara kami dengan seijin Allah swt (sumber Shahih Muslim). Debu yang dimaksud dalam hadists ini bersifat umum dan berlaku diseluruh Madinah.

Bis kamipun menuju hotel Al Hayat International. Sesampainya disana terlihat disekeliling masjid Nabawi pertokoan dan hotel-hotel mewah. Hotel kami terletak tidak jauh dari Masjid Nabawi, untuk ke masjid kita tinggal berjalan kaki melewati pertokoan disepanjang kiri kanan jalan. Wah ini namanya cobaan berat, karena mata ini melirik kiri kanan pertokoan sepanjang berjalan kearah masjid, harus banyak-banyak beristighfar. Walaupun ketua rombongan memperbolehkan berbelanja di Mekah Madinah dalam rangka memakmurkan ekonomi masyarakat sekitar.

Setelah mendapatkan kamar dan beristirahat sejenak, kamipun berjalan menuju ke masjid untuk menunaikan sholat. Sepanjang jalan kearah masjid, sapaan-sapaan ramah dari para penjual di pertokoan. “Indonesi!!!..Indonesi!!....sambil menunjukkan barang dagagangannya. Memang terasa berbeda dengan di mekah, penduduk Madinah terasa lebih ramah.
Sesampainya di sana, mata ini tertegun dengan keindahan masjid Nabawi. Masjid Nabawi adalah peninggalan sejarah kehidupan nabi Muhammad saw, yang hingga saat ini masih dan akan terus disaksikan oleh dunia. Masjid ini dibangun di kota Madinah dengan sangat megah dan modern, yang dahulunya adalah hanya bangunan sederhana.

Menurut sejarah, Rasulullah membangun masjid Nabawi pada bulan Rabiul  awal-awal hijrahnya ke Madinah. Kala itu dapat dibayangkan masjid Nabawi sangat  sederhana hanya bangunan berukuran 35 m x 30 m, berlantai tanah berbatu, beratap pelepah kurma dengan tiga pintu, sementara saat ini masjid Nabawi sangat besar dan megah.



Masjid Nabawi adalah masjid yang dibangun dengan landasan ketakwaan. Di antara keutamaan masjid ini adalah dilipatgandakannya pahala sholat didalamnya. Rasulullah saw bersabda:
“Sholat di Masjidku ini lebih utama dari 1000 kali shalat di masjid selainnya kecuali Masjid-al Haram (H.R Bukhari dan Muslim).


Betapa nikmatnya sholat di masjid Nabawi, terlebih lagi pada waktu subuh aku sengaja untuk sholat diluar masjid untuk menikmati suasana masjid dari latar luar, Masya Allah suara adzan yang mendayu-dayu merdu sejuk terasa di hati, membuat rindu setiap kali mendengar adzan masjid Nabawi. Kuluangkan waktuku berkeliling mata ini memandang setiap sudut keagungan masjid Nabawi, berdecak kagum penuh haru membayangkan Rasulullah pernah tinggal dan berkhutbah disini.Alhamdulillah di masjid ini kita berkesempatan untuk menjalankan sholat 5 waktu dan sholat-sholat sunah di masjid ini.

Raudah

Pada sore harinya setelah sholat Ashar aku dan temanku mengambil kesempatan untuk beribadah di Raudhah.Raudhah adalah salah satu bagian dari Masjid Nabawi yang diartikan taman surga. Doa-doa yang dipanjatkan di Raudhah ini diyakini akan dikabulkan oleh Allah swt. Raudhah terletak di antara mimbar dengan makam Rasulullah saw. Dari Abu Hurairah radiallahu anhu, Nabi saw bersabda, “Antara rumahku dan mimbarku terdapat taman di antara taman-taman surge. Dan mimbarku di atas telagaku” (H.R Bukhari).

Untuk masuk ke Raudhah, kami para sisters dibagi kelompok sesuai negara tempat kita berasal, walaupun kami bertempat tinggal di Amerika, kami masuk di dalam kelompok negara Indonesia. Para askar yang menertipkan kami sudah fasih dengan Bahasa Indonesia, “ Ibu-ibu duduk…duduk…” . Karena mungkin di setiap tahun jamaah dari Indonesia adalah yang terbanyak.

Dengan sabar kami menunggu antrian untuk masuk ke Raudhah, karena area Raudhah itu sendiri tidaklah banyak, areanya terbatas dengan tanda karpet yang berwarna hijau. Untuk itu kita harus antri bergantian agar kita bisa masuk dan sholat di area Raudhah.

Saat kami menunggu antrian masuk ke Raudah, tiba-tiba tatapanku berhenti ke seorang wanita yang sangat familiar wajahnya. Ini seperti temanku kuliah, yang aku kenal, aku beranikan diri untuk menegurnya, saat aku ingin menegurnya, dia langsung melihatku dan bilang "Dyan..! ini Dyan!" Masya Allah kami berpelukan tidak menyangka setelah sekian lama, bertemu ditempat mulia ini. Ya Allah, begitu indah pertemuan itu. Dari begitu banyak waktu dan berjuta orang yang menjalankan haji, aku dipertemukan teman lamaku, teman kuliah waktu di FE UGM, Wening atau dipanggil Leli. 

