BELUM BISA MENGEMUKAKAN PENDAPAT

Tumbuh kembang anak usia 6-12 tahun
Sumber : Tabloit Nakita

Kemampuan mengeluarkan pendapat sangat mempengaruhi kemampuan bersosialisasi. Tanpa yang satu ini, akan sulit nantinya seorang anak menjadi pemimpin.


Tidak semua anak mampu mengemukakan pendapatnya dengan baik. Saat diminta berkomentar tentang sesuatu, ada anak yang bisa dengan lancar mengemukakan pendapatnya, tapi ada pula yang terbata-bata. Bahkan, bisa jadi ia hanya mengeluarkan satu dua kata kemudian diam seribu basa.

Padahal kemampuan mengeluarkan pendapat pada anak perlu ditumbuhkan karena mempengaruhi kemampuannya bersosialisasi. Namun, tak perlu terburu-buru memutuskan bahwa si anak tergolong sulit mengeluarkan pendapatnya. Cobalah lihat keempat faktor berikut seperti yang disampaikan Rustika Thamrin Karim, Psi., Direktur Karim Business Consulting, Jakarta.

1. Anak tergolong tipe introver

Tipe introver memiliki karakter yang cenderung pendiam, sehingga tidak mudah mengeluarkan pendapatnya. Pada batas-batas tertentu sifat ini bisa ditolerir. Untuk memunculkan keberanian mengeluarkan pendapatnya gunakan pertanyaan terbuka dan lakukan 4 mata saja.

Justru jika seorang anak yang tergolong tipe ekstrover tidak memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapat, maka ia patut mendapat perhatian. Asal tahu saja, anak dengan kepribadian ekstrover selayaknya sangat terbuka dalam mengemukakan pendapat.

2. Anak mengalami kesulitan berbicara

Ada anak yang memiliki kesulitan berbicara seperti gagap atau cadel sehingga si anak merasa malu bila ingin berbicara. Selanjutnya, si anak pun menjadi sulit mengemukakan pendapatnya.

3. Anak memikirkan akibat yang harus ditanggung

Coba telaah kembali pertanyaan yang diajukan kepada si anak. Bisa jadi pertanyaan tersebut memiliki dampak yang tidak mengenakkan baginya. Bila ya, berarti wajar anak tak mau mengemukakan pendapatnya, tapi kalau sepertinya tidak ada dampak yang mengkhawatirkan, orang tua hendaknya waspada. Bersiaplah untuk menstimulasinya.

4. Lingkungan baru atau tidak

Umumnya, di tengah lingkungan yang masih baru, anak kerap merasa malu-malu untuk mengemukakan pendapatnya. Hal ini akan berangsur teratasi jika ia sudah bisa beradaptasi dengan hal-hal baru di sekitarnya.

BILA SULIT BERPENDAPAT

Ada keuntungan yang dapat diraih bila anak mampu atau terbiasa mengemukakan pendapatnya dengan baik. Salah satunya orang tua dapat melakukan evaluasi terhadap suatu kegiatan lewat pendapat yang dikemukakan anak. Sebaliknya, bila anak tidak mampu mengemukakan pendapatnya dengan baik, berikut beberapa dampak yang mungkin timbul.

1. Anak jadi pendiam atau tertekan

Bila anak tidak mampu mengemukakan perasaannya, bisa jadi anak akan tertekan dan pendiam. Akibatnya bisa muncul dorongan untuk mengeluarkan perasaan yang tertekan itu dengan emosi yang jadinya tidak terkontrol. Bisa-bisa orang lain yang jadi korban.

2. Anak tidak bisa menjadi katalis perubahan

Oleh karena tidak mampu mengeluarkan pendapatnya dengan baik, otomatis anak tidak mampu meyakinkan orang lain. Akibatnya, kelak anak hanya jadi pengikut saja atau pendapatnya tenggelam entah ke mana karena orang lain tidak meresponsnya dengan baik. Ia juga tidak mampu menjadi pemimpin yang baik karena kemampuan komunikasinya terhambat.

