AROMATERAPI
Aromaterapi merupakan salah satu cara terapi dengan memanfaatkan minyak menguap/minyak atsiri (essential oil/ volatile oil) dan organ olfactory (penciuman) manusia. Bau yang segar, harum merangsang sensory, reseptor dan pada akhirnya mempengaruhi organ yang lain.
Minyak atsiri merupakan hasil penyulingan dari tanaman dengan berbagai macam cara tergantung dimana letak minyak atsiri pada tanaman (daun, bunga, batang). Satu jenis minyak atsiri (misalnya minyak jahe) bisa mengandung antara 100-400 komponen kimiawi. Oleh sebab itu tidak benar kalau ada iklan aromaterapi menyebutkan tanpa bahan kimia. Walaupun berasal dari alam tidak berarti bebas dari bahan kimia (maaf kalau bosen dengan “kampanye” saya yang satu ini).
Kandungan kimiawi minyak atsiri sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, misal sama-sama minyak lavender tapi berbeda komponen kimiawinya kalau yang satu lavender dari Mississippi dan yang lain lavender dari California. Selain letak geografis, faktor lain yang juga berpengaruh adalah faktor tanah misal lavender yang ditanam di daerah delta Missisiipii akan berbeda dengan lavender yang ditanam di daerah perbukitan di oxford. Jenis/species lavender dan cara penyulingan juga menetukan kandungan kimiawinya.
Karena kandungan yang bervariasi inilah setiap kemasan minyak atsiri perlu mencantumkan jenis species tanaman, presentage kandungan terbesar kimiawinya (misal kalau citrus oil berapa % limonene-nya), cara menyimpan, harus dijual dalam botol gelap, tingkat kemurniannya, beberapa caution/precaution (walaupun hanya minyak tidak selalu aman lho). Sebagai konsumen kita harus teliti sebelum membeli. Minyak atsiri harus disimpan dalam botol gelap, tertutup rapat, terlindung dari cahaya, tidak disimpan dalam plastic, disimpan dalam suhu rendah (refrigerator).
Minyak aromaterapi berasal dari minyak atsiri yang ditambah dengan bahan pembawa lain yang tidak berbau untuk mengencerkan minyak atsiri. Minyak aromaterapi harus mencantumkan apa bahan pembawanya (ada beberapa orang alergi bahan tertentu), prosentage minyak atsirinya (misalnya 5% citurs oil dalam bahan pembawa), cara penggunaan (apakah dioles, dicampur air hangat, untuk mandi, dll), caution dan precaution.
Ada kurang lebih 12 macam minyak atsiri yang yang dipakai dalam aromaterapi: Bergamot, chamomile, eucalyptus, geranium, lavender, lemongrass, peppermint, rose, rosemary, tea tree, tyme dan ylang-ylang (minyak kenanga). Beberapa yang perlu saya garis bawahi disini secara umum penggunaan minyak atsiri dikategorikan aman tetapi tetap ada rambu-rambu yang perlu diperhatikan. Bergamot mengandung bergaptene yang merupakan potential carcinogenic oleh karena itu pilih dengan tulisan FCF (furanocoumarin free) atau bergaptene free.
Chamomile ada bermacam-macam jenis semua menyebut chamomile tapi kandungan kimiawinya sangat berbeda. Yang biasa dipakai chamomile dari German. Eucalyptus sangat toksik jika digunakan internal. Peppermint tidak boleh digunakan untuk bayi dan anak-anak. Rosemary sebaiknya tidak digunakan selama kehamilan, penderita epilepsy dan penderita tekanan darah tinggi. Untuk orang yang sangat sensitive semua jenis minyak atsiri/minyak aromatherapy tersebut bisa menimbulkan alergi pada kulit, dermatitis, ruam dan gatal.
Segala kekurangan berasal dari keterbatasan kemampuan saya.
Wassalam,
Noer Kasanah
Dept of Pharmacognosy
National Center for Natural Product Research
School of Pharmacy, The University of Mississippi
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=172886&kat_id=123&kat_id1=&kat_id2=
Aromaterapi, Tak Sekadar Wangi
Banyak cara untuk sehat. Salah satunya adalah lewat holistik aromaterapi. Ini merupakan terapi alami yang menggunakan minyak esensial. Dalam terapi ini, minyak dibalurkan ke tubuh menggunakan metode aplikasi seperti inhalasi, ataupun mandi berendam. ''Nah, karena bau minyak ini enak, maka disebutlah aromaterapi,'' jelas Rina Poerwadi APDHA, praktisi holistik aromaterapi. Aromaterapi sebenarnya sudah ada sejak 6.000 tahun silam. Bermula dari Mesir, orang menggunakan metode infusi untuk mendapatkan minyak dari tanaman.