Rombongan antrian membuat kami terpisah. In sha Allah dilain waktu bertemu lagi. 

Alhamdulillah  aku bisa masuk ke tempat Raudah dan sholat berdoa disana, sulit sekalio untuk khusyuk karena banyak yang sudah mulai antri dan askar wanita berjaga disana karena kita tidak boleh telalu lama berada di tempat Raudah. 
Ya Allah semoga Allah menerima sholat dan doaku walau sebentar. 


Dari luar Raudhah sudah terlihat perbedaan detail bangunan, antara masjid Nabawi dan Raudhah. Lentera-lentera kuno berwarna emas, kaligrafi Arabic begitu indahnya terlukis di tembok-tembok bangunan.

Untuk area wanita tempatnya pun dibuat penghalang sehingga kami tidak dapat melihat makam Rasulullah, hanya area karpet hijau untuk tempat kami sholat. Itu pun para Askar membatasi waktu sholat karena masih banyak antrian di luar Raudhah untuk masuk.


Sedangkan Suamiku dengan mudah dapat mengambil foto seperti apa di dalam Raudhah. 

Rabu, 16 September 2015 (2 Dhulhijjah 1436H)
Pada hari ini rombongan haji kami berkesempatan mengunjungi tempat-tempat sejarah di Madinah.

Bukit Uhud




Bukit Uhud ini dikenang oleh Umat Islam karena di lembah gunung ini pernah terjadi peperangan besar antara pejuang Islam dan kamu kafir Quraisy pada 15 Syawal 3 Hijriah yang menyebabkan 70 pejuang mati syahid. Para syuhada itu dimakamkan di tempat mereka gugur, di sekitar Gunung Uhud. Nabi Muhammad saw sendiri dalam peperangan mendapat luka-luka. Dan sahabat yang menjadi perisai Rasulullah gugur karena badannya dipenuhi anak panah. Areal pemakaman beberapa syuhada saat ini dikelilingi tembok yang berlukiskan cerita sejarah perang Uhud dan di dalam areal pemakaman itupun tidak ada tanda-tanda khusus yang menandakan ada makam di sana.

Tujuan berziarah ke bukit Uhud adalah mengucapkan salam kepada ahli kubur dan mendoakan para syuhada sahabat Rasulullah yang gugur dalam perang dan juga mengingatkan diri kepada kehidupan akhirat.

Bukit Uhud adalah bukit yang tidak bersambung dengan gunung yang lain. Karena itulah penduduk Madinah menyebutkan dengan sebutan jabal Uhud artinya “Bukit Menyendiri”
Hadist yang diriwayatkan H.R Bukhari mengatakan “Jika kita ingin melihat bukit yang ada di surga, maka ziarahlan ke Bukit Uhud, Nabi saw bersabda ‘Bukit Uhud adalah salah satu dari bukit-bukit yang ada di surga’.


Alhamdulillah pengalaman yang sungguh luar biasa dapat diberi kesempatan untuk berziarah di mana pejuang Islam berjuang membela Islam. Tidak hanya melakukan ziarah, rombongan jamaah juga bisa membeli oleh-oleh atau kurma, disepanjang jalan dari pemakaman menuju parkiran. Insya Allah dengan sedikit membeli barang mereka bisa membantu perekonomian masyarakat sekitar bukit Uhud.


Masjid Quba
Perjalanan selanjutnya adalah mengunjungi masjid Quba. Allah swt memuji masjid ini dan orang yang mendirikan shalat di dalamnya dari kalangan penduduk Quba dengan FirmanNya:

“Sesungguhnya masjid itu yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba) sejah hari pertama adalah lebih patut bagimu (Hai Muhammad) bersembahyang di dalamnya. Di dalamnya terdapat orang-orang yang membersihkan diri ….(At Taubah 108).


Terdapat dalil yang berasal dari perkataan Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Sahl bin Hunaif Radhiyallahu anhu berkata.”Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa bersuci dirumahnya kemudian datang ke Masjid Quba, kemudian dia mendirikan shalat di sana, maka dia mendapatkan pahala umrah (HR. Ibnu Majah dan lainnya). Alhamdulillah setelah melakukan sholat sunah di Mesjid Quba kami berkesempatan untuk foto bersama di depan masjid Quba.


Dan perjalanan kami pun berlanjut ke kebun kurma Al Barokah yang letaknya tidak jauh dari masjid Quba. Untuk menuju ke area perkebunan ini bis kami harus menyusuri jalan beraspal di antara rumah-rumah penduduk.

Pada musim haji kebun ini selalu padat oleh jamaah haji. Menurut pemilik, kebun ini dikelola secara turun temurun dan diyakini sudah ada sebelum Nabi Muhammad saw hijrah ke Madinah dari Mekkah pada 622 Masehi.


Di tempat tersebut dijual berbagai macam kurma, kurma Ajwa yang dikenal dengan sebutan kurma Nabi adalah yang paling popular karena diyakini kurma ini yang paling disukai oleh Nabi Muhammad saw, selain rasanya yang enak juga mengandung gisi yang baik untuk kesehatan. Ditempat ini tersedia bungalow sederhana dengan beratap daun kurma, pengunjung dapat bersantai-santai dibawah rimbunnya pohon kurma.


