Mengikis Kesombongan
Kesombongan adalah satu karakter negatif yang bisa menjadi bagian dari kepribadian seorang muslim/muslimah. Ia dalam kadar sekecil apapun mempunyai kemungkinan untuk menjadi unsur yang merusak amal-amal kita sehingga perbuatan-perbuatan baik yang kita lakukan menjadi hampa dan tidak berarti. Jangankan dalam pandangan Allah SWT yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat, dalam pandangan sesama manusia saja kebaikan orang-orang yang dalam dirinya ada kesombongan menjadi kecil atau mungkin cenderung dianggap tidak berarti. Sedemikian besarnya daya rusak sifat sombong ini sehingga Rasulullah SAW mengingatkan kita dalam salah satu hadits nya sebagai berikut:
"Tidak akan masuk syurga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan sebesar dzarrah”.
Karena manusia adalah makhluk yang memerlukan interaksi dengan orang lain dalam kehidupannya, kesombongan sangat mungkin juga merusak hubungan mu’amalah antara sesama. Dengan demikian kesombongan bukan hanya berdampak buruk bagi pribadi yang memiliki sifat tersebut tetapi juga berdampak buruk terhadap hubungan sosial kemasyarakatan sesama manusia. Sebagai contoh, sifat sombong yang dimiliki oleh seseorang kemudian juga mungkin menjadi penyebab munculnya penyakit buruk lainnya, yaitu ghibah atau menggunjing yang seharusnya dihindari. Sebagian dari orang-orang yang menilai bahwa pada diri seseorang ada kesombongan kadang-kadang terperangkap untuk menceritakan kesombongan saudaranya tersebut. Jadi ada semacam rangkaian penularan kerusakan/keb! urukan yang muncul dari sifat sombong ini.
Kalau kita runut ke belakang, munculnya sifat sombong dalam diri kita sebenarnya disebabkan oleh kegagalan kita dalam memahami dan menempatkan diri kita dalam hubungan kita dengan Allah SWT sebagai satu-satunya Zat yang berhak untuk memiliki kesombongan. Ketika kita memandang rendah orang lain karena kita merasa kita memiliki kekayaan, kecantikan, atau ilmu yang lebih, kita sesungguhnya bukan hanya sombong kepada orang tersebut, tetapi juga sombong kepada Allah SWT, sombong kepada makhluk ciptaanNYA, dan sombong kepada Rasulullah SAW utusanNYA karena tidak meneladani beliau SAW untuk berbuat tawadhu dan memandang orang lain setara dengan kita.
Oleh karena itu usaha untuk terus waspada terhadap sifat sombong ini kiranya perlu senantiasa kita lakukan. Boleh jadi kita tidak merasa sebagai orang yang sombong padahal dalam pandangan Allah SWT dan saudara-suadara kita ternyata kita termasuk orang yang sombong. Ini bisa terjadi karena sifat sombong itu sepertinya sulit kita sadari kecuali kita termasuk orang-orang yang selalu introspeksi diri, selalu mengevaluasi kepribadian kita, suatu amal yang sangat dianjurkan dalam Islam. Bukankah Umar Bin Khattab RA pernah berkata, “hisablah amal-amal dirimu sebelum engkau dihisab”?
Beberapa kiat mengikis kesombongan
Ustadz Said Hawwa, semoga Allah merahmati beliau, mengelompokkan pengobatan untuk mengikis kesombongan kelompok dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah pengobatan yang mengikis habis akar kesombongan dan mencabut pohonnya. Sedangkan kelompok kedua merupakan pengobatan untuk menolak kesombongan dengan faktor-faktor khusus yang dipakai manusia untuk menyombongkan dirinya terhadap orang lain.
Ada lima latihan yang dapat dilakukan untuk mengikis kesombongan dari diri kita. Latihan pertama. Berupaya untuk dapat menerima pendapat orang lain, ikhlas menerima kritik dan nasihat dari orang lain. Jika suatu kebenaran terungkap dari lisan temannya kemudian ia merasa berat untuk menerimanya, mematuhi atau mengakui, maka kemungkinan di dalam dirinya ada kesombongan yang ter! timbun. Ia harus takut kepada Allah swt karena hal itu dan berupaya untuk menghilangkannya. Ingatlah, bahwa kesombongan tidak layak kecuali bagi Allah swt.Latihan kedua. Berupayalah untuk mendahulukan orang lain, seperti berjalan di belakang mereka, mendahulukan orang untuk mendapatkan giliran. Bila hal ini masih berat untuk dilakukan maka ia harus berupaya untuk menghilangkan rasa keberatan tersebut.Latihan ketiga. Penuhilah undangan orang miskin dan membantu keperluannya. Bila hal ini masih berat, maka berupayalah untuk menghilangkan keberatan tersebut dengan terus mengupayakan latihan tersebut sampai keberatan tersebut hilang.Latihan keempat. Lakukan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh ‘bawahan’ untuk diri anda sendiri, seperti membuatkan minum, membawakan tas dan keperluan lainnya, membersihkan rumah atau tempat kerja. Masih! adakah keengganan dan keberatan anda terhadap pekerjaan tersebut? Latihan kelima. Pakailah pakaian buruk. Karena keengganan jiwa memakai pakaian buruk di hadapan umum merupakan riya’ sedangkan di tempat sepi merupakan kesombongan.