3. Berkurangnya rasa percaya diri

Kurangnya rasa percaya diri bisa membuat anak menjadi serba canggung atau tidak berani melakukan sesuatu. Bila terjadi terus-menerus, hal ini dapat mempengaruhi kemampuannya bersosialisasi dengan lingkungan. Hubungannya dengan orang-orang yang berada di sekitarnya terasa garing dan dangkal.

AGAR ANAK MAU BICARA

Menurut Tika, sapaan akrabnya, ada beberapa langkah perbaikan yang dapat dilakukan bila anak kita tergolong sulit mengemukakan pendapat:

1. Orang tua hendaknya melakukan evaluasi diri dan menerima kesalahan itu serta bersedia melakukan perubahan.

2. Komunikasikan pada anak dan sampaikan permintaan maaf. Sampaikan harapan-harapan yang diinginkan dan sebaiknya posisikan diri Anda jangan di atas anak. Hargai dia sebagai seseorang yang posisinya sejajar.

3. Hindari berbicara terus-menerus sehingga anak tinggal mengucapkan ya atau tidak. Lihatlah emosinya. Menghadapi anak yang introver jelas harus sabar. Gali perasaannya dengan pertanyaan terbuka. Jangan sesekali mencela atau mengeritik, membandingkan, atau menasehati.

4. Jadikan rumah sebagai tempat untuk sharing.

5. Gunakan permainan bila anak sulit membuka komunikasi atau dengan pantomim yang bisa memancing tanggapan positifnya.

Intinya, untuk menumbuhkan keberanian mengemukakan pendapat, diperlukan pola asuh yang tepat dari orang tua. Berikan rasa aman saat anak mengeluarkan pendapat. Tanpa rasa aman, anak jadi enggan.

Bila perlu gunakan beragam cara yang efektif untuk memancing pendapatnya. Salah satunya lewat tulisan. Misalnya dengan membuat buku harian bersama antara orang tua dan anak. Di buku harian itulah anak mengemukakan pendapat atau isi hatinya, kemudian orang tua memberi tanggapan atau sebaliknya. Bila memungkinkan, manfaatkan pula sarana email, sms, atau gambar-gambar.

Jika keluarga telah membudayakan kebiasaan mengemukakan pendapat kepada setiap anggotanya, niscaya anak mampu mengemukakan dengan baik pendapatnya. Namun, rumah saja tak cukup bila tidak didukung lingkungan sekolah dan masyarakat karena ketiganya saling berkaitan.

Utami Sri Rahayu. Ilustrator: Pugoeh





AGAR DITANGGAPI LAWAN BICARA

MENURUT Tika, ada 3 aspek yang mesti dikuasai agar seseorang berhasil dalam berkomunikasi. Hal ini penting diketahui oleh anak agar dapat mengemukakan pendapatnya dengan baik dan dipahami lawan bicaranya. Ketiga aspek itu adalah:

1. Body language (BL)

Dibanding dua aspek lainnya, BL menempati porsi tertinggi dalam keberhasilan berkomunikasi, yakni mencapai 90 persen. Yang termasuk BL antara lain kontak mata. Lakukan kontak mata yang sejajar dengan mata lawan bicara sehingga diri si pembicara merasa benar-benar diperhatikan. Namun, upayakan BL ini selaras dengan intonasi dan isi, bukan dibikin-bikin.

2. Intonasi

Intonasi menempati posisi kedua dan mencapai 7 persen dalam mempengaruhi lawan bicara. Intonasi harus jelas dan tidak terbata-bata agar lawan bicara dapat dengan mudah menangkap isi pembicaraan.

3. Isi pembicaraan

Pengaruh isi pembicaraan menempati posisi ketiga, yaitu 3 persen. Meskipun porsinya paling kecil, isi pembicaraan harus mampu menarik perhatian lawan bicara sehingga konsentrasi lawan bicara tetap terpusat pada jalannya pembicaraan.

Comments

Popular posts from this blog

Doa Majelis

Kupenuhi PanggilanMu ya Allah

Jodohku-Dibalik Perjuangan Seorang Ibu "Titi Marsutji Binti Iskak" (Part 3)