Perjalanan pulang menuju hotel kami melewati masjid Qiblatain, kami hanya melihat bangunan masjid ini dari luar.

Masjid Qiblatain artinya masjid dua kiblat, merupakan salah satu masjid yang terkenal di Madinah. Menurut sejarah pada permulaan Islam, orang melakukan sholat dengan kiblat mengarah ke Baitul Maqdis (Masjidil Al Aqsa). Baru setelah turun wahyu kepada Rasulullah saw (Al Baqarah ayat 144) untuk memindahkan kiblat ke arah Masjidil Haram di mekah. Peristiwa itu terjadi pada tahun ke 2 Hijriah pada bulan Rajab waktu Dhuhur di masjid ini.



Alhamdulillah serangkaian tour di kota Madinah berjalan dengan lancar, begitu banyak tempat-tempat bersejarah di kota Nabi ini. Masya Allah akan sangat menarik jika kita dapat memahami semua cerita sejarah dibalik indahnya bangunan masjid di kota Madina.

17-18 September 2015 (3-4 DhulHijjah 4136 H)

Dua hari yang tersisa di Madinah, kami lalui dengan berbanyak ibadah sholat fardu dan sholat sunah di Masjid Madinah.

Alhamdulillah dari waktu-waktu ini kami sempatkan untuk mengelililngi masjid Nabawi.
Pada saat melewati di depan masjid berkubah hijau, yaitu tepat dibawah kubah hijau itu adalah makam Rasulullah saw, terlihat beberapa orang berdoa disana. Dan kita bisa berdoa ziarah kubur disana, ada rasa haru pada saat berdoa, terbayangkan sang Kekasih Allah terbaring disana, sempat terlintas cerita detik-detik akhir ajal Rasulullah saw, yang diakhir ajalnya beliau masih memikirkan umatnya yang akan ditinggalkan. Ya Allah ya Rabb, shalawat atas nabi berulangkali ku lantunkan dalam hati, dan juga berdoa semoga aku mendapatkan umur panjang dan rezeki agar diberi kesempatan berziarah kembali dan mengunjungi tanah suci ini.

Kami juga berkesempatan berziarah ke pemakaman Baqi atau disebut Jannatul Baqi berarti Taman Surga yang terletak berseberangan dengan Masjid Nabawi. Di pemakaman Jannatul Baqi banyak terdapat keluarga dan sahabat Nabi Muhammad yang dikuburkan.



Hanya laki-laki yang bisa masuk ke dalam makam Baqi ini, sedangkan perempuan hanya bisa melihat dari bawah luar.

MasyaAllah tidak akan pernah bosan aku memandangi sekeliling masjid Nabawi, sejuk di mata, setiap sudut memandang terasa indah saja. Ya Allah nikmat mana lagi yang dapat aku dustakan, terimakasih ya Allah atas segala karuniaMu, sehingga aku bisa menikmati beribadah dan berziarah ke makam Rasulullah saw, keluarga serta sahabat Rasulullah saw.


17 September 2015 (3 4136 H)
Tiba di hari penghabisan kami berada di kota Madinah, kami bersiap untuk melanjutkan perjalanan kami sesungguhnya pelaksanaan ibadah Haji di kota Mekah. Setelah semua barang kami kumpulkan di lobby hotel dan kamipun masuk ke dalam bis yang membawa kami ke Mekah. Berat rasanya meninggalkan kota yang paling bersejarah di dunia Islam, tempat di mana Rasulullah tinggal dan berperang membela agama Allah. Semoga Allah selalu mensejahterakan kota Madinah, dan kami dijinkan kembali beribadah di masjid Nabawi dan berziarah ke makam Rasulullah saw. Aaamiin.


18 -20 September 2015 (5-7 DhulHijjah 4136 H)
Dengan menggunakan bis besar,kami meninggalkan kota Madinah, kupandangi
Kota Madinah dari balik jendela bis di sepanjang perjalanan menuju kota Mekah dengan terselip doa dan shalawat Nabi Muhammad saw, semoga aku dapat kembali kesini, ke kota Madinah yang selalu menjadi tempat yang di rindukan oleh umat Islam.

Dalam perjalanan menuju tempat persinggahan kami Unit peistirahatan Aziziah di kota Mekah, beberapa kali kami berhenti, untuk sholat, istirahat dan makan.


Salah satu pemberhentian kami adalah masjid Bir Ali merupakan tempat niat ihram, bagi yang ingin melaksanakan umrah. Beberapa teman yang ingin melaksanakan umrah kedua kalinya berganti pakaian Ihram di masjid ini, dan menuju ke kota Mekah, sedang  yang lainnya beristirahat dan mengagungkan keindahan masjid Bir Ali.


