Pengaduan di Ujung Malam

Dikutip oleh Tim Dakwah Imaam dari Majalah Tarbawi Ramadhan 1424 H.

Allah ta’ala turun ke langit dunia ketiga sepertiga malam yang pertama telah berlalu. Dia berkata, Akulah raja, Akulah raja, siapa yang berdo’a kepada-Ku Aku kabulkan, siapa yang meminta kepada-Ku Aku beri, siapa yang meminta ampun Aku ampuni. Dia terus berkata demikian sampai sinar fajar merekah.(HR. Muslim)

Untuk apa malam-malam itu? Sepertiga akhirnya. Saat Allah turun ke langit bumi. Tentu, untuk beribadah, memohon, mencari kekuatan dalam munajat dan pengharapan. Dalam doa dan juga istigfar. Tentu kita ingin meniru dunia malam orang-orang sholeh. Karena kita ingin sholeh dan baik seperti mereka. Kita ingin merenda malam kita yang banyak terkoyak oleh aktifitas yang tidak berguna atau bahkan membahayakan. Padahal malam adalah ghonimah Cuma-Cuma yang disediakan untuk kita.

Siang hari, memang, memberi kita begitu banyak penghidupan. Tapi, sejujurnya, malamlah yang memberi kita kehidupan. Dengan itu kita mendapat penghidupan meski sebagiannya kadang kita buru dengan cara yang sangat kotor.

Perjalanan hidup tak akan berhenti di tengah-tengah serialnya. Sebab kematian tak akan datang sebelum cerita diri kita benar-benar usai. Itulah mengapa, Rasulullah menegaskan, bahwa tak akan ada manusia yang mati, kecuali hak-hak rezekinya telah ditunaikan lunas oleh Allah SWT. Ini berlaku bagi siapa saja, kafir atau muslim, fasik atau mukmin.

Dalam damainya yang dalam. Atau sunyinya yang tulus. Saat tak ada desah angin dan lambaian dedaunan. Itualah saat terbaik yang dinyatakan Allah untuk beristirahat.”Dialah (Allah) yang menjadikan malam bagi kamu supaya kamu beristirahat padanya. Dan menjadikan siang terang benderang (supaya kamu mencari karunia Allah). Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar.”(QS.Yunus:67)
“Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat. Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian. Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan.”(QS.An-Naba’9-11).

Pada sepertiga malam terakhir dari setiap potong malam. Itulah kehidupan itu. Adakah kehidupan, yang lebih utama dari memohon kepada Allah lalu diberi, meminta lalu dikabulkan-Nya, serta mengharap ampun lalu diampunkan-Nya?

Bahwa itulah saat paling dekat bagi Allah dengan hamba-Nya. Rasullullah SAW bersabda, saat yang paling dekat bagi Allah dengan hambaNya, adalah pada penghujung akhir malam. Maka, jika engkau bisa menjadi orang yang berdzikir mengingat Allah pada saat itu, maka lakukanlah.”(HR. Tarmidzi, disahihkan oleh Albani).

Disana ada rahasia, ada kekuatan, sumber kehidupan. Tetapi hanya mereka yang merasakannya yang benar-benar mengerti. “Sesungguhnya, bangun di waktu malam adalah lebih tepat(untuk khusu) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.”(QS.Al-Muzzammil: 6)

Disini juga dikatakan bahwa rahasia ini tak akan bisa dirasakan kecuali dicoba dan dicoba. Mata air kehidupan di ujung malam, adalah dunia nyata di tengah samudera mimpi orang-orang yang terlelap hingga pagi, atau bergelimang dosa hingga matahari jauh meninggi. Disini keangkuhan tak punya tempat. Sebab keangkuhan seringkali memerlukan atribut-atribut visual. Sesuatu yang mungkin menjadi hiasan kita sepanjang siang.

Majalah Tarbawi Ramadhan 1424 H

Comments

Popular posts from this blog

Doa Majelis

Kupenuhi PanggilanMu ya Allah

Perjuangan seorang ibu "Titi Marsutji Binti Iskak" (Part 1)