Samudra Al Fatihah (4)

Samudra Al Fatihah (4)
oleh Bey Arifin

Dikutip oleh Dee Wibowo


Tafsir Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’iin (ayat ke 4 dalam surah Al Fatihah)
Engkaulah yang kami sembah dan Engkaulah yang kami minta pertolongan

Diterangkan dalam buku ini bahwa Al Fatihah terdiri dari 7 ayat. Ayat ini terletak persis ditengah. Tiga ayat sebelumnya untuk Allah, sedangkan tiga ayat sesudahnya untuk manusia (Hamba Allah).

Iyyaka Na’budu artinya: Engkaulah yang kami sembah. Hanya untuk engkau sajalah kami beribadah. Tidak ada selain Engkau yang kami sembah, yang kami puja.

Iyyaka Nasta’iin artinya: Engkaulah yang kami mintai pertolongan. Hanya kepada Engkau sajalah kami minta bantuan, perlindungan, mohon rejeki, mohon keselamatan dll.

Ayat ini mengandung 2 persoalan pokok yaitu Ibadah dan Do’a.
Ibadah terhimpun dalam 2 hal yaitu Cinta (hubb) dan Tunduk (Khudhu). Dan cinta serta tunduk ditujukan hanya kepada satu zat yaitu Allah semata. Ini yang dinamakan Tauhid.
” Bila kamu tanyakan kepada mereka: Siapakah yang menciptakan mereka? Mereka akan menjawab: Allah” (ad Dukhan: 87)

Berdoa (Isti’anah) terhimpun dalam 2 hal yaitu: berserah diri (tsiqah) dan menggantungkan harapan (i’timad). Dan 2 hal ini tercakup dalam satu kata yaitu Tawakal. Tawakal inilah yang menjadi pengertian yang sedalam-dalamnya dari ayat ”iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin”. Dijelaskan tentang hal ini dalam Al Quran surah: Hud:88, 123 dan al Mumtahanah:4 dan 8-9

Syarat-syarat beribadah dan berdoa kepada Allah s.w.t juga dijelaskan dalam buku ini, akan dikutip pada bagian lain.

Tafsir Ihdinash-shiraathal-mustaqiim (ayat ke 5 dalam surat Al Fatihah)
Tunjukkanlah kepada kami jalan yang lurus.

Shiraathal-Mustaqiim artinya jalan yang lurus, jalan yang benar, jalan yang membawa kepada kebahagiaan dan keberuntungan, di dalam hidup di dunia dan lebih-lebih di dalam hidup di akhirat nanti.

Rasulullah s.a.w menasehatkan kepada ummat beliau, agar sebanyak-banyaknya minta pertolongan atau berdoa kepada Allah. Mintalah kepada Allah segala perkara dari yang besar hingga yang sekecil-kecilnya.

Diantara berjuta-juta perkara besar dan kecil yang kita butuhkan maka Shiraathal mustaqiim adalah yang paling penting, paling besar dan paling mahal harganya dalam hidup manusia di dunia ini

Allah berfirman dalam surat terakhir an Naba:”Kami memperingatkan kamu akan kesengsaraan yang sudah dekat waktunya, di hari manusia akan melihat segala kesalahan yang pernah dilakukan dan orang kafir akan mengeluh: Alangkah baiknya kalau aku dahulunya menjadi tanah saja.”

Sebab itu hal yang pertama kita mohon dan minta kepada Allah adalah agar kita ditunjuki jalan yang lurus, benar, kepercayaan dan agama yang benar.

Tafsir Shiraathal-ladzina An’amta ’Alaihim (ayat ke 6 dalam surat Al Fatihah)
Yaitu jalan orang-orang yang engkau beri nikmat atas mereka

Ditegaskan dalam ayat ini, yang dimaksud Allah jalan yang lurus adalah jalan yang ditempuh, dijalani atau digariskan oleh orang-orang yang telah mendapat nikmat dari Allah.

Orang-orang yang mendapat nikmat yang dimaksud adalah Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul, atau orang yang bukan Nabi dan Rasul, tetapi mempunyai kepercayaan yang sama dengan pendapat atau kepercayaan Nabi dan Rasul.