Bernarasumber dari website, untuk diketahui, Masjid Bir Ali dibangun pada masa Rasulullah SAW. Dulunya terdapat sebuah pohon berbentuk akasia, pohon tersebut menjadi tempat bernaungnya Rasulullah SAW ketika ingin menjalani umrah. Kemudian masjid ini dibangun di dekat pohon tersebut.
Sejarahnya, lokasi ini dijadikan Rasulullah SAW tempat melaksanakan miqat dan berihram untuk umrah yang kemudian hingga saat ini jemaah seluruh penjuru dunia meneladani jejak Rasulullah SAW untuk miqat dan berihram di Bir Ali.

Nama Bir Ali sendiri diberikan saat Ali bin Abi Thalib menggali sumur dengan jumlah sangat banyak di masjid ini. Karena itulah tempat ini diberi nama Bir Ali. Bir artinya sumur dengan bentuk jamak, sedangkan Ali merupakan tokoh yang telah menggali sumur tersebut paling banyak. Namun saat ini sumur-sumur itu tertutup bangunan di sekitar masjid dan masjid itu sendiri. Masih ada satu sumur yang bisa diakses pengunjung yang berada di dalam kompleks masjid.


Menurut informasi dari beberapa pekerja di Masjid Miqat, salah satu sumur ada di luar kawasan masjid. Letaknya sekitar 1 kilometer dari masjid ini. Namun beberapa sumur menjadi sumber air untuk masjid ini.
Dalam kompleks masjid sendiri banyak ditumbuhi pohon kurma. Jemaah berkesempatan mengambil langsung kurma tersebut saat sejumlah penjaga mengucapkan kata 'halal..halal'. Bahkan mereka akan dengan senang hati mengambilkan jika memang jemaah berminat. Masya Allah dari setiap masjid yang kami kunjungi di kota ini selalu ada cerita sejarah yang membuat kita terkagum-kagum.

Perjalanan dari masjid Bir Ali ke kota Mekah masih cukup jauh, beberapa kali kami berhenti untuk sekedar istirahat atau makan siang.
Aziziah

Alhamdulillah perjalanan berjalan lancar kami sampai di unit peristirahatan Azizah. Di tempat ini kami akan menginap selama 2 hari sampai saat kita pindah bermalam di Tenda Mina. Tempat perisitirahatan Azizah cukup bersih, seperti Gedung apartemen 4 lantai, Lantai lobby, lantai kedua tempat makan atau kafetaria, lantai 3 kamar-kamar untuk Wanita, lantai 4 kamar untuk pria, dan ada roof toop untuk berjemur pakaian. Kalo tidak salah ada lantai paling bawah, tempat kita sholat seperti mushola.




Di apartemen Azisah kita tinggal berempat satu kamar. Ruang Lobby Azizah selalu ramai dengan orang-orang berlalulalang, yang sepertinya tidak hanya dari rombongan haji kami tapi juga ada rombangan dari kelompok haji lainnya. 

Dekat tempat penginapan, jalan tidak jauh, banyak restaurant dan pertokoan, tempatnya sangat strategis dan cukup ramai.


Tempat ini saat yang baik untuk kita beristirahat, mencuci pakaian yang menumpuk dari perjalanan ke Nabawi. Tempat Laudry dilantai paling atas, menjadi tempat yang menyenangkan karena view dari atas atap sangat indah, terlebih diwaktu malam, seperti taburan emas dengan lampu-lampunya, kita bisa melihat clock tower masjidil haram dari kejauhan



21 September 2015 (8 Dzulhijah 4136 H)

Malam sebelum hari ini, kami sibuk mempersiapkan backpack, apa saja yang harsu di bawa untuk bermalam di Tenda. Bersyukur, aku sudah mempersiapkan satu kantong plastik besar yang berisi perlengkapan yang akan aku bawa selama menginap di tenda. Karena kami tidak boleh membawa koper besar, Tenda yang reapatif tidak besar, tidak akan cukup jika masing masing dari kami membawa koper besar.

Sebagai Tips berhaji, perlengkapan untuk menginap di Mina sudah kita persiapkan khusus sebelum berangkat haji, jadi di koper yang kami bawa berhaji, sudah ada kantong khusus dan backpack yang berisi baju,  perlengkapan mandi, senter  dan segala hal  yang diperlukan selama bermalam di tenda. Dan kantong itu  tidak kita pakai atau buka, sampai tiba waktu kita berangkat ke Mina. List perlengkapan menginap di Mina, bis akita search di google, dan kita tambahkan sesuai dengan keperluan kita.

Dan tibalah hari dimana kita harus meninggalkan penginapan menuju ke Mina, untuk bermalam di tenda disana. Persiapan untuk bermalam di Tenda Mina. Tetapi perjalanan harus tertunda karena ada rombongan keluarga kerajaan yang lewat, sehingga jalan menuju Mina ditutup. Dan kami harus menunggu agak lama, yang pada akhirnya ketua rombongan memutuskan untuk pergi menuju ke Mina melalui jalan yang lain, dan kami harus berjalan jauh dari tempat kami diturunkan sampai ke Tenda.