Demikianlah uraian singkat tentang kesombongan dan beberapa kiat untuk mengikis kesombongan tersebut. Semoga Allah SWT menjadikan kita hamba-hambaNYA yang sadar akan kelemahan dan kekurangan kita dan menjauhkan kita semua dari kesombongan kepada NYA, RasulNYA, dan makhluk ciptaanNYA. Wallahu a’lamu bishshawaab.
Referensi:
Majalah UMMI Online < http://www.ummigroup.co.id/ummi/lengkap.php?id=75
(Sister Nesry)
"Tidak akan masuk syurga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan sebesar dzarrah”.
Karena manusia adalah makhluk yang memerlukan interaksi dengan orang lain dalam kehidupannya, kesombongan sangat mungkin juga merusak hubungan mu’amalah antara sesama. Dengan demikian kesombongan bukan hanya berdampak buruk bagi pribadi yang memiliki sifat tersebut tetapi juga berdampak buruk terhadap hubungan sosial kemasyarakatan sesama manusia. Sebagai contoh, sifat sombong yang dimiliki oleh seseorang kemudian juga mungkin menjadi penyebab munculnya penyakit buruk lainnya, yaitu ghibah atau menggunjing yang seharusnya dihindari. Sebagian dari orang-orang yang menilai bahwa pada diri seseorang ada kesombongan kadang-kadang terperangkap untuk menceritakan kesombongan saudaranya tersebut. Jadi ada semacam rangkaian penularan kerusakan/keb! urukan yang muncul dari sifat sombong ini.
Kalau kita runut ke belakang, munculnya sifat sombong dalam diri kita sebenarnya disebabkan oleh kegagalan kita dalam memahami dan menempatkan diri kita dalam hubungan kita dengan Allah SWT sebagai satu-satunya Zat yang berhak untuk memiliki kesombongan. Ketika kita memandang rendah orang lain karena kita merasa kita memiliki kekayaan, kecantikan, atau ilmu yang lebih, kita sesungguhnya bukan hanya sombong kepada orang tersebut, tetapi juga sombong kepada Allah SWT, sombong kepada makhluk ciptaanNYA, dan sombong kepada Rasulullah SAW utusanNYA karena tidak meneladani beliau SAW untuk berbuat tawadhu dan memandang orang lain setara dengan kita.
Oleh karena itu usaha untuk terus waspada terhadap sifat sombong ini kiranya perlu senantiasa kita lakukan. Boleh jadi kita tidak merasa sebagai orang yang sombong padahal dalam pandangan Allah SWT dan saudara-suadara kita ternyata kita termasuk orang yang sombong. Ini bisa terjadi karena sifat sombong itu sepertinya sulit kita sadari kecuali kita termasuk orang-orang yang selalu introspeksi diri, selalu mengevaluasi kepribadian kita, suatu amal yang sangat dianjurkan dalam Islam. Bukankah Umar Bin Khattab RA pernah berkata, “hisablah amal-amal dirimu sebelum engkau dihisab”?
Beberapa kiat mengikis kesombongan
Ustadz Said Hawwa, semoga Allah merahmati beliau, mengelompokkan pengobatan untuk mengikis kesombongan kelompok dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah pengobatan yang mengikis habis akar kesombongan dan mencabut pohonnya. Sedangkan kelompok kedua merupakan pengobatan untuk menolak kesombongan dengan faktor-faktor khusus yang dipakai manusia untuk menyombongkan dirinya terhadap orang lain.
Ada lima latihan yang dapat dilakukan untuk mengikis kesombongan dari diri kita. Latihan pertama. Berupaya untuk dapat menerima pendapat orang lain, ikhlas menerima kritik dan nasihat dari orang lain. Jika suatu kebenaran terungkap dari lisan temannya kemudian ia merasa berat untuk menerimanya, mematuhi atau mengakui, maka kemungkinan di dalam dirinya ada kesombongan yang ter! timbun. Ia harus takut kepada Allah swt karena hal itu dan berupaya untuk menghilangkannya. Ingatlah, bahwa kesombongan tidak layak kecuali bagi Allah swt.Latihan kedua. Berupayalah untuk mendahulukan orang lain, seperti berjalan di belakang mereka, mendahulukan orang untuk mendapatkan giliran. Bila hal ini masih berat untuk dilakukan maka ia harus berupaya untuk menghilangkan rasa keberatan tersebut.Latihan ketiga. Penuhilah undangan orang miskin dan membantu keperluannya. Bila hal ini masih berat, maka berupayalah untuk menghilangkan keberatan tersebut dengan terus mengupayakan latihan tersebut sampai keberatan tersebut hilang.Latihan keempat. Lakukan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh ‘bawahan’ untuk diri anda sendiri, seperti membuatkan minum, membawakan tas dan keperluan lainnya, membersihkan rumah atau tempat kerja. Masih! adakah keengganan dan keberatan anda terhadap pekerjaan tersebut? Latihan kelima. Pakailah pakaian buruk. Karena keengganan jiwa memakai pakaian buruk di hadapan umum merupakan riya’ sedangkan di tempat sepi merupakan kesombongan.
Demikianlah uraian singkat tentang kesombongan dan beberapa kiat untuk mengikis kesombongan tersebut. Semoga Allah SWT menjadikan kita hamba-hambaNYA yang sadar akan kelemahan dan kekurangan kita dan menjauhkan kita semua dari kesombongan kepada NYA, RasulNYA, dan makhluk ciptaanNYA. Wallahu a’lamu bishshawaab.
Referensi:
Majalah UMMI Online < http://www.ummigroup.co.id/ummi/lengkap.php?id=75
(Sister Nesry)
Comments
Post a Comment