Rumah Tangga Rasulullah SAW di Bulan Ramadhan

Oleh: DR H Agus Setiawan Lc MA,
Dewan Syariah Inisiatif Zakat Indonesia (IZI)

BERADA di bulan Ramadhan bagaikan berada di tepi lautan. Sejauh mata memandang terhampar air, begitu pula dengan bulan Ramadhan, sejauh mata memandang kita melihat ‘hamparan” lautan pahala. Sejauh mata memandang kita menyaksikan ‘hamparan’lautan maghfiroh Allah SWT.
Namun tidak semua muslim dan muslimah mampu membawa pahala dan maghfiroh sebanyak-banyaknya. Mengapa?, diantaranya ialah karena kurangnya persiapan mental spiritual, program ramadhan, persiapan dana untuk berbagi zakat, sedekah dan lainnya. Termasuk kurang memperhatikan kebersamaan keluarga dalam meraih keberkahan Ramadhan.
Ada fakta istimewa yang diceritakan oleh istri Nabi Muhammad SAW, Aisyah ra. Aisyah ra mengatakan, “apabila Nabi Muhammad SAW memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari berjima’), menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya”. (HR Bukhori No. 2024 dan Muslim No. 1174).

Para ulama mengomentari informasi tentang rumah tangga Nabi Muhammad SAW di bulan Ramadhan ini.
Imam Nawawi rohimahulloh berkata, “Disunahkan untuk memperbanyak ibadah di akhir Ramadhan dan disunahkan pula untuk menghidupkan malam-malamnya dengan ibadah”. (Al-Minhaj Syarh Shohih Muslim bin Hajjaj, 8:71)
Imam Sufyan ats-tsauri mengatakan, “aku sangat senang jika memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan untuk bertahajud di malam hari dan giat ibadah pada malam-malam tersebut”. Sufyan ats-tsauri pun mengajak keluarga dan anak-anaknya untuk melaksanakan sholat jika mereka mampu. (Latha-if Al Ma’arif, hal 331).

SubhanAllah, ternyata dalam meraih kemuliaan Lailatul Qodar dan keberkahan Ramadhan, Nabi Muhammad SAW tidak melupakan keluarga. Bahkan melibatkan secara aktif dengan membangunkan mereka untuk beribadah kepada Allah SWT. Memanfaatkan detik-detik mahal yang Allah sediakan bagi hamba-Nya yang beriman.
Kita pun mampu mencontoh rumah tangga Nabi Muhammad SAW dan para salafush sholih dalam meraih keberkahan Ramadhan bersama keluarga. Adapun beberapa caranya adalah sebagai berikut; (1) Membangkitkan Semangat Beribadah. Membangkitkan semangat beribadah dengan cara menjelaskan keutamaan bulan Ramadhan. Ketika tahu keutamaan bulan Ramadhan maka apapun rintangannya akan mampu menghadapi dan akan lebih bersemangat dalam beramal.
Di antara yang bisa menyemangati keluarga ialah apa yang disabdakan Nabi Muhammad SAW, “jika datang awal malam bulan Ramadhan, diikatlah para setan dan jin-jin yang jahat, ditutup pintu-pintu neraka, tidak ada satu pintu pun yang dibuka dan dibukalah pintu-pintu syurga, tidak satu pun pintu-pintu yang tertutup, berseru seorang penyeru, “wahai orang yang ingin kebaikan, lakukanlah, wahai orang yang ingin kejelekan, kurangilah. Dan bagi Allah mempunyai orang-orang yang dibebaskan dari neraka. Itu terjadi pada setiap malam”. (diriwayatkan oleh Tirmizi 682 dan Ibnu Khuizaimah 3/188 dari jalan abi bakar bin ayyasy dari al- A’masy dari Abu Hurairoh. Dan sanad hadits ini hasan).

Terasa sekali aura keberkahan Ramadhan dalam sabda Nabi Muhammad SAW di atas. Allah SWT memudahkan hamba-Nya untuk taat. Setan diikat agar tidak mengganggu manusia, bahkan Allah setiap malamnya akan membebaskan hamba-hamba-Nya dari siksa api neraka.
Jika hadits ini disampaikan kepada anggota keluarga, juga sabda-sabda Nabi Muhammad SAW lainnya yang berkaitan dengan keutamaan bulan Ramadhan, niscaya hati akan bersemangat untuk meraih keberkahan dan kemuliaan.

Kedua, menyiapkan sarana pendukung. Kita harus menyiapkan sarana pendukung guna merawat semangat ibadah yang telah muncul, diantaranya adalah: menyepakati tata tertib, seperti jadwal tadarus Al-Qur’an, mengurangi bahkan menghentikan menonton televisi dan lainnya.
Selain itu juga menghidupkan suasana berlomba dalam beribadah di bulan Ramadhan. Bisa dengan membuat catatan per anggota keluarga lalu ditempel di musholla keluarga atau menyiapkan hadiah bagi yang mencapai target tertentu.
Memudahkan penggunaan perlengkapan ibadah. Al-Qur’an disiapkan dan mudah dijangkau. Buku-buku tafsir, buku zikir dan lainnya juga disediakan agar mudah dibaca.
Menyelesaikan pekerjaan rumah tangga dengan efektif dan efisien dengan memanfaatkan sarana yang mendukung hal tersebut. Membagi pekerjaan kepada seluruh anggota keluarga sesuai kemampuan. Bekerja sama dan saling tolong menolong dalam beramal shaleh. Melakukan mutabaah atau monitoring bersama terhadap amalan sehari-hari sehingga masing-masing bisa mencapai target ibadah amadhannya.

Ketiga, menyiapkan dana. Selain semangat dan sarana pendukung, maka diperlukan juga persiapan dana agar pencapaian target ibadah Ramadhan bisa sempurna. Seperti mengeluarkan dana yang cukup untuk mengoptimalkan ibadah Ramadhan dengan pahala yang berlimpah ruah sehingga dapat kita barengkan dengan pelaksanaan rukun islam yang lain seperti menunaikan zakat. Tentu zakat di bulan Ramadhan akan berlipat-lipat pahala dan kebaikannya jika dibandingkan penunaiannya di bulan lain.

Kemudian, mengeluarkan dana untuk sedekah dan infak kepada fakir miskin baik dari kalangan keluarga sendiri maupun tetangga serta anak-anak yatim. Menyiapkan dana untuk menyediakan makanan berbuka bagi yang berpuasa
Mengalokasikan dana untuk hal-hal yang mendukung peningkatan ruhiyah, taabudiyah dan khuluqiyah. Menyediakan alat-alat rumah tangga yang bisa membuat pekerjaan rumah tangga menjadi lebih efektif dan efisien. Melengkapi sarana ibadah.
Semoga Allah SWT memberikan taufiq dan inayah-Nya kepada kita untuk bisa meraih keberkahan dan kemuliaan bulan Ramadhan bersama keluarga sebagaimana rumah tangga Rosululloh Saw, amin ya Robbal ‘alamin. (*)

Source: http://pekanbaru.tribunnews.com/2016

Comments

Popular posts from this blog

Doa Majelis

Kupenuhi PanggilanMu ya Allah

Perjuangan seorang ibu "Titi Marsutji Binti Iskak" (Part 1)