Ketua rombongan selalu memberi semangat kami, selama kami berjalan kaki. Perjalanan yang melelahkan, tetapi lelah itu hilang jika melihat orang tua jompo atau Wanita hamil yang tetap semangat berjalan dan bersyalawat menuju tenda. Masya Allah. Makhtab 38, adalah makhtab tempat tenda kami, rombongan haji dari Eropa, Amerika dan Australia. Tempatnya memang paling ujung dari semua Makhtab. Alhamdulillah, dalam haji ini kita tidak boleh mengeluh, apapun yang kita lalui dan dapatkan katakan Alhamdulillah. Dan jika ada sedikit kegundahan keletihan dalam diri kita,  beristighfar lah, in sha Allah, Allah memudahkan perjalanan haji kami.

 Tempat penginapan yang cukup nyaman, hembusan AC yang hanya sepoi, beralas individual matras, yang kita alasi dengan bed sheet yang kita bawa masing-masing, alhamdulillah cukuplah buat rombongan kami. Group rombongan haji kami karena ketua rombongan dari Indonesia jadi cukup nyaman karena yang ada dalam rombongan adalah teman2 kami yang beberapa sudah kami kenal sebelumnya. Jadi sudah seperti sister dan brother, yang saling bantu dan memberi semangat.

Hari ini tanggal 21 September hari yang cukup panjang dan lelah, dan kami harus istirahat karena subuh esok harinya, kami harus kembali melanjutkan perjalanan menuju Arafah. Hari yang kami tunggu-tunggu dari perjalanan haji kami, adalah wukuf di Arafah.

Malam itu sebelum kami tidur, ada sedikit pengarahan dari pembimbing haji kami untuk perjalanan besok dan diakhiri dengan berdoa untuk keselamatan dan kesehatan kami sampai kami dapat menyelesaikan perjalanan ibadah haji kami dengan baik dan mabrur. Inshaa Allah.

22 September 2015 (9 Dzulhijjah 4136 H)

Wukuf di Arafah

Jam 4 pagi waktu setempat, kami sudah dibangunkan untuk bersiap-siap, bis kamipun sudah datang, kami diminta membawa barang secukupnya, seperti tikar (itupun itkar yang bisa dibuang) untuk nanti bermalam di muzdalifah, kantong plastik kecil untuk tempat pengumpulan batu2 kecil di Muzdalifah, dan alat keperluan secukupnya.

Perjalanan menuju arafah sangat padat, begitu banyak bis besar berseliweran, macet dan padat. Dan tibalah kami di tenda Arafah, yang Masya Allah, sangatlah sederhana. Tenda beratapan sambungan kain-kain besar, membuat tempat ini teduh, beralaskan tikar dan mesin AC yang mengeluarkan angin sepoi2. Masya Allah.

Hari ini adalah hari yang sangat penting, dikatakan juga bahwa syarat Haji adalah Wukuf di Arafah. Wukuf di Padang ‘Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah itu merupakan puncak ritual ibadah haji di tanah suci dan menjadi salah satu rukun haji, yang menurut Rasulullah saw. bahwa “Haji itu adalah Wukuf di Padang Arafah”, tanpa dengannya, haji tidak sah.

Allah, serta dirasakannya bahwa semua manusia sama dan sederajat di sisi Allah, sama-sama berpakaian putih-putih, memuji, berdoa, sambil mendekatkan diri kepada Allah, Tuhan semesta alam. 

Pada saat menjelang Dzuhur ketua rombongan kami, meminta kami bersiap siap untuk mengambil wudhu dan kami dikumpulkan di suatu tempat yang agak luas dekat tenda.

Salah satu tata cara wukuf, setelah Dzuhur adalah Mendengarkan khutbah wukuf, Sholat Jama’ Taqdim Dzuhur Ashar, dan memperbanyak istighfar, zikir dan doa


Wukuf di Padang ‘Arafah, pada hakekatnya, mengajarkan manusia untuk sejenak meninggalkan aktivitas duniawinya selama beberapa jam, yakni berhenti dari kegiatan apapun agar bisa melakukan perenungan jati diri; di mana secara fisik, tubuh jemaah haji berhenti di Padang ‘Arafah, lalu jiwa-spiritual mereka naik menemui Allah swt.

Wukuf di Padang ‘Arafah ini memberikan rasa keharuan dan menyadarkan para jemaah haji akan yaumul mahsyar, yang ketika itu, manusia diminta untuk mempertanggung jawabkan atas segala yang telah dikerjakannya selama di dunia. Di Padang ‘Arafah itu, manusia insaf dengan sesungguhnya akan betapa kecilnya dia dan betapa agungnya.

Aku membawa buku doa yang sudah aku persiapkan sebelum berangkat haji dan juga titipan doa dari keluarga dan teman-teman, di saat itulah kuluangkan waktu untuk berdoa dan membaca seluruh doa yang dititipkan. Doa apapun doa terbaik titipan keluarga dan teman-teman, adalah dapat menjadi doa terbaik buat diri kita sendiri yang membaca. Menangislah sebanyak-banyaknya disana, memohon ampun kepada Allah atas semua dosa yang dilakukan, bertaubatlah, karena disanalah kita merasa sangat dekat dengan Allah, seperti langit terbuka lebar atas semua doa-doa kita, yAkinlah doa-doa kita didengar dan dikabulkan oleh Allah swt.