Firman Allah:”Dan sesungguhnya Kami sudah mengutus pada tiap-tiap ummat seorang Rasul (yang memerintahkan/mengajarkan): Hendaklah kamu sembah Allah dan jauhi berhala-berhala. Tetapi di antara mereka manusia ada yang mengikuti petunjuk Allah dan adapula yang tetap atas kesesatan. Maka berjalanlah kamu di bumi, lihatlah bagaimana kesudahannya orang-orang yang mendustakan itu.” (an Nahl:36)

Manusia yang menerima dan beriman dengan risalah yang dibawa Nabi-Nabi dan Rasul adalah manusia yang paling beruntung dan paling baik. Sedangkan mereka yang tidak percaya adalah manusia yang paling celaka.

Firman Allah:”Sesungguhnya orang-orang Kafir dari ahli Kitab dan orang-orang musyrik tempatnya di neraka jahannam, mereka kekal di dalamnya, mereka adalah sejahat-jahatnya makhluk.” (al Bayyinah 6). ”Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan pekerjaan yang baik, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.” (al Bayyinah 7).

Dalam bab ini, diuraikan tentang perjuangan dan keistimewaan Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad s.a.w dan menegaskan bahwa Nabi Muhammad sebagai Nabi dan Rasul penutup serta syariat dan ajarannya meliputi ajaran seluruh Nabi-Nabi dan Rasul. Kitab suci Al Quran adalah kesimpulan dari seluruh kitab-kitab suci yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad s.a.w

Firman Allah:”Tidaklah Muhammad s.a.w itu bapak seorang dari laki-laki kamu, tetapi ia adalah pesuruh Allah dan penutup segala Nabi.” (al Ahzab:40)

Dan pada akhir Bab ini diulas kembali, sabda Rasulullah s.a.w: ”Beruntung orang yang telah melihat akan Aku dan beriman dengan Aku, dan beruntung, beruntung, beruntung orang yang tidak melihat akan Aku tetapi beriman kepada Aku.”

Tafsir Ghairil-maghdhuubi ’Alaihim wa ladh-Dhaalliin (ayat ke 7 dalam surat Al Fatihah)
Bukan mereka yang dimurkai atas mereka dan bukan pula mereka yang sesat

Dalam bab ini banyak sekali mengulas ayat-ayat Al Quran tentang golongan orang-orang yang dimurkai Allah dan golongan orang-orang yang sesat.

Salah satunya. Surah Al Maidah ayat 60: ” Katakan: Akan kuberitahukan hal yang lebih buruk dari pembalasannya di sisi Allah? Yaitu orang-orang yang dikutuk dan dimurkai Allah: diantaranya yang dijadikanNya kera, babi dan penyembah berhala. Mereka itu amat buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus. ”

Dalam dalam buku ini dikatakan, yang dimaksud golongan yang dimurkai oleh Allah (mahdhuubi ’Aalaihim) menurut adalah siapa saja yang berbuat keliru, salah dan dusta terhadap Allah dan Kitab-kitab Suci Nya.

Dan golongan sesat (Dhaalliin) adalah siapa saja yang berbuat salah dan keliru dengan tak sadar.

Amin

Menurut sebagian besar ahli tafsir, surah al Fatihah adalah mengandung do’a. Sebab itu Allah mengajarkan kepada Nabi Muhammad s.a.w setiap selesai membacanya agar menyebut amin yang berarti perkenankanlah

Diriwayatkan oleh Imam al Bafhawy dari Abu Hurairah r.a, bahwa Rasulullah s.a.w mengatakan ”Bila Imam selesai menyebut ayat terakhir dalam surah al Fatihah, hendaklah kamu (ma’mum) menyebut amin*, maka sesungguhnya para Malaikat turut menyebut amin. Maka barangsiapa yang tepat aminnya dengan amin para Malaikat itu, maka Allah akan mengampuni dosanya yang terdahulu dan yang terbelakang.”
*) Ma’mum diperingatkan tidak mendahului Imam dalam meng amin kan bacaan al Fatihah dalam shalat berjamaah.

END

Semoga kutipan buku ”Samudra Al Fatihah oleh Bey Arifin” menambah kekhusukan kita dalam beribadah pada Allah dan shalat kita dapat mencegah dari segala kekejian dan kemungkaran. Amin...

Comments

Popular posts from this blog

Doa Majelis

Kupenuhi PanggilanMu ya Allah

Jodohku-Dibalik Perjuangan Seorang Ibu "Titi Marsutji Binti Iskak" (Part 3)