Bolehkah seorang istri bekerja diluar Rumah
Assalamu'alaikum Wr Wb,
Pertanyaan :
Pak ustadz , Bolehkah seorang istri bekerja diluar Rumah dengan alasan :
Malas dirumah karena harus menjaga anak2nya dan ingin membantu perekonomian keluarga dari si istri
Ingin bekerja dengan alasan suami yang pelit, sehingga si Istri tidak bisa memenuhi kebutuhan pribadinya misalnya : berbelanja Baju, Tas , kosmetik.
Dan apakah Istri2 tersebut bisa dikatakan istri2 yg durhaka terhadap suami..?
Atas jawabannya terima kasih
Wassalammu'alaikum wr wb
Jawaban
Sebetulnya apa sih yang diharapkan oleh Islam dari kaum wanita?
Islam menghendaki agar kaum wanita:
1. Menjadi ibu rumahtangga yang sukses dalam mendidik dan membesarkan anak, sehingga menjadi anak yang soleh atau solehah
2. Menjadi istri yang bisa menciptakan rumah seperti sabda Nabi SAW “Baiti Jannati” (Rumahku adalah surgaku). Ketika Nabi SAW mengatakan demikian, punya apa sih Nabi dirumahnya? Tidak punya apa-apa. Rumahnya sederhana sekali, mebelpun engga punya. Tapi didalamnya ada Khadijah (RA) yang bisa menciptakan rumah yang sederhana itu bagaikan surga.
Pernah ketika Nabi SAW akan masuk rumah datang malaikat Jibril (AS) dan berkata: “Wahai Muhammad! Itu Khadijah sudah siap menyambutmu, dia sudah berdandan, rumah sudah bersih, dan makanan sudah siap. Sampaikan kepada Khadijah bahwa Allah dari tujuh lapis langit menyampaikan salam untuknya.”
Jadi kalau seorang istri ingin mendapatkan salam dari Allah, maka jadikanlah Khadijah (RA) sebagai contoh.
Kesimpulannya, seorang perempuan boleh bekerja selama tidak mengkonformasi atau menelantarkan dua tugas diatas. Apabila dengan bekerja maka pengasuhan dan pendidikan anak akan terbengkalai, dan tidak bisa melayani suami dengan baik atau menciptakan ‘baiti jannati’, maka dengan bekerja berati dia telah menyalahi fitroh, dan berdosa.
Karena Nabi (SAW) bersabda: “Cukuplah suatu dosa besar bagi orang tua yang menelantarkan pendidikan anak-anaknya”.
Oleh karena itu bersabarlah, insha Allah kalau ibu berhasil mendidik anak, ibu akan merasa lega ketika ibu mulai tua melihat anak-anak ibu menjadi soliheen, dan berhasil dalam study dan karir mereka, serta menjadi the great investment bagi kehidupan akhirat nanti. Pada saat itu kalau ibu mau bekarja boleh.
Ditempat saya tinggal dulu ( Olympia ) ada seorang ibu yang bekerja sebagai dokter disebuah rumah sakit, dengan gaji yang cukup tinggi. Ketika lahir anak yang kedua, suaminya berkata: “Kamu harus pilih antara karirmu atau anakmu”. Alhamdulillh dia memilih anak. Sekarang anaknya kedua-duanya berhasil. Satu jadi insinyur satu lagi accounting, dan kedua-duanya masha Allah menjadi anak-anak yang soleh. malah yang satu hafal Qur’an. Saya sering ketemu dg mereka di Masjid dan ditempat-tempat pengajian. Ibunya sekarang kembali bekerja dirumah sakit. Coba kalu ketika itu siibu memilih karirnya, mungkin dia akan meyesal selama-lamanya.
Oleh: Mohamad Joban
Pertanyaan :
Pak ustadz , Bolehkah seorang istri bekerja diluar Rumah dengan alasan :
Malas dirumah karena harus menjaga anak2nya dan ingin membantu perekonomian keluarga dari si istri
Ingin bekerja dengan alasan suami yang pelit, sehingga si Istri tidak bisa memenuhi kebutuhan pribadinya misalnya : berbelanja Baju, Tas , kosmetik.
Dan apakah Istri2 tersebut bisa dikatakan istri2 yg durhaka terhadap suami..?
Atas jawabannya terima kasih
Wassalammu'alaikum wr wb
Jawaban
Sebetulnya apa sih yang diharapkan oleh Islam dari kaum wanita?
Islam menghendaki agar kaum wanita:
1. Menjadi ibu rumahtangga yang sukses dalam mendidik dan membesarkan anak, sehingga menjadi anak yang soleh atau solehah
2. Menjadi istri yang bisa menciptakan rumah seperti sabda Nabi SAW “Baiti Jannati” (Rumahku adalah surgaku). Ketika Nabi SAW mengatakan demikian, punya apa sih Nabi dirumahnya? Tidak punya apa-apa. Rumahnya sederhana sekali, mebelpun engga punya. Tapi didalamnya ada Khadijah (RA) yang bisa menciptakan rumah yang sederhana itu bagaikan surga.
Pernah ketika Nabi SAW akan masuk rumah datang malaikat Jibril (AS) dan berkata: “Wahai Muhammad! Itu Khadijah sudah siap menyambutmu, dia sudah berdandan, rumah sudah bersih, dan makanan sudah siap. Sampaikan kepada Khadijah bahwa Allah dari tujuh lapis langit menyampaikan salam untuknya.”
Jadi kalau seorang istri ingin mendapatkan salam dari Allah, maka jadikanlah Khadijah (RA) sebagai contoh.
Kesimpulannya, seorang perempuan boleh bekerja selama tidak mengkonformasi atau menelantarkan dua tugas diatas. Apabila dengan bekerja maka pengasuhan dan pendidikan anak akan terbengkalai, dan tidak bisa melayani suami dengan baik atau menciptakan ‘baiti jannati’, maka dengan bekerja berati dia telah menyalahi fitroh, dan berdosa.
Karena Nabi (SAW) bersabda: “Cukuplah suatu dosa besar bagi orang tua yang menelantarkan pendidikan anak-anaknya”.
Oleh karena itu bersabarlah, insha Allah kalau ibu berhasil mendidik anak, ibu akan merasa lega ketika ibu mulai tua melihat anak-anak ibu menjadi soliheen, dan berhasil dalam study dan karir mereka, serta menjadi the great investment bagi kehidupan akhirat nanti. Pada saat itu kalau ibu mau bekarja boleh.
Ditempat saya tinggal dulu ( Olympia ) ada seorang ibu yang bekerja sebagai dokter disebuah rumah sakit, dengan gaji yang cukup tinggi. Ketika lahir anak yang kedua, suaminya berkata: “Kamu harus pilih antara karirmu atau anakmu”. Alhamdulillh dia memilih anak. Sekarang anaknya kedua-duanya berhasil. Satu jadi insinyur satu lagi accounting, dan kedua-duanya masha Allah menjadi anak-anak yang soleh. malah yang satu hafal Qur’an. Saya sering ketemu dg mereka di Masjid dan ditempat-tempat pengajian. Ibunya sekarang kembali bekerja dirumah sakit. Coba kalu ketika itu siibu memilih karirnya, mungkin dia akan meyesal selama-lamanya.
Oleh: Mohamad Joban
Comments
Post a Comment