 
Sepertinya waktu wukuf berjalan sangat cepat, begitu banyak yang aku ingin sampaikan pada saat itu, tetapi kita harus mengakhirinya, karena menjelang magrib, kita harus mengantri bis, yang membawa kita ke Muzdalifah. Sambil menunggu bis kita bertakbir, suasana yang begitu haru. Menjelang magrib, dengan cuaca sudah mulai teduh, disekeliling kami dipenuhi orang berihram, bersenandung takbir. Masya Allah, seperti film yang diputar kembali setiap langkah, setiap ucapan masih teringat jelas.

Allahu Akbar Allahu Akbar,

Laa Ilaaha Illallaahu Allaahu Akbar

Allaahu Akbar Wa Lillaahil Hamd

Mabit (bermalam) di Muzdalifah (Malam 10 Dzulhijjah)

Selepas magrib bis datang membawa kami ke Muzdalifah. Sesampainya disana terlihat sebuah lapangan luas berbatuan, berbatas pagar kawat. Rombongan kami menempati satu tempat tanpa batas, menyatu dengan rombongan yang lain. Tempat yang beralas tanah debu dan batu, kamipun menggelar tikar yang kami bawa untuk berisitirahat.

Wanita dan Pria hanya dipisah secara jarak saja, disana ada kamar mandi yang cukup bersih disana. Kamipun ber wudhu dan sholat jama takhir Magrib Isya berjamaah. Setelah itu kami diminta untuk mengumpulkan 49 batu kerikil untuk nantinya melempar jumrah

 Berdasarkan  keterangan hadis Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam (SAW) riwayat Jabir, sebagai berikut, “Rasulullah mendatangi Muzdalifah, lalu shalat Maghrib dan Isya dengan adzan sekali dan dua kali iqomat, dan tidak shalat (sunat) di antara keduanya. Kemudian berbaring (tidur) sampai terbit fajar: Lalu shalat Subuh setelah jelas waktu Subuh dengan sekali adzan dan sekali iqomat. Kemudian mengendarai Qaswaa sehingga sampai di Masy’aril Haram lalu menghadap kiblat, berdo’a, bertakbir, bertahlil dan membaca kalimat tauhid lalu terus bewukuf sampai terang benar. Lalu berangkat sebelum terbit matahari”.

 

Setelah sholat kamipun beristirahat karena besok pagi setelah Subuh sebelum matahari terbit kita harus bersiap menuju Mekah. Dan ketua rombongan sudah memberikan peringatan bahwa besok kita akan banyak berjalan kaki.

Ada suatu kejadian yang tidak bisa kami lupakan, pada saat kami tertidur, tiba-tiba ada bunyi ledakan dari arah jalanan, kami serentak terbangun dan berdiri. Astaghfirullah ternyata ada bis yang pecah ban nya. Ya Allah kami masih di lindungi oleh Nya, karena seandainya bis itu mengarah ke tempat kami tertidur, mungkin berapa banyak korban yang terjadi. Astaghfirullahaladzim, untuk itu selama perjalanan haji, istighfar dan sholawat janganlah terlepas dari hati dan bibir kita, karena maut selalu mengintai setiap perjalanan kita.

  

23 September 2015 (10 Dzulhijjah 4136 H)

Pagi hari sebelum Subuh kami sudah dibangunkan oleh ketua rombongan untuk bersiap-siap Subuh dan berkemas setelah Subuh kita berjalan menuju Mekah.

Setelah Subuh dan berkemas, rombongan kami pun mulai berjalan menuju Mekah. Baru saja mulai berjalan sudah menaiki bukit tanjakan, dari atas, terlihat jamaah rombongan lain di Muzdalifah yang masih sholat subuh. Masya Allah, lautan manusia bersujud berdoa beribadah kepadaMu ya Allah.

 Perjalanan yang cukup jauh dari Muzdalifah ke Mekah, ketua rombongan sepertinya berusaha mencari bis charteran untuk bisa mengangkut rombongan, tetapi belum juga dapat. Awalnya juga bertanya-tanya kenapa kami tidak mendapatkan bis setelah kami siap, ternyata disekitar Muzdalifah begitu padatnya bis dan macet dimana-mana, sedangkan target rombongan bisa sampai Mekah melakukan Tawaf Sai, dan kembali ke Aziziah untuk membersihkan diri dan kembali lagi ke Mina sebelum gelap. Jadi kami berangkat lebih awal, dan tanpa menunggu bis kami harus berjalan cukup jauh.

Kaki yang kelelahan, sudah pakai sepatu sandal yang paling enak pun tetap panas dan lecet. Masya Allah terbayang pada jaman dahulu, belum ada kendaraan, udara yang panas, dan tidak hanya Muzdalifah Mekah, tapi perjalaan ibadah haji seluruhnya dilakukan dengan berjalan kaki. Apa yang kami alami saat ini tidak ada apa-apanya, belum lagi melihat salah satu dari rombongan kami ada Wanita yang sedang hamil besar, dan juga berjalan bersama kami, terlihat wajahnya kelelahan dan jalan tertatih-tatih, ya Allah, ingin membantu tetapi kami tidak bisa berbuat apa-apa, yang bisa kami lakukan hanyalah memberinya semangat.