Biasanya hasil ekstrak berupa minyak murni ini dimanfaatkan untuk massage (pemijatan) sehabis mandi. Selanjutnya, aromaterapi berkembang sampai Yunani untuk kecantikan serta pengobatan. Di Indonesia sendiri perawatan dengan minyak esensial ini juga sudah dikenal sejak dahulu kala. Konon, khasiat aromaterapi juga dimanfaatkan oleh Ratu Ken Dedes dan Putri Maya untuk memelihara kecantikan dan kehalusan kulitnya. Ada beberapa manfaat aromaterapi. Di antaranya, melancarkan peredaran darah dan oksigen ke seluruh tubuh, sehingga semua organ mendapat makanan yang cukup. Alhasil, orang pun tampak awet muda. Aromaterapi juga bisa meningkatkan kekebalan tubuh, menghilangkan bau badan yang kurang sedap berkat natural detoksifikasi dari tubuh kita, dan meningkatkan daya konsentrasi dan daya ingat.
Seringkali orang menduga, aromaterapi hanya terbatas pada indera penciuman saja. Padahal pada dasarnya, holistik aromaterapi selalu mengacu pada unsur farmakologis, psikoterapetik, dan metafisika. Ketiga unsur ini bisa menyeimbangkan kembali tubuh, pikiran, dan jiwa kita. Meskipun tubuh, pikiran, dan jiwa merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi, orang masih sering beranggapan bahwa ketiga bagian ini merupakan unsur yang terpisah. Rina mencontohkan, orang yang sakit migrain. Penderita migrain cenderung menggunakan obat penghilang rasa sakit untuk meredakannya. ''Padahal obat-obatan itu kan cuma menghilangkan sementara. Padahal bisa saja psikisnya yang sakit, dan itu malah terabaikan,'' jelas wanita yang mempelajari dan mendalami aromaterapi di Hongkong ini. Saat praktik holistik aromaterapi, Rina selalu mengawalinya dengan terapi personal yaitu interaksi dengan pasien.
Dalam interaksi ini, pasien tak hanya diajak berdiskusi soal pola makan dan latar belakang kesehatan saja. Beragam masalah psikologis pun dibahas. Interaksi personal ini sendiri menggunakan prinsip listen, speak, dan respond. ''Biasanya, yang lebih banyak speak itu klien ya. Jadi kalau klien memang orang yang pendiam, kitalah yang harus pintar-pintar menggali,'' kata Rina. Setelah berdiskusi panjang lebar dengan pasien, masuklah ke tahapan farmakologikal. Tahap ini merupakan tahap pemilihan minyak esensial yang cocok bagi pasien. Biasanya, ada 1-2 jenis minyak wajib, untuk kemudian dicampur dengan 3-4 jenis minyak tambahan. ''Untuk minyak wajib, maka setiap kali datang, dia akan selalu pakai itu. Hanya campurannya mungkin berbeda-beda,'' jelas Rina.
Minyak atsiri merupakan hasil penyulingan dari tanaman dengan berbagai macam cara tergantung dimana letak minyak atsiri pada tanaman (daun, bunga, batang). Satu jenis minyak atsiri (misalnya minyak jahe) bisa mengandung antara 100-400 komponen kimiawi. Oleh sebab itu tidak benar kalau ada iklan aromaterapi menyebutkan tanpa bahan kimia. Walaupun berasal dari alam tidak berarti bebas dari bahan kimia (maaf kalau bosen dengan “kampanye” saya yang satu ini).
Kandungan kimiawi minyak atsiri sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, misal sama-sama minyak lavender tapi berbeda komponen kimiawinya kalau yang satu lavender dari Mississippi dan yang lain lavender dari California. Selain letak geografis, faktor lain yang juga berpengaruh adalah faktor tanah misal lavender yang ditanam di daerah delta Missisiipii akan berbeda dengan lavender yang ditanam di daerah perbukitan di oxford. Jenis/species lavender dan cara penyulingan juga menetukan kandungan kimiawinya.
Karena kandungan yang bervariasi inilah setiap kemasan minyak atsiri perlu mencantumkan jenis species tanaman, presentage kandungan terbesar kimiawinya (misal kalau citrus oil berapa % limonene-nya), cara menyimpan, harus dijual dalam botol gelap, tingkat kemurniannya, beberapa caution/precaution (walaupun hanya minyak tidak selalu aman lho). Sebagai konsumen kita harus teliti sebelum membeli. Minyak atsiri harus disimpan dalam botol gelap, tertutup rapat, terlindung dari cahaya, tidak disimpan dalam plastic, disimpan dalam suhu rendah (refrigerator).
Minyak aromaterapi berasal dari minyak atsiri yang ditambah dengan bahan pembawa lain yang tidak berbau untuk mengencerkan minyak atsiri. Minyak aromaterapi harus mencantumkan apa bahan pembawanya (ada beberapa orang alergi bahan tertentu), prosentage minyak atsirinya (misalnya 5% citurs oil dalam bahan pembawa), cara penggunaan (apakah dioles, dicampur air hangat, untuk mandi, dll), caution dan precaution.