Dipertengahan jalan, ketua rombongan mendapatkan bis charteran, dan sebagian anggota rombongan dapat naik ke bis itu menuju mekah. Sedangkan yang lainnya ada yang naik taksi dan menunggu bis yang lainnya. Alhamdulillah kami tidak harus menuntaskan berjalan kaki sampai mekah, karena Muzdalifah ke Mekah bisa 10 km lebih.

Perjalanan menuju Mekah sangat macet, padahal beberapa diantara kami sudah tidak bisa tahan ingin sekali buang air kecil, akhirnya mendekati hotel kamipun turun dari bis, dan berlari ke Hotel As Safwa hotel kami waktu awal kami datang. Alhamdulillah lega sekali kami bisa bebersih di kamar mandi hotel. Lega rasanya kami bisa berwudhu berisitirahat sejenak sebelum lanjut tawaf dan sai.

Setelah semua berkumpul, kami siap menjalankan Tawaf dan Sai, masih terbayang, kami tidak merasakan kelelahan. Rasanya tetap semangat dan segar sekali. Kamipun bertakbir menuju Mesjidil Haram. Dan melakukan tawaf bersama, tawaf disekitar ka’bah sangatlah ramai, kami mendapatkan tempat tawaf di lantai dua, dan ditengah-tengah tawaf terdengar pengumuman untuk sholat Eid ul Adha, dan kami serentakpun berhenti dan langsung menghadap ka’bah dan sholat ditempat kita berhenti. Masya Allah begitu besar kuasa Allah mengatur ini semua. Apa yang aku rasakan pada saat itu, masih bisa aku rasakan, sampai saat aku menuliskan hal ini, yaitu rasa Bahagia, rasa Syukur, Hati yang berbunga-bunga. Indah sekali membayangkannya. 

Rombongan kami berkumpul setelah selesai tawaf, dan minum air zam-zam kemudian lanjut untuk Sai bersama-sama.



 

Pada saat Sai, aku sempat ketinggalan rombongan, dan agak panik, karena begitu padatnya, aku pun terus berdoa meneruskan Sai berharap bertemu dipertengahan. Dan alhamdulillah di akhir putaran Sai, aku bertemu kembali dengan rombonganku. Setelah selesai Sai, rombongan kami di kumpulkan disalah satu sudut untuk melakukan tahalul, pemotongan rambut. 

Tahallul merupakan salah satu rangkaian penting dalam pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Rangkaian ini tidak boleh ditinggalkan karena termasuk ke dalam syarat sah ibadah haji dan umrah.

Hukum tahallul adalah wajib. Ini didasarkan pada firman Allah SWT dalam Surat Al-Fath ayat 7 yang artinya:

“Sesungguhnya kamu tetap memasuki Masjidil Haram (pada masa ditentukan) dalam keadaan aman (menyempurnakan ibadah kamu) dengan mencukur kepala kamu dan kalau (tidak pun) menggunting sedikit rambutnya… ”

Tahallul ditandai dengan mencukur atau menggunting beberapa helai rambut, paling sedikit tiga helai. Tahalul yang kami lakukan adalah termasuk Tahallul Tsani karena kami lakukan setelah seluruh rangkaian haji selesai dilaksanakan. Pada tahallul ini, seluruh larangan dicabut dan jamaah diperbolehkan melakukan segala aktivitas seperti biasanya.

Alhamdulillah bersyukur atas kuasa Allah kami telah selesai menjalankan seluruh rangkaian Haji. Kamipun kembali ke hotel, istirahat sejenak foto-foto sebelum kami kembali ke Aziziah dan menginap lagi satu malam di Mina.




Sekembalinya kami dari Mekah menuju Aziziah bebersih mandi ganti baju karena sudah tahalul kami bisa mandi menggunakan wangi-wangian, karena sudah gugur seluruh larangan sebelum haji. Para jamaah lakipun pada saling menggundul kepala, ada juga yang ke barbershop yang lokasinya di seberang Aziziah. Karena menggundulkan rambut berarti bergugur pula dosa-dosa yang pernah dilakukan selama ini.



Malam itu juga kami kembali ke Mina untuk bermalam disana.

Teringat malam itu angin dan hujan rintik-rintik, airpun masuk ke tenda kami walaupun hanya tempias karena hujan. Alhamdulillah udara malam itu tidak terlalu panas, lebih sejuk dan kami pun bisa istirahat untuk keesokan harinya kami melakukan lempar jumroh.

24 September 2015 (11 Dzulhijjah)

Keesokan harinya kami dikejutkan dengan berita bahwa ada kejadian di Mina. Sering kita sebut sebagai tragedi Mina, yang memakan banyak korban. Menurut berita kejadian ini dikarenakan ada rombongan kerajaan yang berhaji dan beberapa ruas jalan disekitar Mina ditutup. Sehingga mengakibatkan banyaknya jamaah haji yang berkumpul disatu tempat, biasanya karena kondisi panik, dan jamaah haji yang akan melempar jumrah dan yang kembali bertabrakan, terjadilah saling dorong dan saling injak. Menurut berita 717 jama’ah tewas atas kejadian tersebut. Innalillahi wainnailahi rojiun. Sedih mendengar kejadian ini. Dan pastinya keluarga kami khawatir atas nasib kami disini, yang kebetulan kami tidak bisa menghubungi keluarga kami selama di Mina.


Kami melakukan lempar Jumrah selepas Ashar, menurut ketua rombangan lebih sepi dan udarapun tidak terlalu panas seperti siang hari.
 Kami pun berjalan kaki dari Makhtab, tenda kami ke tempat lempar Jumrah. Jarak yang cukup jauh tapi kami tetap semangat sambil bertakbir dan bersholawat dipimpin oleh ketua rombongan kami.

Setelah melempar Jumrah yang pertama, hingga larut malam kami sempat berfoto di depan tempat melempar Jumrah.

 

25 September 2015 (12 Dzulhijjah)

Hari ini hari terakhir melempar Jumrah, kami pergi pagi-pagi sekali supaya tidak terlalu ramai. Alhamdulillah semua berjalan dengan lancar selesai sudah ritual haji melempar Jumrah. Kami pun mengakhirinya dengan doa bersama mengucap syukur pada Allah atas apa yang kami telah jalani, dan semoga Allah menerima seluruh ibadah haji kami. Menutup ketidaksempurnaan kami selama menunaikan ibadah haji dengan kebaikan dan mengabulkan doa-doa kami.  



Setelah itu kami kembali ke tenda Mina kami di suguh dengan makan siang Nasi Mandi, makanan tradisional Saudi Arabia. Indahnya kebersamaan dengan teman seperjuangan, teman berbagi kebahagiaan. Masya Allah semoga Allah mempererat silaturahmi ini.

 

26-27 September 2015 (13-14 Dzulhijjah)

Tawaf Wada

Hari-hari terakhir di Mekkah, kami menghabiskan hari-hari di Aziziah. Kami diberi waktu untuk beristirahat cukup. Dan untuk melakukan tawaf Wada kami diberi jadwal shuttle, kapanpun kami siap kami bisa pergi, tidak perlu berbarengan.

Aku dan Suamiku (Bomo) melakukan Tawaf Wada tanggal 27 September, kami berencana dari pagi hari sampai sore akan berada di sekitar masjidil Haram, kami ingin menikmati hari hari terakhir kami di Baitullah.

Kamipun pergi dengan shuttle yang paling pagi dan akan pulang dengan shuttle yang terakhir. Kami sangat menikmati hari itu.

Begitu penuhnya masjidil Haram hari itu, kami memasuki masjidil haram, dan menyelusuri di setiap lantainya. 

Seringkali kami sedang berjalan didalam masjid ada serombongan orang yang membawa keranda jenazah untuk disholatkan di masjid. Dan itu sering terjadi, selalu saja ada jenazah yang disholatkan diwaktu-waktu sholat. Ya Allah, betapa mulianya orang yang meninggal saat beribadah kepada Allah, disholatkan di Baitullah. Masya Allah.



Setelah kami menyelusuri setiap tempat di Baitullah, kami melakukan Tawaf Wada sebelum waktu Dzuhur. Sebanyak 7 kali kami memutari kabah, kami melakukannya di lantai 4 mesjid Al Haram. Pemandangannya begitu indah dari lantai atas masjid, kami bisa menyaksikan begitu banyaknya jamaah memutari kabah beriringan seirama, Subhanallah Allahu Akbar. Sedih rasanya untuk meninggalkan tempat itu, tatapan mata tidak pernah terlepas dari Ka’bah, rasa haru bahagia, campur aduk jadi satu.


Terselip doa agar kami bisa kembali lagi mengunjungi Baitullah semoga Allah memberikan kesehatan keselamatan dan umur panjang sehingga kami bisa membawa keluarga kami menjalankan ibadah suci ini.


 
Ya Allah Kupenuhi PanggilanMu

Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan digariskan Allah kepada kita

Skenario Allah begitu Indah, dan aku harus yakin akan hal itu

Kecewa pada awalnya hal biasa, karena aku adalah orang biasa

Ikhtiar dan doa membuka jalan untuk memenuhi panggilanMu

Sujud Syukur pada akhirnya, karena aku tahu 

Allah maha baik dan sangat mencintai hambanya

 

Ya Allah atas ijinMu, aku dapat melakukan ibadah haji

Tidak ada yang bisa melawan kehendakMu, jika itu sudah menjadi takdir untukku

Kulantunkan Doa padaMu, ya Allah terimalah amalan ibadah hajiku

Bersimpuh aku, memohon kepadaMu ya Allah hapuslah dosa-dosaku

Penuh harap pada Mu ya Allah, kabulkanlah doa-doaku

 

Haji Ar Rahman September 8-September 28, 2015

Semoga Allah memberikan kepada kami Haji yang Mabrur










Comments

Popular posts from this blog

Doa Majelis

Perjuangan seorang ibu "Titi Marsutji Binti Iskak" (Part 1)