Ada kurang lebih 12 macam minyak atsiri yang yang dipakai dalam aromaterapi: Bergamot, chamomile, eucalyptus, geranium, lavender, lemongrass, peppermint, rose, rosemary, tea tree, tyme dan ylang-ylang (minyak kenanga). Beberapa yang perlu saya garis bawahi disini secara umum penggunaan minyak atsiri dikategorikan aman tetapi tetap ada rambu-rambu yang perlu diperhatikan. Bergamot mengandung bergaptene yang merupakan potential carcinogenic oleh karena itu pilih dengan tulisan FCF (furanocoumarin free) atau bergaptene free.
Chamomile ada bermacam-macam jenis semua menyebut chamomile tapi kandungan kimiawinya sangat berbeda. Yang biasa dipakai chamomile dari German. Eucalyptus sangat toksik jika digunakan internal. Peppermint tidak boleh digunakan untuk bayi dan anak-anak. Rosemary sebaiknya tidak digunakan selama kehamilan, penderita epilepsy dan penderita tekanan darah tinggi. Untuk orang yang sangat sensitive semua jenis minyak atsiri/minyak aromatherapy tersebut bisa menimbulkan alergi pada kulit, dermatitis, ruam dan gatal.
Segala kekurangan berasal dari keterbatasan kemampuan saya.
Wassalam,
Noer Kasanah
Dept of Pharmacognosy
National Center for Natural Product Research
School of Pharmacy, The University of Mississippi
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=172886&kat_id=123&kat_id1=&kat_id2=
Aromaterapi, Tak Sekadar Wangi
Banyak cara untuk sehat. Salah satunya adalah lewat holistik aromaterapi. Ini merupakan terapi alami yang menggunakan minyak esensial. Dalam terapi ini, minyak dibalurkan ke tubuh menggunakan metode aplikasi seperti inhalasi, ataupun mandi berendam. ''Nah, karena bau minyak ini enak, maka disebutlah aromaterapi,'' jelas Rina Poerwadi APDHA, praktisi holistik aromaterapi. Aromaterapi sebenarnya sudah ada sejak 6.000 tahun silam. Bermula dari Mesir, orang menggunakan metode infusi untuk mendapatkan minyak dari tanaman.
Biasanya hasil ekstrak berupa minyak murni ini dimanfaatkan untuk massage (pemijatan) sehabis mandi. Selanjutnya, aromaterapi berkembang sampai Yunani untuk kecantikan serta pengobatan. Di Indonesia sendiri perawatan dengan minyak esensial ini juga sudah dikenal sejak dahulu kala. Konon, khasiat aromaterapi juga dimanfaatkan oleh Ratu Ken Dedes dan Putri Maya untuk memelihara kecantikan dan kehalusan kulitnya. Ada beberapa manfaat aromaterapi. Di antaranya, melancarkan peredaran darah dan oksigen ke seluruh tubuh, sehingga semua organ mendapat makanan yang cukup. Alhasil, orang pun tampak awet muda. Aromaterapi juga bisa meningkatkan kekebalan tubuh, menghilangkan bau badan yang kurang sedap berkat natural detoksifikasi dari tubuh kita, dan meningkatkan daya konsentrasi dan daya ingat.
Seringkali orang menduga, aromaterapi hanya terbatas pada indera penciuman saja. Padahal pada dasarnya, holistik aromaterapi selalu mengacu pada unsur farmakologis, psikoterapetik, dan metafisika. Ketiga unsur ini bisa menyeimbangkan kembali tubuh, pikiran, dan jiwa kita. Meskipun tubuh, pikiran, dan jiwa merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi, orang masih sering beranggapan bahwa ketiga bagian ini merupakan unsur yang terpisah. Rina mencontohkan, orang yang sakit migrain. Penderita migrain cenderung menggunakan obat penghilang rasa sakit untuk meredakannya. ''Padahal obat-obatan itu kan cuma menghilangkan sementara. Padahal bisa saja psikisnya yang sakit, dan itu malah terabaikan,'' jelas wanita yang mempelajari dan mendalami aromaterapi di Hongkong ini. Saat praktik holistik aromaterapi, Rina selalu mengawalinya dengan terapi personal yaitu interaksi dengan pasien.
Dalam interaksi ini, pasien tak hanya diajak berdiskusi soal pola makan dan latar belakang kesehatan saja. Beragam masalah psikologis pun dibahas. Interaksi personal ini sendiri menggunakan prinsip listen, speak, dan respond. ''Biasanya, yang lebih banyak speak itu klien ya. Jadi kalau klien memang orang yang pendiam, kitalah yang harus pintar-pintar menggali,'' kata Rina. Setelah berdiskusi panjang lebar dengan pasien, masuklah ke tahapan farmakologikal. Tahap ini merupakan tahap pemilihan minyak esensial yang cocok bagi pasien. Biasanya, ada 1-2 jenis minyak wajib, untuk kemudian dicampur dengan 3-4 jenis minyak tambahan. ''Untuk minyak wajib, maka setiap kali datang, dia akan selalu pakai itu. Hanya campurannya mungkin berbeda-beda,'' jelas Rina.
Comments
Post a Comment